Chap 23

8.7K 854 70
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Suara kicauan burung yang saling sahut menyahut, membuat sedikit kegaduhan di pagi hari yang cerah ini. Seorang gadis masih bergelung nyaman dalam selimut tebalnya. Perlahan kedua kelopak mata indah itu terbuka dan pemandangan pertama yang dilihat gadis itu adalah sebuah figura berisikan foto empat orang gadis cantik yang  tersenyum bahagia kearah kamera. Foto yang di ambil ketika ia masih duduk di bangku kelas dua junior high school kala Jennie dengan tiba-tiba menculiknya untuk berlibur ke pantai, tentunya bersama Jisoo dan Lisa. Namun, liburan mereka harus berakhir kacau tatkala kedua orang tuanya mengetahui keberadaannya dan memintanya untuk pulang. Momen yang selamanya akan tersimpan dalam hatinya.

Gadis itu bangkit dari posisi tidurnya dan mengambil figura tersebut. Di tatapnya figura itu lamat-lamat hingga tak terasa air mata mulai menuruni pipi mulusnya. Rasa rindu perlahan merasuki relung hati yang terasa hampa. Mengalirkan memori ke dalam otak yang tak dapat terulang kembali dan telah berubah menjadi sebuah kisah pilu.

"B-bagaimana kabar kalian? Apakah kalian sehancur diriku?" ucapnya dengan suara yang bergetar.

Angin berhembus lembut melewati celah-celah fentilasi dan membelai lembut pipi gadis itu bagaikan hendak menghapus air mata yang masih setia mengalir dari pelupuk matanya.

"Sudah hampir 3 minggu kita tidak saling tegur sapa selayaknya orang asing. Ini menyakitkan, ini sangat menyakitkan" lanjutnya dan langsung mendekap erat foto tersebut.

Pintu kamar gadis itu tiba-tiba terbuka menampakkan sosok wanita yang memandang nanar putri tunggalnya itu. Ia menghela napas sebelum mendekati putrinya dan membawa anaknya itu dalam dekap hangatnya. Tangannya ikut mengusap-usap punggung bergetar itu dengan penuh kasih sayang.

"Rosé-ya, berhentilah menangis. Hey  lihat mamah nak" ucap wanita tersebut sambil menangkup pipi milik Rosé.

"Mamah tahu kau terpuruk nak, mamah tahu ini sangat sulit bagimu untuk kehilangan ketiga sahabatmu. Tapi percayalah pada mamah bahwa pelangi akan muncul setelah badai, semuanya akan baik-baik saja nak. Berhentilah menyalahkan dirimu atas apa yang terjadi, kau tidak salah sayang" ucap sang mamah lembut sambil menghapus jejak air mata di pipi Rosé.

Hari ini merupakan tepat tiga minggu Rosé sama sekali tak bertegur sapa dengan sahabat-sahabatnya termasuk Lisa yang sekarang sudah tak menjadi teman sebangkunya. Mereka semua bagaikan membuang jauh-jauh segala kenangan yang sudah mereka ciptakan bersama. Rosé makin sering melihat Jennie pergi ke arena pertarungan jalanan, memar-memar di tubuh Lisa dan perlakuan semena-mena yang diterima oleh Jisoo, ia melihat semua itu tanpa bisa melakukan apapun layaknya patung tak bernyawa.

Sementara dirinya harus berkutat antara hidup dengan mati karena penyakit yang kian hari semakin mempersempit waktunya. Gadis itu kerap kali meruntuki dirinya sendiri dengan tangisan dan raungan yang sungguh memilukan hati siapapun yang mendengarnya, hingga terakhir kali dirinya sempat pingsan dan absen dari sekolah akibat penyakitnya yang tiba-tiba kambuh karena terlalu sering menangis.

We Are : BlackpinkWhere stories live. Discover now