18.

9.3K 580 0
                                    

Sudah seminggu sejak Fire pergi entah kemana, dan selama seminggu ini pula Oxy bekerja dengan pikiran tak karuan. Bukan karena memikirkan Fire yang tak pulang tapi tentang bodyguard yang entah sejak kapan bertambah banyak jumlahnya. Seperti sekarang ini saat dirinya tengah menyantap sepiring ayam geprek dengan es teh di kantin kantor. Dia bisa melihat para bodyguard yang berlalu lalang sambil sesekali memperhatikannya.

"Jadi kamu beneran tinggal di apartemen kantor?"
Leah yang entah sejak kapan menjadi temannya berceloteh tanpa henti.

"Ya begitulah."
Oxy menanggapi malas.

"Ya ampun. Kamu tau ngga sih, hanya pegawai yang beruntung aja yang bisa tinggal di situ. Ihhh.."

"Hm."

"Kamu tau ngga bos divisi aku bla bla bla_"

Oxy tak terlalu menaruh minat pada obrolan ini, atau lebih tepat hanya Leah yang berbicara dan dia hanya menimpali ketika ditanya. Tak sopan memang, tapi dia sedang tidak ingin mengobrol atau berbicara dengan siapapun. Jadi Oxy hanya menatap Leah berpura-pura mendengarkan dan sesekali mengangguk padahal dia tak paham dengan segala cerita wanita di hadapannya.

"Ihhh Oxy, kamu dengerin ngga sih."

"Huh? eh iya dengerin kok."
Oxy meringis dalam hati, dia ketahuan. Seharusnya dia lebih menjiwai dalam hal membohongi lawan bicara.

"Bos kita baru kembali dari luar negeri loh. Ugh bos gantengku."
Pekikan Leah membuat dirinya mengerutkan kening berusaha tetap terlihat normal, walaupun dia merasa aneh pada sikap Leah. Hanya karena bos yang katanya ganteng pulang?
Tunggu,
Bos pulang? Bos?

Seketika matanya melebar menyadari kata Bos yang terucap dari dalam pikirannya. Bos? tidak mungkin kan bos perusahaan ada dua. Ya pasti bos yang itu. Bos bergelar suami aneh brengsek dan hot itu. Eh.
Lupakan kata terakhir, pikirannya sudah kacau.

∆∆∆

Oxy memijit dahinya pelan, pekerjaannya menumpuk lagi. Para senior kurang ajaran itu memberinya tugas terlalu banyak dari yang seharusnya, membuatnya terpaksa melembur hari ini dan ya Tuhan ini pembullyan. Sialan.
Ditengoknya rincian data dalam map orange di tangannya, kemudian menengok pada komputer yang menyajikan data-data perusahaan. Mencocokan data sekali lagi untuk melihat bagian yang salah atau kurang.

"Kamu bekerja terlalu keras."

Suara maskulin yang disertai geraman sukses membuat Oxy terjingkat, menjatuhkan map yang ia pegang. Oxy menatap pelaku yang mengagetkannya kemudian terbelalak. Bukankah pria itu sedang ada pekerjaan di luar negeri? Ah ya dia baru ingat tentang perkataan Leah bahwa bos sudah pulang. Jadi itu benar?

"Untuk apa kau kemari?"

perkataan ketus Oxy membuat Fire terkekeh. Sedangkan Oxy hanya menatap datar pria brengsek di depannya.

"Aku menjemput istriku sendiri. Apa itu salah?"

"Aku bukan istrimu."

"Kau istriku, tunggu... dimana cincinmu?"

Fire bertanya hampir membentak saat melihat jari manis Oxy yang polos.

"Aku tanya sekali lagi dimana cincinmu love?" geram Fire.

Yang ditanya hanya diam tak menjawab, kemudian Oxy menghela nafas.

"Aku meninggalkannya."

"Dimana?!"

"Di apartemen."

Ditariknya tangan Oxy kuat, Fire menggeram marah.

"Sakit sialan! Tunggu! tasku."

Oxy meraih tas nya dengan tergesa-gesa. Kemudian menggerutu keras saat tangannya ditarik keras oleh Fire.

"Masuk!"
ucap Fire di depan mobil Everest milik Fire tentunya.
Oxy hanya menurut, memberontak bukan hal yang baik untuk saat ini.
Hingga mobil mewah itu membelah jalanan Jakarta, Oxy berdoa dalam hati. Semoga dia sampai dalam keadaan bernyawa. Speedometer di dekat kemudi menunjukkan angka yang tak lazim. Dan ya Tuhan, ini Jakarta yang serba macet.

∆∆∆

brak

Fire menutup kencang pintu apartemennya hingga Oxy khawatir jika engsel pintu itu akan terlepas mengingat betapa kuatnya bantingan itu. Diliriknya lengan yang masih dicengkeram Fire kuat, dan Fire yang membawanya menuju kamar utama.

"Dimana cincinnya?!?"

Fire menatap Oxy dalam, mengintimidasi kuat hingga membuat jantung Oxy serasa berhenti.

"Katakan?!"

Shit. Apa dia baru saja terpesona pada mata Fire yang berwarna abu-abu itu.

"Di atas nakas." ucap Oxy ketika dia sadar dari keterpesonaannya.

Fire berjalan cepat menuju nakas sambil menyeret Oxy, hingga matanya menemukan cincin berlian tergeletak tak bergeming di atas nakas.
Pria itu meraih keras benda dengan lubang itu dan menyentak tangan Oxy kasar. Kemudian memakaikan paksa cincin pada jari manis Oxy.

"Jangan pernah lepaskan, ingat itu love!?!"

"Kenapa?" Oxy bertanya hampir tak bisa menutupi rasa penasaran yang terbentuk.

"Bukankah kau yang mengatakannya sendiri padaku."

Pandangan Fire melunak mengusap pelan tangan Oxy yang dari tadi dia seret lalu mengecupnya pelan.

"Huh?"
Tentu saja Oxy bingung, memangnya dia mengatakan apa?

"Kau yang mengatakan bahwa kau akan tetap berada di sampingku dan kau juga mengatakan bahwa kau juga akan masuk dalam hidupku love. Aku mengijinkanmu, apakah itu belum jelas."

Oxy tergagap, sialan dia masih ingat ucapnya dalam hati.

"Aku tidak akan pernah lupa love, dan setelah ini aku tidak akan melepasmu. Seberapa besar kau mencoba, kau tetap milikku. Dan mungkin jika kau berpaling, aku akan mengikatmu dengan benang tak kasat mata yang akan menjeratmu erat."

Dan Fire langsung meraup bibir Oxy, mencumbunya keras tanpa memperdulikan kekagetan Oxy. Mencecap rasa manis yang menyenangkan dari bibirnya perempuannya.

∆∆∆

oxygenicaddict

Let Me In (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang