Mereka menaiki tangga untuk menuju kamar Oky.

"Hay, kenalan dulu dong." Kata Oky yang membuat Sisi dan Resha menghentikan kegiatan menulisnya.

Resha dan Sisi reflek menoleh ke asal suara.

Didapatinya Gio dengan dua orang temannya. Yang satu terasa familiar. Ya, itu sepertinya Niko. Tapi yang satunya?

Mata lelah Sisi berubah menjadi berbinar. Didapatinya dua laki-laki tampan di depannya.

Sisi beranjak dari duduknya. Kemudian menghampiri kedua laki-laki yang belum ia kenal.

"Sisi." Katanya sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Uluran tangannya bersambut.

"Niko."

"Farhan." Jawab mereka bergantian.

Resha masih diam. Alin yang daritadi asik nonton TV, mendekat. Dia merasa teracuhkan.

Diulurkannya tangan kecilnya itu pada kedua laki-laki di depannya. Melakukannya persis seperti yang di lakukan Sisi.

"Kalau ini namanya Resha." Kata Oky yang memperkenalkan Resha pada temannya, karena sepertinya Resha akan tetap diam saja jika salah satu diantara mereka tidak memulai.

Mereka menyalami Resha. Resha membalas. Tidak ada yang spesial. Rasanya biasa saja bagi Resha. Hatinya kan sedang mati rasa.

"Kalian kayanya lagi sibuk, ya?" Tanya Gio. Dia berbeda kelas dengan kita. Dia ada di kelas IPA.

"Iyanih. Tugasnya suruh tulis tangan. Capek." Jawab Oky manja pada Gio.

"Mana sini tangannya aku pijit. Kasian tangan mulusnya harus capek." Balas Gio seraya mengambil dan memijit tangan pacarnya itu.

"Udahlah menjijikan." Balas Alin.

"Yeeee, ni anak kecil. Jitak nih ya." Kata Oky yang sudah mengepalkan tangan di udara. Namun tidak benar-benar dilayangkannya jitakan itu ke kepala Alin.

"Kasian aku sama Kak Resha yang jomblo dong. Masa aku mau minta sama Kak Farhan. Ya kali." Tangan Alin sudah dilipatkan ke dadanya. Seolah-olah dia merajuk dilanjutkan tawa oleh mereka yang melihat tingkah laku menggemaskan seorang Alin.

"Berani?" Tantang Sisi.

"Berani lah. Emangnya Kak Resha. Lihat mata aja ngga berani." Jawab Alin sambil melirik wajah kakaknya yang kini sudah merah padam.

Dasar adiknya itu tidak tau malu.

"Nyesel kakak ngajak kamu ke sini" Jawab Resha sinis.

Mereka semua melupakan tugas yang sedang di garapnya tadi. Hanyut dalam obrolan ke-tujuh-nya.

Ternyata, Farhan dan Niko adalah Alumni sekolah Nusa Bhakti. Dia tiga tahun di atas Resha.

Bahasan soal sekolah itu pun berlanjut. Tanpa Resha, Alin, Oky dan Sisi ketahui. Salah satu guru yang mereka ceritakan adalah Ibu dari salah seorang laki-laki tampan disana.

"Tugasnya selesein di rumah aja, ya? Udah sore nih." Kata Sisi.

"Iyadeh. Masih lama juga dikumpulnya." Jawab Oky.

Mereka bergegas membereskan buku tulis yang berserakan. Memasukannya kembali ke dalam tas mereka.

"Pulang sama siapa?" Tanya Niko pada Resha.

"Sama Alin, kak."

"Iyaa, tapi naik angkot. Boleh nebeng ngga, kak?" Selah Alin tanpa dosa disusul setelahnya tangan Resha yang tampak memukul pelan kepala adiknya itu.

Alin menoleh. "Apasih, kak?" Resha malah diam.

"Aku kesini emang sengaja mau anter pulang kalian kok. Yuk, Alin." Ajak Niko.

"Yeeeeeyyy. Yuk kak Resha." Ajak Alin yang menggandeng tangan Resha kemudian.

