Modus #9: Bicara Tentang Cinta

43.5K 4.1K 729
                                    

Tips #9:

Lakukan suatu kebiasaan yang membuat doi selalu ingat pada lo. Misalnya, menempelkan satu lolipop di pintu loker dia setiap pagi.

***

Malam itu Ghazi menyendiri di teras samping rumah dalam keadaan gelap. Lampu sengaja ia matikan. Satu-satunya pencahayaan hanyalah dari sinar bulan yang malam itu cukup terang. Berdiam diri di teras rumah gelap-gelapan adalah satu satu kebiasaan ajaib Ghazi saat galau.

Ghazi melipat kaki dan meletakkan dagunya di atas lutut. Tatapannya menembus kegelapan. Entah apa yang ia lihat. Sesekali cowok itu menarik dan menghela napas berat. Sepertinya ada perang yang berlangsung di dalam hati cowok itu.

Sesuatu yang dingin menyentuh pipi Ghazi, membuat cowok itu tersentak dari lamunan. Saat ia menoleh ke kiri, Ghazi mendapati senyum menyebalkan yang sudah sangat dikenalnya. Senyum milik Gailan.

"Bengong gelap-gelapan gini kesambet jin baru tau rasa."

"Iya. Jin-nya itu lo," tukas Ghazi sewot.

"Kalo gue jin, lo itu adiknya jin."

Ghazi mendengkus, tapi tidak membalas celaan abangnya itu. Pikirannya saat ini lagi mumet, dan Ghazi tidak ingin memperparah dengan berdebat hal tidak penting.

"Minum dulu, nih," kata Gailan seraya memberikan sekaleng softdrink kepada Ghazi. "Empet gue liat tampang lo yang lagi bete gitu. Udah jelek, cemberut, hidup lagi!"

"Sialan lo!" Ghazi mengambil softdrink pemberian Gailan yang sudah dibuka, dan langsung meneguknya. Rasa dingin membasahi kerongkongannya yang kering. Gailan juga ikut meneguk softdrink miliknya.

"Nggak mau cerita, nih?" tanya Gailan setelah meletakkan kaleng softdrink di atas meja.

Ghazi melirik sebentar, lalu kembali menatap kegelapan di hadapannya.

"Udah gue bilang, lo itu jelek, nggak usah diperparah dengan bibir monyong-monyong gitu. Ntar lama-lama gue sulit bedain antara lo dan angsa tetangga sebelah."

Kali ini Ghazi mendelik kesal. "Lo kalo mau nyela gue mending masuk aja deh ke kamar lo sana. Kepala gue lagi mumet, nih. Dengerin nyinyiran lo yang ngalahin Lambe Turah bikin kepala gue mau meledak," tukas Ghazi ketus. Dinyinyirin saat sedang galau itu bikin hati dan kuping jadi panas.

"Gue tanya baik-baik lo malah diem kayak tembok."

"Gue lagi pusing," aku Ghazi akhirnya, yang disusul dengan helaan napas panjang.

"Gue tau," kata Gailan. "Makanya gue minta lo cerita. Mungkin gue nggak bisa kasih lo solusi, tapi setidaknya dengan cerita ke abang lo ini, hati lo jadi agak plong."

"Tapi lo jangan ngeledek," pinta Ghazi.

Gailan memasang wajah serius dan mengangguk.

"Janji?" tanya Ghazi yang sepertinya masih sangsi untuk bercerita pada Gailan mengenai masalahnya ini.

"Iya-iya. Gue serius. Buruan cerita!"

Ghazi menarik napas panjang. Memejamkan mata untuk menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak cepat. "Ini tentang Hazel," kata Ghazi kemudian.

"Lo masih cinta dia?"

Ghazi tidak langsung menjawab, tapi bibirnya melengkungkan senyum miris. Apakah perasaannya terhadap Hazel masih sama? Apakah ia masih mencintai cewek yang sudah jelas-jelas jatuh hati kepada Gailan?

MODUS [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang