Modus #8: Mencari Sekutu

47.4K 4.3K 724
                                    

Tips #8:
Nggak ada salahnya bikin rumor lo dan gebetan lagi dekat. Mana tau rumor itu bisa jadi doa, juga semacam isyarat agar yang lain nggak deketin doi. Tapi ingat, jangan sampai gebetan lo tau kalo rumor itu berasal dari lo aja.
***

Ini harus berhasil, tekad Joya.

Hari ini Joya akan memulai rencananya. Hal pertama yang harus ia lakukan adalah mencari sekutu. Calonnya sudah jelas, Ghazi Airlangga. Namun kali ini tentu saja tidak bisa memaksa Ghazi dengan ancaman buku diari. Harus ada suatu penawaran yang membuat cowok itu tertarik. Joya sudah memikirkan penawarannya itu semalaman.

Ketika melihat Ghazi lewat di depan kelasnya, Joya mencegat.

"Apaan, sih, lo? Pagi-pagi bikin orang jantungan aja!" omel Ghazi dengan mata melotot. Untung ia tidak punya riwayat penyakit jantung. Kalau ada dijamin pagi ini Ghazi akan 'lewat'.

"Gitu aja kaget lo!"

"Ya kagetlah. Gue kira tadi tuyul yang muncul."

Joya menggembungkan pipi, mengkal dibilang tuyul. Mentang-mentang tuh cowok badannya tinggi, seenaknya aja meledek orang. Tapi, Joya tidak ingin membalas. Ada misi penting yang harus ia selesaikan. Berdebat dengan Ghazi hanya akan merugikan dirinya.

"Oke, terserah lo mau bilang gue apa. Tuyul kek, kuntilanak kek, atau jenglot sekalian, terserah. Kali ini gue maafin."

Kening Ghazi mengerut. Tidak seperti biasanya Joya bersikap seperti ini. Mendadak Ghazi merasa merinding. Joya bersikap baik seperti ini malah menakutkan. Ghazi mencubit lengannya keras-keras. Berharap ini mimpi dan ia segera bangun.

"Aw!" pekik Ghazi saat merasa sengatan di lengannya. Ternyata ini bukan mimpi.

"Ngapain, sih, lo?" tanya Joya heran.

"Cuma ngecek, ini mimpi atau bukan."

"Kurang kerjaan lo!"

"Habis lo tiba-tiba bersikap baik gitu, bikin gue ngeri tau. Merinding, nih." Ghazi menunjukkan lengannya. Bulu tangannya berdiri.

"Tenang, kali ini gue lagi jinak. Nggak bakal ngapa-ngapain. Gue cuma mau bikin penawaran buat lo."

"Apaan? Pasti ini tentang Gailan lagi, kan?"

Joya mengangguk. "Lo kan tau gue udah cinta mati sama abang lo."

Ghazi memutar matanya. Geli sendiri mendengar ucapan Joya barusan. "Ya udah, mati aja lo sana. Biar hidup gue tenang."

Joya memukul lengan Ghazi keras, membuat cowok itu mengaduh. "Apaan, sih, lo? Main pukul orang sembarangan!"

"Soalnya gue kesel. Dari tadi gue ngomong serius, lo malah gitu responsnya."

"Oke-oke. Gue serius, nih. Emang lo mau bikin penawaran apa? Jangan macem-macem. Soalnya gue masih mau hidup tenang."

Kali ini Joya tersenyum lebar. Memperlihatkan gigi kelincinya. "Tenang aja. Penawaran gue kali ini bakal nguntungin lo juga, kok. Meski lo ngeselin, lo tetap aja calon adik ipar gue. Jadi, sebagai kakak ipar yang baik, gue juga ingin memberikan kebahagiaan buat lo. Ya, anggap aja ini semacam simbiosis mutualisme."

MODUS [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang