ELEVEN

19.7K 1.7K 6
                                    

"Jam tujuh tepat kamu sudah harus siap. Saya jemput di kosan."

Aku memutar bola mataku jengah mendengar nada bossy dari lelaki didepanku ini. Memangnya dia siapa seenaknya memerintahku ini dan itu. Lagipula aku kan nggak bilang iya dengan ajakannya.

Entahlah. Sejak peristiwa beberapa hari yang lalu, dimana si dokter mesum ini dengan seenaknya mengikrarkan diriku sebagai pacar bohongannya, dia mulai bersikap semaunya sendiri padaku. Bahkan aku ingat, aku tidak pernah sekalipun menyetujui ucapannya tempo hari. Saat itu, aku yang terlampau syok hanya bisa berdiam diri dan menurut saja saat dia membawaku pergi.

"Maaf dok, Saya sudah ada janji pergi sama orang lain." Ucapku bohong. Nyatanya memang tidak ada yang mengajakku pergi bersama ke acara resepsi pernikahan dokter Eza nanti malam. Ah, nasib jomblo ya beginilah. Selalu bingung kalau ada acara kondangan tapi tidak ada gandengan.

"Sama siapa?"

"Eumm, sama dokter Dili. Iya. Dokter Dili." Aku berbohong lagi. Padahal aku tahu, dokter Dili sudah mengiyakan ajakan dari dokter Elvira.

Aku memang tidak sengaja mendengar percakapan keduanya di kantin beberapa hari yang lalu. Dan aku pun bisa menarik kesimpulan bahwa ternyata dokter Elvira ini menyukai dokter Dili sejak lama. Aku jadi tidak enak hati. Selama ini aku dan dokter Dili cukup dekat. Bahkan tidak sedikit yang menggosipkan aku dengan dokter Dili.

Suara tawa dokter Rama terdengar remeh. "Kamu jangan bohong sama saya, Bila. Memangnya saya tidak tahu kalau Dili sama Elvira?"

Sial! Darimana bisa tahu sih orang ini?! Wajahku rasanya memanas karena malu ketahuan berbohong. Bisa-bisa lelaki didepanku ini berpikir bahwa aku memang berharap ajakan dari dokter Dili untuk pergi bersama.

"Sa-saya nggak mau pergi sama dokter." Ucapku pada akhirnya. Tidak mau lagi berbohong dan menyebut nama orang lain sebagai tumbal.

Aku memang tidak mau semakin memperparah gosip yang beredar belakangan ini. Sejak ucapan dokter Rama yang melibatkan aku sebagai pacar pura-puranya didepan Katy beberapa hari yang lalu, semua orang di lingkungan rumah sakit sering membicarakan hal-hal buruk tentang diriku.

Banyak yang bilang bahwa aku ini perempuan genit dan penggoda. Lebih parahnya lagi ada yang memfitnahku bahwa aku ini pakai susuk. Sampai-sampai semua lelaki mendekatiku dan suka padaku.

Padahal aku tidak pernah menanggapi mereka-mereka yang berniat mendekatiku. Dokter Eza buktinya. Sejak awal kedatangannya disini aku tidak pernah sekalipun merespon perasaannya padaku. Karena aku tahu, lelaki seperti dokter Eza hanya melihatku dari luarnya saja. Seperti halnya Erik dan juga dokter Dili.

"Kenapa? Kamu takut digosipkan sama saya? Saya nggak keberatan kok." Ucapnya santai.

"Tapi saya yang keberatan. Udahlah, dokter Rama ajak orang lain saja. Saya permisi."

Aku meninggalkan ruangan dokter Rama dengan perasaan kesal. Biar saja dianggap tidak sopan. Aku memang sudah lelah berdebat dengannya. Dan aku tidak mau memperburuk gosip-gosip yang beredar selama ini tentang diriku.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hey, Bi! #Wattys2018Where stories live. Discover now