11.

10.9K 626 0
                                    


Oxy memakan sarapannya dalam diam. Berusaha mengacuhkan tatapan intens yang dilayangkan Fire padanya. Bahkan dengan jarak teramat dekat karena lutut mereka saling menempel.

Waffle dengan sirup maple di hadapannya ludes dalam 5 menit. Tak bersisa.

"Jadi?" ucap Oxy sambil menjauhkan piring kosong yang barusan berisi sarapannya.

Sebelum sarapan Fire bilang padanya bahwa dia ingin menyampaikan sesuatu. Dan dia sudah selesai sekarang.

"Kau belepotan."

Fire langsung mendekatkan wajahnya ke arah Oxy, hingga Oxy sendiri bisa merasakan hangatnya nafas Fire di depan mulutnya.
Fire menyeringai sejenak tepat di depan wajahnya, kemudian di jilatnya sisa sirup maple yang tersisa di sudut bibir Oxy, sedikit melumat. Kemudian melepasnya. Hampir tak rela sebenarnya. Tapi urusan lain yang lebih mendesak menunggunya.

Sementara Oxy terdiam masih bingung dengan apa yang terjadi. Bahkan hingga Fire menjauh dari wajahnya, dia masih terpaku. Bingung.

Fire yang melihat ekspresi Oxy hanya terkekeh kecil.

'betapa menggemaskan miliknya.' ucap batinnya bangga.

Oxy yang terlambat menyadari apa yang terjadi langsung memelototi Fire yang tengah terkekeh.

"Brengsek!!"

Didorong nya Fire hingga membuatnya hampir terjungkal ke belakang.
Tapi Fire berhasil menguasai tubuhnya, menjaga keseimbangan agar dirinya tidak terjatuh.

"Baiklah aku memang brengsek. Tapi aku akan mengajukan penawaran padamu." ucap Fire setelah berhasil meredakan kekehannya.

"Apa? Apa kau ingin aku membunuhmu secepatnya?" ucapan Oxy yang sarkastik membuat Fire tak tahan untuk terkekeh kembali.

"Tidak. Bukan. Ini sejenis penawaran yang menguntungkan bagimu, walau sebenarnya aku sedikit tak rela."

"Jelaskan."

Oxy menyilangkan kaki jenjangnya kemudian sedikit membenahi dress biru dongker yang dikenakannya.
Dan untuk pertama kalinya sejak sekian lama, dia memakai dress kembali. Bajunya masih di rumah dan dia hanya disediakan berpuluh puluh dress dengan berbagai warna dan model.

"Aku akan ada urusan selama beberapa hari. Dan kurasa  membiarkanmu tinggal di sini terlalu lama bisa menimbulkan curiga, jadi..."

Fire berdehem kecil lalu melanjutkan perkataannya,

"Kau akan ke kantor."

Oxy hampir memekik senang,

"Tapi..."

ada kelanjutannya. Sial.

"Kau akan pulang ke apartemen milikku dan aku akan terus mengawasimu."

"Sialan. Aku sudah hampir tiga hari tidak pulang ke rumahku sialan." keluh Oxy.

"Tenang. Kemarin aku menghubungi Tera dan mengatakan padanya bahwa kau pergi ke kantor lagi saat itu. Dan kau tinggal di apartemen yang di sediakan perusahaan."

#flashback

Fire mendengarkan keluhan temannya, berusaha membayangkan bagaimana frustasinya seorang Wintera. Beberapa menit lalu ponselnya berdering, memunculkan nama Tera di layarnya. Mau tak mau dia harus mengangkatnya. Berusaha terlihat sebagai sahabat.

"aku sudah menghubunginya ratusan kali mencarinya kemanapun, tapi aku tak menemukannya."

Dia tertawa dalam hati. Well Oxy ada di rumahnya. Dan Tera kelimpungan mencarinya kesana kemari.

"apa kau tidak tahu Ter?"

"apa?"

"oxy pindah ke apartemen yang disediakan perusahaan ku. Sejak tadi malam, aku menghubunginya dan dia setuju pindah."

Tiba tiba saja ide itu terlintas di benaknya, mengingat sebagian besar karyawan perusahaan miliknya bertempat tinggal sementara di apartemen yang disediakan perusahaan.

"apa?!?"

"well, kurasa kau terlalu khawatir brother."

"kenapa oxy tidak memberi tahuku?"

"aku tidak tahu Tera. Tanyakan sendiri padanya." ucap Fire sambil menyeringai.

∆∆∆

Dipandanginya seluruh penjuru apartemen ini. Mewah dan terkesan sangat maskulin. Dua kamar tidur, dua kamar mandi, dapur, living room, dan ruang tv dengan home teater. Wallpaper dinding yang berwarna hitam putih mengingatkannya pada kamar Fire.

"Ini apartemenku. Kau akan tinggal disini. Dan Mulailah bekerja besok, kuharap karyawan lain tidak curiga karena kau menghilang padahal baru sehari bekerja."

Mereka duduk di sofa monokrom, bersebelahan.

"Terserah."

"Dan jangan coba-coba kabur, aku memasang 25 cctv di seluruh apartemen kecuali kamar mandi. Dan juga aku menempatkan 10 bodyguard di sekitar sini."

"Aku bukan penjahat, sialan."

Oxy kemudian tersadar, dia terlalu banyak mengucapkan kata sialan pada Fire. Mungkin dia harus menggantinya. Brengsek lebih bagus menurutnya.

"Kau istriku Oxy, ingat. Jangan pernah mencoba berselingkuh dariku love, aku mengetahui semuanya walaupun aku tak berada di sini."

"Enyahlah kau brengsek."

Lihat. Itu lebih baik.

Fire terkekeh kemudian meraih dagu Oxy, dan menciumnya lembut. Melumat lembut, merasakan lembutnya bibir istrinya. Tangan kanannya menahan pinggul Oxy sedangkan tangan yang lain menahan tengkuknya.

Oxy mulai terhanyut, merasakan getaran aneh pada dadanya. Dia memejamkan mata, ikut meresapi bagaimana Fire memainkan bibirnya secara ahli.

Fire menelusupkan lidahnya dengan mudah, kemudian menggoda lidah Oxy mengajaknya saling membelit menari dalam pusaran gairah.

Dan entah dorongan dari man Oxy melingkarkan kedua tangannya di leher Fire. Membalas setiap lumatan pria beraroma musk dan kayu manis di hadapannya.

Dia tergoda.

Sialan.

∆∆

oxygenicaddict

Let Me In (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang