PART 21

2.8K 80 10
                                    

Kekhawatiran seseorang yang berlebihan,
Akan menjadikannya boomerang

.......

Besok sabtu adalah hari libur, dan hari jumat ini, Resha sekeluarga memutuskan untuk mengunjungi rumah neneknya.

Jaraknya tidak jauh, hanya ditempuh dengan waktu 1 setengah jam saja.

Sore ini, tinggal menunggu Fino yang sedang bekerja. Mereka memutuskan berangkat sore hari.

Hanya tas seadanya saja yang dibawa, karena memang hanya dua hari di sana.

"Kak, titip celana satu dong." Kata Alin yang sedang packing baju di kamar Resha.

Mereka membawa satu tas besar berisikan baju sekeluarga. Namun, sepertinya celana Alin tidak muat. Daripada harus membawa tas lain lagi, Alin menitipkan celananya di tas ransel Resha. Karena Alin hanya memakai sling bag kecil yang hanya muat dompet dan ponselnya saja.

"Taruh paling bawah. Biar ngga menuh-menuhin."

Terpaksa Alin mengeluarkan semua isi tas Resha. Tas ranselnya memang tidak besar, hanya saja isinya ada novel. Dan peralatan mandi Resha yang tidak muat masuk tas besar tadi.

Alin dan Resha bukan type perempuan yang suka dandan. Sehingga tidak ada pouch berisi alat make up.

"Sudah masuk semua, kak pakaiannya?" Tanya Neni yang sedang masuk ke kamar Resha.

"Udah, bun. Ini masa Alin nitip celana ke Resha."

"Emang kamu bawa celana berapa sih, dek? Sampe nitip ke kakak kamu?"

Alin cengar-cengir ke arah Neni.

"Biar ganti-ganti bun. Mau foto."

"Kalian mau kemana emang?"

"Om Gibran mau ajak jalan-jalan lah, Bun."

"Jangan ngrepotin pokoknya, ya" Pesan bunda pada Resha dan Alin.

"Siap bunda cantik."Jawab Alin dan Resha serempak.

Mereka mempersiapkan semua yang hendak dibawa, termasuk kamera action.

Jam 5 Fino pulang, dan segera bergegas mandi. Lalu bersiap. Semua memang hanya menunggu Fino.

Keluarga kecil ini tidak mempunyai mobil. Hanya dua buah motor saja yang ada di rumahnya.

Fino berboncengan dengan Alin, dan Neni dengan Resha. Tentu saja kedua orang tuanya yang bawa, Resha dan Alin belum punya SIM sekalipun mereka berdua sudah bisa.

Dipakainya buff, kaca mata dan sarung tangan. Memang tidak panas. Tapi jalanan besar bisa membuat wajah mereka jadi kotor. Ya, tentu saja Fino tidak menirukan para perempuan itu.

Perjalanan dilalui Resha dengan tidak terasa, karena memang sudah sering lewat. Tiba-tiba saja kedua motor itu sudah tiba di rumah neneknya tepat jam 8 malam.

"Ehh, cucu Uti udah pada dateng. Dingin, nak?"

"Dingin, Uti." Jawab Alin sembari mencopot buff dan sarung tangannya.
Diraihnya tangan Uti dan ditempelkan pada pipinya.

"Ya ampun dingin banget tangannya. Masuk masuk. Uti buatin teh anget."

Fino dan Neni masuk. Diikuti Resha dan Alin.

"Uti, ada coklat panas ngga?" Tanya Alin.

"Huss, Alin. Mana ada sih Uti beli coklat." Sambung Neni.

Pejuang LDRWhere stories live. Discover now