39. KITA JADIAN [REPOST]

Mulai dari awal
                                    

"Iya sih tapi tadi tuh sepi dan gue gak nyangka aja Baret nyomot mulu. Lo tau sari roti yang lima ribuan itu? Dia ngambil enam! Beng-beng ngambil 3! Parah bener dah tuh orang. Orang kaya tapi kelakuannya begitu."

"Tuh. Si Firman temen sekelasnya juga sama kaya Baret. Parahan Firman. Udah nyomot nasi, air. Semua dagangan Pak Kantin dimasukin ke kantong celana pas lagi rame." Guntur memberitahu meski semuanya sudah hafal dengan kejadian-kejadian itu.

Biarpun kantin tempat yang seru saat jam istirahat tapi ada saja murid-murid yang berlaku keji dan mencuri apa yang seharunya bukan milik mereka. Seharusnya mereka membayar tapi tidak membayar dan malah memasukkan makanan yang mereka raup di kantin ke dalam kantung celana sekolahnya di saat keadaan sedang rama-ramainya—memanfaatkan keadaan. Semua pelaku itu bermula dari kakak kelas lalu menurun pada adik kelas. Kebanyakan yang berbuat seperti itu memang anggota Ravispa padahal sebenarnya yang mengambil makanan tanpa izin di kantin itu orang yang cukup berada.

"Nih roti lu Bams!" Oji melempar roti yang ia pegang hingga Bams yang duduk di tempat duduknya menangkap roti yang dilempar Oji itu.

"Bel lagi berapa menit?" tanya Galaksi.

"Sepuluh menit Lak," jawab Jordan. "Kenapa emangnya?"

"Ntar juga lo tau." Jordan akhirnya tidak banyak bertanya lagi. Toh seperti kata Galaksi cowok itu akan tahu nantinya. Tinggal menunggu waktu meski Jordan dan yang lainnya cukup penasaran. Galaksi sedang menaruh kedua kakinya di atas mejanya. Tidak peduli dengan kotor di meja yang disebabkan oleh sepatunya. Like a Boss.

"Lak lo mau kemana?" tanya Bams saat Galaksi berdiri.

Galaksi meliriknya sambil berkata. "Mau nyari cewek di kelas Bahasa. Lo ikut?"

****

Kejora berpisah dengan teman-temannya yang pergi untuk makan di kantin. Perempuan itu sendirian tidak tahu mau kemana. Kakinya terus melangkah menyusuri jalan dekat kelasnya. Di saat yang sama Galaksi baru saja tampak di lorong kelasnya yang membuat Kejora melotot karena cowok itu ada di daerah kelas Bahasa. Kejora berputar balik namun sia-sia karena Galaksi sudah mengejarnya, berjalan di sebelah.

"Kenapa muter balik?" tanya Galaksi. Kejora tidak menoleh. Ia masih berjalan dengan tangan memegang buku. "Takut sama gue?" tebak Galaksi.

"Nggak. Kok lo di sini?"

"Kenapa emangnya? Ini kan sekolah gue juga."

"Maksud gue bukan itu. Lo ngerti apa yang gue bilang."

"Ngerti." Galaksi berjalan di sebelahnya dengan kedua tangan setia berada di dalam saku celana abu-abunya.

Kejora masih berjalan. Tidak berhenti. Ia menoleh pada Galaksi yang mengikutinya. Kenapa Galaksi tidak marah padanya atas kejadian tadi? Cowok itu kelihatan biasa-biasa saja di sebelahnya sekarang. Bukannya Kejora mau Galaksi marah padanya. Kejora sama sekali tidak mau hal itu. Dia hanya bingung menempatkan posisinya di mana sekarang.

"Kok awet banget sih bau bedak bayi lo?" Galaksi berkata itu tiba-tiba. "Lo pake berapa banyak emang?"

"Lumayan," jawab Kejora dengan nada pelan. Nyaris seperti gumaman. Kejora berdehem tidak enak. "Gue mau minta maaf. Sorry kalau tadi gue kelewatan nyuruh lo milih gue atau Ravispa. Gue sama sekali nggak—"

"Gue seneng kok, Ra." Galaksi memotong ucapan Kejora. Mata cowok itu tidak lepas pada wajah Kejora yang masih berjalan di sampingnya. "Harusnya gue lebih ngeyakinin lo lagi. Soal perasaan gue. Soal gue yang suka sama lo. Gue tau kalau lo mau gue biar gue nggak kenapa-napa. Itu artinya lo peduli sama gue kan?"

Kejora tidak bisa membalas Galaksi. Perempuan itu berjalan seperti robot di samping laki-laki itu. Sekali lirik saja Galaksi tahu perempuan itu mendadak malu.

GALAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang