Modus #1: Merekrut Mata-Mata

203K 11.4K 3K
                                    

TIPS #1:

Akrabkan diri dengan orang terdekat gebetan lo,

lalu rekrut dia jadi mata-mata buat cari tahu segala hal yang gebetan lo lakuin.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"LO kudu comblangin gue dengan Gailan."

WHAAAAT! DOUBLE WHAAAT? KUPING GUE NGGAK BUDEK, KAN?

Rahang Ghazi Airlangga terbuka lebar saat mendengar permintaan-yang sama sekali tanpa basa-basi-dari Joya Pradipta. Permintaan apaan itu, coba? Emangnya nih cewek siapa berani-beraninya nyuruh seorang Ghazi jadi mak comblang?

"Lo gila!" tandas Ghazi seraya memutar jari telunjuknya di kepala.

Eh, bukannya tersinggung, Joya malah senyum-senyum gaje. Bikin bulu kuduk Ghazi merinding disko. Kalo cewek ini gila beneran mampus gue, rutuk Ghazi dalam hati. Ghazi mulai merasa keputusannya datang menemui Joya adalah kesalahan besar. Seharusnya Ghazi tadi langsung cabut saja setelah bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Bukannya terjebak di taman belakang sekolah yang sepi dengan cewek yang diragukan kewarasannya.

"Gue emang gila. Tepatnya tergila-gila sama abang lo. Makanya lo kudu tanggung jawab!"

"Tanggung jawab apaan? Emangnya gue ngapain lo coba?" Emosi Ghazi mulai tersulut.

"Lo emang nggak ngapa-ngapain gue. Tapi abang lo yang ngelakuinnya."

Astaga! Ini bencana. Gimana bisa Gailan melakukan hal sekeji itu? Tidak ... Ghazi tidak percaya. Ia kenal betul Gailan. Biar pun Gailan suka usil, abangnya itu tidak akan berani ngapa-ngapain cewek. Joya pasti ngibul.

Ghazi menatap Joya dengan mata memicing, menilai cewek itu dari ujung rambut sampai ujung sepatu. Kalau diperhatikan, seujung kuku pun cewek bernama Joya ini sama sekali bukan tipe cewek yang disukai Gailan. Gailan suka cewek feminim, sementara Joya lebih mirip cowok ketimbang cewek-karena rambutnya yang dipotong pendek. Gailan suka cewek manis yang pandai dandan, sedangkan Joya bisa dibilang berantakan. Itu baru dua hal, dan Ghazi tidak mau capek-capek sebutin puluhan hal lainnya yang membuktikan kalau Gailan mustahil ada apa-apa dengan Joya. Kalau pun mereka punya hubungan, Ghazi seratus persen yakin abangnya itu kena pelet!

"Gailan nggak mungkin hamilin lo!"

"Eh?" Joya tersedak. Lalu, "Apa lo bilang tadi?"

"Lo hamil, kan?"

Joya terdiam, mengigiti bibir bawahnya, lalu menyemburkan tawa keras. Cewek itu sampai terbungkuk-bungkuk karena tertawa. Air mata cewek itu keluat saking gelinya. Sementara Ghazi semakin yakin kalau Joya benar-benar sudah sinting.

"Dasar sarap! Edan!"

Joya mengusap air matanya, mati-matian menghentikan tawa. Tadi itu beneran lucu. Masa tubuhnya yang kerempeng ini dibilang hamil?

"Iya gue emang sarap, sinting, gila, whatever lo mau bilang apa. Tapi, asal lo tau, gue nggak hamil."

Tanpa sadar Ghazi mengembuskan napas lega. Ia tidak bisa bayangin kalau Joya beneran hamil gara-gara Gailan. Rumahnya sudah terlalu heboh saat ini, dan Ghazi tidak ingin menambahnya dengan satu orang monster kecil lagi.

Merasa berbicara dengan Joya hanya buang-buang waktu, Ghazi memutuskan untuk cabut dari sana. Tapi, baru selangkah Joya sudah menghadangnya. Cewek itu merentangkan tangan lebar-lebar, bertindak seolah ia adalah kiper yang sedang mengamankan gawang dari serbuan musuh.

"Minggir!" bentak Ghazi. "Gue mau pulang."

"Enak aja lo main kabur gitu aja. Jawab dulu permintaan gue tadi," tuntut Joya.

MODUS [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now