6.

11.6K 688 0
                                    


Tubuh Oxy luruh ke lantai, pikirannya kacau. Diliriknya figura berisi foto keluarga nya yang tertempel apik di dinding kamarnya. Hatinya sakit. Tiga tahun dalam militer tak mengubah apapun dalam hatinya. Hatinya masih sakit untuk orang yang sama. Percuma beladiri dan ilmu memegang senjata yang ia punya. Itu tidak membantunya melupakan rasa sakit.

Dihapusnya kasar air mata yang entah sejak kapan lewat tanpa permisi.
Oxy kemudian berdiri menuju lemari pakaian,mengganti pajamas miliknya dengan hotpans dan crop tee.
Diraihnya kasar headphone di atas nakas.
Dia butuh pelampiasan. Dia butuh pelarian. Dia butuh sesuatu yang dapat mengalihkan perhatiannya.

∆∆∆

Entah sudah berapa putaran Oxy berlari di taman dekat kompleks perumahan miliknya. Dengung musik bergenre rock terputar di headphone yang bertengger di telinganya. Perduli setan dengan telinganya yang berdenging karena volume musik yang terlalu keras. Persetan dengan kakinya yang mati rasa.

bruk

Oxy memejamkan mata, bersiap menghadapi benturan paving block yang keras.

Dia membuka mata setelah tak merasakan dinginnya paving block taman. Diliriknya tangan yang melingkari perutnya erat.

Kemudian semuanya gelap. Jam rolex itu mengingatkannya pada seseorang. Tapi siapa?

∆∆∆

Yang dilihatnya pertama kali adalah ruangan dengan plafon berwarna putih. Aroma musk terkuar kuat di udara. Menggantung menggoda untuk dihirup dalam dalam.

Diedarkan pandangan matanya ke sekeliling. Ruangan di dominasi oleh warna hitam dan putih. Lemari besar yang patut disebut sebagai kamar ganti karena pasti muat dimasuki 7 orang berwarna putih. LED tv hitam tampak mentereng di dinding yang tampak bersih. Dan banyak lainnya yang didominasi warna hitam dan putih. Disingkirkan nya selimut tebal hitam yang membalut tubuhnya sedada.

Oxy mencoba bangun,menahan rasa sakit di kakinya. Digerakan sedikit kedua kaki berharga miliknya. Saat itu juga rasanya ia ingin berteriak, sakitnya amat tak tertahankan. Kakinya seperti remuk redam akibat tertindih sesuatu.

ceklek.

Pintu hitam dengan handle kaca terbuka menampakan pria dengan wajah rupawan.

"Kau sudah bangun?"

"Kenapa kau ada disini Fire?"

Fire melangkahkan kakinya mendekati ranjang dimana Oxy terduduk dengan kaki berselonjor.

"Ini rumahku nona."

"Rumahmu?"

Kening Oxy berkerut, dia sedikit menggeserkan tubuhnya menghindari Fire yang hendak duduk di pinggir ranjang. Tapi nyatanya Fire hanya duduk di seberang ranjang yang memang terdapat satu set sofa mewah.

"Ya. Ini rumahku Oxygenic kozior triatmadja."

Mendengar seseorang memanggil nama lengkapnya itu aneh. Begitupun respon tubuhnya yang tiba tiba menggigil entah kenapa.

Mata Fire menatap intens Oxy yang termenung, sementara Oxy meringis memngingat kejadian dimana ia pingsan dengan tidak elit di taman.

"Kau yang membawaku. Emm.... maksudku kau yang menolongku saat aku hendak jatuh di taman tadi?"

"Menurutmu nona?"

Oxy mendadak resah. Intimidasi seorang Fire tak terelakan. Tapi dia lulusan militer ya Tuhan. Ini masalah sepele. Dia biasa mendapat tatapan mematikan. Dan sekarang ia gugup. Yang benar saja.

'kau hanya ditatap oxy dan kau gugup' batinnya berteriak jauh di dalam sana.

"Thanks." ucap Oxy.

Dia berusaha berdiri bermaksud undur diri dan pamit pulang.
Tapi kakinya tidak bisa diajak berkompromi. Kakinya mati rasa dan pegal.

"Apa yang kau lakukan!!"

Fire berjalan cepat hampir berlari mendekatinya. Kemudian mencengkeram lengannya kuat.
Memapahnya kembali ke posisi semula.

"Aku ingin pulang."

Oxy menjawab dengan nada dan muka yang datar. Berusaha menyembunyikan rasa resahnya yang belum hilang.

"Kau pikir ini jam berapa nona."

Suara bass sexy itu lagi lagi membuat bulu kuduknya berdiri. Nada serak menggoda.

Sial. Dia tak suka reaksi tubuhnya yang berlebih.

"Ini jam dua pagi kalau kau ingin tau."

Mata indah Oxy membulat seketika. Di cari carinya jam di penjuru ruangan. Hingga matanya menemukan jam antik di atas nakas tak jauh dari ranjang dimana ia terduduk.

Jarum panjang di angka 1 dan jarum pendek berada di angka 2.
Di lihatnya pula jendela dengan tirai yang lumayan menerawang itu. Gelap.

"Kau pikir ini masih siang love? . Aku yakin kau bahkan tidak tau berapa lama kau berlari."

"Aku hanya berlari 15 menit sepulang kerja tuan Fire Rogue Fredeix."

"Kau berlari hampir 5 jam di malam hari !! Apa kau gila hah?!?"

Wajah Fire yang memerah membunyikan alarm tanda bahaya dalam diri Oxy. Boss nya marah. Dan suaranya yang menggelegar bahkan bisa membuat rikus mencicit ketakutan.

"Bukan urusanmu."

"Itu memang bukan urusanku. Tapi segera menjadi urusanku love. Karena kau milikku."

Kata kata yang penuh kuasa dan sarat akan ultimatum.

Diraupnya bibir Oxy segera. Tangan kanan Fire memegang pinggul Oxy sementara tangan kirinya memegang tengkuk.

Dilumatnya tanpa ampun bibir itu.
Sementara Oxy terdiam. Terlaku kaget dengan apa yang terjadi.

∆∆∆

oxygenicaddict

Let Me In (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang