13.

9.8K 587 0
                                    


Oxy duduk dengan gelisah, menyadari tatapan mematikan yang ditujukan padanya. Tera memandangnya tajam seakan pandangan itu bisa menembus kepalanya dan semua berakhir menggenaskan.

"Aku tau kau tidak ingin membebaniku atau kedua oran tuaku yang lebih suka kau panggil Bibi dan Paman. Tapi kumohon jangan membuat mereka khawatir."

"Maaf."

"Kau tau aku bahkan mencarimu hingga ke penjuru kota, dan Bibi terus menangis memikirkanmu."

Oxy hanya mampu tergugu, dia sudah melupakan Bibi dan Pamannya. Betapa bodohnya dirinya.

"Setidaknya beri kabar kalau kau ingin hidup mandiri Oxygenic!"

"Maaf."

Lagi-lagi Oxy hanya bisa mengatakan satu kata itu. Dirinya salah. Bukan. Fire yang salah.

Tera yang berdiri langsung meluruh, duduk di sofa yang berhadapan dengannya.

"Aku bahkan berpikir kau pergi karena malam itu. Pakaianmu masih utuh di lemari dan aku tak bisa menghubungimu sebanyak apapun aku mencoba."

Tera mengatakannya lirih, tapi masih didengar baik oleh Oxy.

Dia bingung harus menjawab apa terhadap pernyataan Tera. Walaupun dia masih ingat pertengkaran mereka malam itu, tapi itu bukan masalahnya.

"Aku pergi menerima telfon setelah itu. Perusahaan menawarkan apartemen pribadi bagi karyawan yang ingin tinggal mandiri. Jadi kurasa lebih baik menerimanya."

"Dan tanpa bicara padaku!?!! atau pada Ayah!!??"

Ekspresi Tera benar-benar kacau, wajahnya memerah menahan amarah. Berbanding terbalik dengan Oxy yang hanya menampilkan wajah datarnya sedari tadi.

"Aku pikir, aku akan dipindahkan besoknya tapi wakil perusahaan bilang padaku untuk pindah secepatnya karena bila tidak dia akan memberikan nya pada yang lain."

"Jadi kau pergi tengah malam, ke apartemen perusahaan Fire dan langsung tinggal disana!!?? Begitu!?!"

Sialan. Bahkan Tera tidak henti-hentinya mengomel. Ini salah Fire. Jelas-jelas salah Fire.
Apa perlu dia turun ke bawah mengambil cincin berlian yang menjadi tanda pernikahan konyolnya dengan Fire? Menunjukan di depan muka Tera dan mengatakan,

'teman sialanmu menculikku dan dia menikahiku secara paksa. Bahkan aku diam saja. Puas'

Ingin rasanya Oxy mengatakan itu tapi dia masih bersiaga. Instingnya tak pernah salah. Fire orang yang berbahaya.

"Ya. Dan semua bajuku di tanggung okeh perusahaan."

Dia berdusta. 100% berdusta. Itu ide Fire jelas, dia hanya menambahi beberapa yang dirasanya masuk akal.

#flashback

Fire menjauhkan wajahnya, mensudahi ciuman yang membuatnya hampir gila.
Sedangkan Oxy hanya tersenggal, menatap mata Fire dalam-dalam.

"Dengar. Kau akan diantar oleh taxi yang supirnya adalah bodyguardku. Dan jika Tera menemuimu bilqng padanya bahwa kau di beri tawaran untuk tinggal di apartemen perusahaan. Dan kau langsung pindah malam itu juga."

"Kenapa aku harus melakukannya?"

Fire tersenyum miring sembari melepaskan pelukannya pada pinggul Oxy.

"Apa kau ingin aku membari tau semuanya Oxy? Kita menikah dan berbagi kamar."

"Dan kau meculikku, menikahiku secara paksa, menciumku seenak jidatmu dan kau tidak melamar apalagi mencoba bicara pada orang tua angkatku sialan!!."

Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah Fire dengar, hal itu tak luput dari pengamatan Fire.

"Aku bisa melakukan apa saja love. Dan ingat. Aku tak perlu ijin dari siapapun untuk menikahimu."

"Kau gila. Aku hanya objek obsesimu."

Fire menatap tajam Oxy, kata katanya benar-benar menusuknya.

"Untuk sekarang ya. Tapi 'who know Oxy'."

Pria itu melenggang pergi. Membiarkan Oxy yang geram dan ingin memukul wajah yang sialan tampan itu.

Beberapa menit kemudian perempuan paruh baya masuk memperkenalkan diri sebagai seseorang yang akan membantunya berbenah dan menyiapkan segalanya.

∆∆∆

Tera pergi, kembali ke kantornya sepuluh menit yang lalu. Tapi Oxy masih tak bergeming dari tempatnya duduk. Tak sesenti pun.
Kemudian di buangnya nafas secara kasar dengan harapan nafas itu dapat membawa keluar semua masalahnya juga.

Oxy bangkit dari duduknya tapi dia tak segera keluar. Dia berjalan mengelilingi ruangan milik Fire.

Benar-benar khas Fire sekali. Dengan dominasi warna hitam putih. Ruangan yang sama saat dirinya di interview.

Matanya jelalatan melihat sudut-sudut ruangan hingga berkas-berkas yang terjejer apik di lemari jati berwarna hitam. Hingga pandangannya terhenti pada satu titik.
Didekatinya lemari hitam penuh dokumen berbau kertas itu. Hingga jarak satu langkah.
Dia memicingkan matanya, berusaha melihat lebih jelas susunan kata yang tertera di salah satu bundelan dokumen.

B.O.U.R.
TOP SECRET.

Matanya sontak melebar, kemudian dia berjalan mundur. Menjauh. Dan berlari keluar ruangan.

'siapa sebenarnya Fire?' batin Oxy bertanya-tanya.

∆∆∆

oxygenicaddict

Let Me In (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang