21.

9.2K 499 1
                                    


Berjuta pertanyaan muncul di benak Oxy tatkala menemukan Raphael dalam satu ruangan bersama Fire. Bukan hal yang mengherankan mengingat keduanya sama-sama berprofesi sebagai penjahat yang dalam hal ini adalah mafia. Tapi hal yang membuatnya bingung adalah ketika Raphael berkata "jadi dia bekerja disini?" dan dengan mimik cerah memandangnya.

"Kau bisa taruh dokumen itu di atas meja."

Suara Fire membuyarkan pikirannya. Berkedip beberapa kali ketika menyadari dirinya tengah melamun.

"Ya."

Oxy menaruh map berisi dokumen ke atas meja kaca milik Fire.

"Saya permisi."

Dengan membungkukan badan Oxy berucap dan segera melangkahkan kakinya keluar ruangan. Mengabaikan tatapan tajam dari dua laki-laki yang ada di ruangan ini.

Setelah pintu benar-benar tertutup, Fire menggeram penuh amarah. Dia kira orang yang mengantar dokumen laporan database bukanlah Oxy, jadi dia meng'iya'kan saat sekertaris nya mengatakan ada orang dari divisi IT ingin mengantar dokumen.

Dan dadanya bergemuruh saat tau Oxy-lah yang masuk, dengan kemeja putih dan rok span hitam. Tak lupa flatshoes dan riasan yang menggoda. Dan sialannya, dari setengah jam lalu Raphael brengsek datang 'berkunjung', ke kantornya.
Oh jangan lupakan ekspresi penuh kemenangan Raphael saat tau Oxy bekerja disini.

"Apa yang kau lihat sialan!"

Fire membentak Raphael, menatap tajam tamu tak di undang itu.

"Well, seleramu lumayan. Tapi....aku tidak yakin dia akan bertahan lama Fire."

Kekehan Raphael di akhir ucapannya membuat Fire waspada. Seorang ketua Drakonnian datang padanya adalah hal yang sangat perlu dipertanyakan. Dan setelah insiden penculikan dua truk senjata menambah kecurigaan Fire.

"Jangan mengancamku menggunakan dirinya!!"

"Tapi ini kejadian langka brotha, kau...jatuh dalam pesona seorang wanita. Bukankah itu langka? Dan...."

Raphael memberi jeda cukup lama dengan meraih cangkir berisi teh tak jauh dari jangkauannya. Menyeruput pelan teh hitam manis itu.

"Ini harus dimanfaatkan bukan?"
lanjut Raphael.

Fire menggeram, lawan di hadapannya tidak akan pernah menyerah sampai kapanpun. Dan dengan adanya Oxy dalam hidupnya, membuat jalan kemenangan Raphael semakin lebar.

"Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan Fire." Raphael berkata sambil menyeringai. Dan Fire hanya bisa menggeram penuh amarah.
Sebenarnya, ada apa?

∆∆∆

Oxy menatap lawan bicaranya malas.
Sedangkan si lawan bicara menahan emosi yang serasa meluap dari ubun-ubun.

"Jawab Oxy!!"

Gelegar suara Fire menggema di ruangan kamar apartemen.

"Aku hanya di perintah untuk memberikan dokumen itu padamu."

"Kenapa harus dirimu?!!"

"Karena aku yang membuat laporannya."

Oxy yang kelewat santai dan Fire yang terus saja berteriak.

'cih, membuat telingaku sakit saja' batin Oxy mencibir.

"Apa kau tahu apa resiko yang harus kau tanggung hah!!!??"

"Apa perduliku." Oxy menjawab sembari mendengus geli. Itu bukan urusannya tentu saja.

"Kau!!" Fire mengacungkan jsri telunjuknya ke arah muka Oxy.

Tangan Fire gemetar menandakan betapa marahnya ia, dan bisa saja dia menumpahkan segala kemarahan padanya. Tapi bisakah kalian pikir, apa salahnya? Dia hanya mengantar laporan dan keluar. Hanya itu dan dia dimarahi sampai sebegininya. Sialan.

"Apa kau tahu siapa laki-laki tadi?"

Fire bertanya setelah menurunkan telunjuknya, dengan nada lebih lunak dari sebelumnya. Amarahnya agak berkurang.

"Aku tahu."

Jawaban Oxy membuat Fire mengangkat alisnya, wanitanya tahu?

"Dia Raphael, ketua drakonnian. Benar kan?" Oxy berbicara menjelaskan.

"Dari mana kau tahu love?"

"Tak sulit mengingat banyak anggota kepolisian memajang wajahnya dimana-mana."

"Ah... ya . Aku melupakan fakta bahwa kau mantan anggota militer dan bekerja di kepolisian. Aneh memang.",

"Aku hanya cuti."

"Tidak ada kata cuti dalam militer love. Kau pikir aku bisa di bodohi?"

Oxy terdiam, dia kalah telak. Lelaki bersandang gelar suaminya itu sudah terlalu banyak mengetahui segala hal yang berkaitan dengannya.

"Memang apa urusanmu dengan Raphael?"

Oxy tak bisa membendung rasa penasarannya. Raphael bukan orang yang mudah menemui orang lain. Seperti hal nya bos-bos mafia lainnya. Ya Fire juga. Kadangkala.

"Aku tak akan memberitahu sekarang, tapi yang jelas. Kau harus berhati-hati padanya."

"Kenapa?"

"Dia bisa melakukan segala cara untuk menghancurkanku, bahkan dengan membunuhmu."

Suara tajam itu lagi. Suara tajam penuh makna yang tak bisa Oxy terjemahkan artinya.

"Jadi jika aku mati, kau akan hancur begitu?"

Oxy merutuki mulut lancangnya yang berbicara asal. Tapi siapa sangka pertanyaan itu membuat Fire mematung dan terdiam.

"Ya. Jadi, jangan mati kecuali aku mengijinkanmu."

Fire menatap Oxy dalam, tembus dari manik mata ke jantung Oxy. Memberi efek menyenangkan pada jantung dan perutnya yang terasa tergelitik.

∆∆∆

Hingar bingar suara dentuman musik terdengar memekakan. Tapi hal itu lah yang dicari para manusia yang berada di sebuah bar elit di kawasan Jakarta itu. Sekedar melepaskan beban dari dunia siang dan memilih dunia malam sebagai hiburan tersendiri.

Di sudut ruangan terlihat dua orang pria yang menampakan aura maskulin dan gagah. Membuat para wanita menatap mereka berdua lapar. Dan bahkan ada yang terang-terangan menggoda.

"Jadi, kau yang menelfon ku?"

Si pria berjas navy memulai pembicaraan. Si pria lain dengan jas hitam tengah menenggak vodka dari gelas kristal mahal.

"Ya."

"Apa maumu?" tanya pria berjas navy dingin.

"Aku hanya menawarkan kerjasama."

"Kerjasama?"

Si pria jas hitam menegakkan tubuhnya, kemudian menatap pria dihadapannya sambil tersenyum miring.

"Ya. Kerjasama yang menguntungkan. Bagiku dan...bagimu.".

"Kerjasama apa yang kau maksud?"
Si pria berjas navy memberengut tak suka. Lawan bicaranya terlaku bertele-tele.

"Apa kau tertarik Wintera Triatmadja?"
Si pria berjas hitam menyebut nama lengkap pria berjas navy.

"Dan perkenalkan. Namaku Raphael. Hanya Raphael."

Tera memandang bingung pria di depannya, sedangkan Raphael tersenyum miring. Senyuman menuju kemenangannya.

∆∆∆

oxygenicaddict

Let Me In (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang