PART 1

12.6K 210 8
                                    

Rupa tidak bisa menjamin hati.
Kau anggap baik yang seharusnya buruk.

......

Tiiiinnnnnnnnnnnnnn Tiiiinnnnnnn

Suara klakson menghentikan Resha yang sedang berlari.

"Hati-hati dong, dek! Kalau ketabrak, gimana? Yang disalahin saya nanti." Maki seorang yang masih duduk di atas motor dengan helm full facenya.

"Maaf, pak. Saya yang salah. Ngga lihat jalan. Hehe." Resha segera melanjutkan larinya tanpa menunggu jawaban dari orang yang hampir menabraknya karena kesalahannya sendiri.

Hari ini adalah hari pertama MOS dan dia sudah terlambat. Peraturan di sekolah baru Resha adalah, selama mengikuti MOS, siswa dilarang membawa sepeda motor dan ponsel ke sekolah.

"Wooooy, main lari aja!" Teriak pengendara motor tadi yang hanya didengar samar-samar oleh Resha.

......

"Itu kamu yang telat. Gabung disini." Teriakan seseorang kembali menghentikan langkah Resha.

Tanpa berpikir panjang, Resha berlari menuju asal suara. Di situ sudah banyak siswa lainnya yang sedang dihukum. Hampir beberapa siswa yang dihukum itu karena terlambat. Ada juga yang ketahuan membawa motor dan barang yang dilarang selama kegiatan MOS berlangsung.

"Kamu, kenapa jam segini baru sampai?" Tanya seorang anggota OSIS pada Resha.

"Maaf, kak. Tadi saya naik angkot. Rumah saya jauh. Jadi saya terlambat."

"Yang lain ini juga banyak yang naik angkot. Tapi telatnya ngga selama kamu. Nama kamu siapa? Kenapa kalung nama ngga kamu pakai? Mau alasan apa lagi?" Anggota OSIS lain menimpali. Ada tiga anggota OSIS yang bertugas untuk menghukum anak-anak yang terlambat.

"M-maaf, kak. Tadi saya terburu-buru." Resha kemudian mengeluarkan kalung yang sudah ditulisi namanya keluar dari karung goni. Selama MOS, peserta diharuskan memakai karung goni sebagai tas mereka. "Nama saya Andara Resha Amanda."

"Oke, taruh tas kamu di bawah pohon itu, dan selanjutnya kamu lari keliling lapangan basket 3 putaran." Perintah anggota OSIS yang belum diketahui namanya oleh Resha.

"Baik, kak." Jawab Resha.

Resha segera menuruti perintah OSIS agar bisa segera masuk ke Aula untuk mengikuti acara selanjutnya. Hukumannya terhitung sangat ringan. Karena beberapa siswa yang kesalahannya lebih fatal bisa dihukum sampai 10 kali atau bahkan 15 kali putaran.

Acara hari pertama sangat membosankan. Karena hanya diisi dengan seminar-seminar yang tentu saja membuat beberapa siswa memilih untuk tidur di tikar yang sudah disediakan. Selama tidak ketahuan anggota OSIS yang bertugas mereka kira tidak masalah.

"Ehh, Resha?" Panggil seseorang yang ada dalam barisan Resha tetapi jaraknya terpaut 3 orang disampingnya.

"Ehh, satu sekolah lagi. Haha. Kenapa sih ngga bosen-bosen ngintilin aku terus. Haha." Resha bertukar tempat dengan teman sebarisnya agar bisa lebih dekat dengan Oky, teman sekolahnya saat di TK dan SD.

"Haha. Enak aja. Kamu tuh. Kangen banget. Sejak lulus SD kita ngga pernah lagi ketemu. Kamu, sih pake pindah ke luar kota. Susah lagi dihubunginnya." Tanya Oky dengan sedikit berbisik agar tidak dimarahi kakak anggota OSIS.

"Ya, banyak media sosial yang bisa dihubungin, Ky. Tapi paling males aja kan basa-basi gitu kamunya. Tau banget. Kamu kan hitz, udah terkenal." Resha mencubit paha Oky.

Pejuang LDRWhere stories live. Discover now