"Kalian pulang berempat, ya? Aku mau disini dulu. Ntar aku pulang biar diantar Oky." Kata Gio.

"Yahhh, aku pulang sendirian. Gio bawa motorku aja gimana?" Tanya Sisi yang saat ini sedang memonyongkan bibirnya.

"Minta pacar kamu jemput aja. Motornya tinggal sini." Kali ini Oky yang menjawab.

"Udah deh jangan ngrusak rencana." Gio berbisik pelan ke telinga Sisi.

"Iyadehhh. Aku pulang sendiri." Jawab Sisi pasrah.

"Yaudah yuk aku anter pulang. Alin atau Resha yang mau duduk didepan?" Tawar Farhan. Ini adalah mobil Farhan. Dia yang menyetir.

"Akuuuu." Jawab Alin.

Resha menyikut lengan adiknya itu. Resha tidak mau duduk dengan salah satu laki-laki didepannya. Kalau saja Alin tidak ikut, pasti dia akan menolaknya habis-habisan.

"Ngga kak, kita duduk dibelakang aja. Kak Farhan sama Kak Niko aja yang di depan." Resha tersenyum manis ke arah mereka. Tentu saja tidak dengan Alin.

Dia cemberut. Terpaksa mengikuti apa yang di mau kakaknya itu.

"Oke, yaudah kita berangkat sekarang?" Tanya Farhan.

"Yuk." Balas Niko dibarengi dengan langkah mereka menuju mobil.

Farhan sudah ada di belakang kemudi dan Niko disampingnya.

......

"Kak, ngga ngrepotin?" Tanya Resha ketika mereka sudah dalam perjalanan ke arah rumah Resha.

"Ngga lah. Rumah kita deket kok dari sini." Jawab Farhan.

"Rumah kamu yang mana?" Tanya Niko.

Resha menjelaskan seperti penunjuk arah. Belok sini. Belok situ. Dan seterusnya. Sampai mereka sudah tiba di depan rumah sederhana warna hijau itu.

"Sini rumah Alin, kak." Kata Alin setelah mereka sampai.

"Yaudah yuk turun. Kita pamitan dulu." Ajak Farhan.

"Mau pamitan dulu, kak?" Tanya Resha mencoba memastikan.

"Iyalah. Masa iya kita langsung pulang. Ngga sopan namanya." Jawab Niko kemudian.

"Yaudah, kak. Ayok mampir. Aku panggilin bunda sebentar." Alin bergegas masuk mencari bundanya.

Neni sedang memasak saat anak gadisnya masuk sambil berlari.

"Bun, ada yang mau pamitan."

"Siapa? Pacar kamu?" Tanya Neni heran.

"Bukan, tapi temen-temen kak Resha. Tadi aku dianter mereka." Jelas Alin.

Neni dan Alin bergegas menuju pintu depan. Sepertinya mereka sudah ditunggu.

"Eh tante. Apa kabar tan?" Sapa Farhan seperti sudah sering bertemu saja.

Neni tersenyum. "Kalian yang anter anak-anak bunda pulang?" Tanya Neni.

"Iya, tan. Kebetulan tadi ketemu di rumah Oky." Jawab Niko.

"Makasih ya udah mau direpotin. Mampir dulu sini. Bunda lagi masak sayur sop kesukaan Resha."

"Enggak tante. Udah sore. Mungkin Resha sama Alin mau langsung istirahat. Kita langsung pulang aja, tan." Kata Farhan yang sudah meraih tangan Neni untuk disalaminya.

Mereka berpamitan. Alin, Bunda dan Resha lalu masuk.

Dengan muka lusuh, lelah sehabis mengerjakan tugas, Resha bergegas menuju kamar mandi. Tidak sabar makan sop buatan Bundanya.

......

Tbc.

Jangan lupa vote dan komen masukan dan dukungannya, ya?
Biar semangat lanjutinnya.

Terimakasih. ❤️❤️

Pejuang LDRWhere stories live. Discover now