TEN

19.3K 1.8K 9
                                    

"Taruh dulu aja kenapa sih, Kin. Gue laper banget ini."

Aku membungkukkan badanku, menahan rasa nyeri yang menyerang perutku jika aku telat makan. Sepertinya asam lambungku naik. Karena sejak semalam aku bahkan tidak memasukkan makanan apapun ke dalam perutku.

Kinar menghentikan kegiatan tulis menulis laporannya, menoleh kearahku dan sedetik kemudian matanya membelalak lebar.

"Ya ampuunn, lo sehat Cha?" Kinar mengacak-acak isi dompetnya. Mengeluarkan sebuah cermin ajaib yang selalu dibawanya kemana-mana lalu memberikannya padaku. "Nih, ngaca dulu coba. Muka lo serem banget sumpah."

Dasar Kinar. Bisa-bisanya dia malah mengkhawatirkan wajahku daripada cacing-cacing diperutku yang berdemo minta makan. Aku mendengus kesal tak urung merebut cermin ajaib itu lalu mengikuti sarannya.

Mataku melotot lebar begitu melihat bayangan wajahku di cermin. Aku bahkan tidak mengenali diriku sendiri. Ternyata tampilanku hari ini begitu menyeramkan. Pantas saja beberapa orang yang kutemui hari ini menatapku dengan pandangan aneh dan kening berkerut. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang berani menegurku.

Wajahku memang tampak seram hari ini. Seolah-olah aura gelap memang menyelimutiku. Bibirku pucat tanpa polesan lipstik. Lingkaran hitam menghiasi kedua mataku yang sembab. Tinggal jalan pakai pantat saja aku pasti dkira suster ngesot. Hantu yang dulu namanya sempat melambung tinggi dan menjadi momok bagi para pasien di rumah sakit.

Aku memang tidak tidur semalaman. Selain karena harus menyelesaikan revisi skripsiku, juga ada beberapa hal yang menganggu pikiranku belakangan ini.

Ini semua karena pertemuanku dengan mantan brengseque beberapa hari lalu. Aku tidak sengaja bertemu dengannya disebuah minimarket dekat kampusku. Dia tampak sedang berbelanja bersama seorang perempuan yang kuyakini adalah istrinya.  Untung saja lelaki itu tidak melihat ke arahku. Aku yang kepo tingkat dewa akhirnya memberanikan diri membuntuti keduanya. Dan kenyataan pahit yang kuketahui malah membuatku tidak bisa tidur semalaman. Dasar mantan sialan!

"Cha, woi. Malah ngelamun. Jadi nggak nih? Katanya laper."

Suara Kinar membuyarkan ingatanku. Aku menghela napas panjang, berusaha melupakan pertemuanku dan lelaki brengseque itu. Aku bangkit dari tempat dudukku, mengangguk semangat. "Yuk. Gue lagi pengen ketoprak nih."

"Bentar. Lo mending benerin dulu tuh muka. Udah kayak suzana tau."

Kinar menyodorkan dompet make up nya padaku. Setelah memoles bedak tipis-tipis dan juga lipstik warna merah menyala milik Kinar, aku menyusul Kinar yang berjalan lebih dulu. Katanya Bagas sudah menunggunya dilantai bawah.

"Eh, ada Acha. Lo kelihatan 'hot' hari ini. Lipstik baru ya?"

Suara menyebalkan milik Erik menyambutku. Aku memutar bola mataku malas. Playboy cap kadal satu ini memang pantang menyerah. Padahal aku tidak pernah mempan dengan gombalannya yang receh itu.

"Anjir. Segala lipstik yang dipake Acha lo hapal banget ya." Sahut Bagas.

"Jangan-jangan daleman yang dipake Acha lo tau juga." Tanya Kinar curiga yang kubalas pelototan tajam.

"Gue selalu tahu apapun tentang dia." Jawab Erik songong sambil menunjuk padaku.

Aku mengedikkan bahuku acuh. Berlalu pergi meninggalkan ketiga orang itu. Erik tampak mengekori langkahku. Aku hanya berdehem malas menanggapi setiap ocehan tak berfaedah yang keluar dari mulutnya. Sedangkan Suara tawa Bagas dan Kinar terdengar nyaring dibelakangku.

Mendadak langkahku berhenti saat melihat wanita berbody model macam victoria secret dengan dandanan mencolok tengah duduk di lobby rumah sakit bersama para body guardnya.

Hey, Bi! #Wattys2018Where stories live. Discover now