TWO

28.6K 2K 15
                                    

Sejak semalam, smartphone milikku tidak berhenti mengeluarkan suara dan getaran. Padahal sudah kuubah mode silent, tapi tetap saja ratusan notifikasi whatsapp itu menganggu Indra pengelihatanku. Kuabaikan semua pesan-pesan tidak penting itu. Aku bosan mendengar topik pembicaraan yang akhir-akhir ini menjadi gosip terpanas di ruanganku.

"Patah hati adek, Bang. Tega-teganya Bang Eza ninggalin adek."

"Fix! Hari ini resmi jadi hari patah hati nasional jilid dua."

Aku memutar bola mataku jengah melihat drama yang dilakukan Fitria dan April pagi ini. Kulempar tas milikku dengan kasar membuat kedua wanita itu melotot padaku.

"Kenapa sih lo, Cha? PMS?" Tanya April sembari membetulkan hairnet miliknya yang sebenarnya sudah rapi itu

"Lo sedih kali ya Cha ditinggal kawin sama Dokter Eza?"

Aku mendengus keras mendengar ucapan Fitria. Entah mengapa aku agak sensitif jika mendengar kata-kata 'ditinggal kawin'. Membuatku ingat akan mantan pacarku yang juga tega-teganya memutuskanku sepihak dan memilih menikah dengan wanita yang dipilihkan oleh orang tuanya.

Aku merasa sedih jika mengingat hal itu. Dua tahun lamanya aku dan dia berpacaran ternyata tidak ada artinya apa-apa. Padahal, aku sangat menyayangi lelaki yang usianya tiga tahun lebih tua dariku itu. Tapi, takdir memang berkata dia bukan jodohku. Dan dengan brengseknya dia mengirim undangan pernikahannya disaat aku dan dia masih berstatus pacaran.

Sepertinya Fitria menyadari perubahan raut wajahku. Dia mengusap-usap punggungku dan mengucapkan maaf berkali-kali.

"Lo sih Cha, dokter Eza se-perfect itu ditolak. Nyesel kan lo sekarang? Sedih kan?"

Aku membelalakkan mataku mendengar ucapan April. Aku memang sedih, tapi bukan karena ditinggal kawin oleh Dokter Eza. Aku malah senang akhirnya dokter playboy itu lenyap dari pandanganku.

Dokter Eza adalah dokter spesialis obgyn* paling digandrungi oleh para bidan dan juga perawat di rumah sakit ini. Wajahnya ganteng mirip artis Adipati Dolken yang pernah main di film adaptasi novel Perahu Kertas karya Dee Lestari. Dokter Eza ini tergolong spesies lelaki yang amat sangat kubenci keberadaannya. Dia ini playboy kelas kakap. Pacarnya sering gonta-ganti. Dari kelas perawat atau bidan macam teman-temanku, hingga dokter dan juga kalangan model papan atas.

Sejak kedatangannya di rumah sakit ini satu tahun yang lalu, Dokter Eza gencar mendekatiku, merayuku dengan bermacam-macam bunga dan hadiah, bahkan berkali-kali menyatakan perasaannya dan memintaku menjadi pacarnya. Sayangnya, sejak awal aku sudah membenci lelaki macam dirinya itu. Aku sudah kebal dengan segala ucapan manis dan perlakuan romantis yang sering dia berikan padaku. Semua teman-teman sejawatku bahkan mengatakan aku ini 'wanita bodoh'. Bisa-bisanya aku menolak Cinta Dokter ganteng dan mapan macam Dokter Eza ini.

Tapi aku tidak peduli. Sejak awal aku memang tidak menaruh rasa apapun pada Dokter Eza. Aku juga bisa melihat Dokter Eza tidak pernah serius mendekatiku. Dia hanya menjadikanku permainannya saja, sama seperti wanita-wanita lain yang pernah dipacarinya. Sampai akhirnya, berita itu datang. Berita yang membuat seluruh pegawai wanita di rumah sakit ini patah hati. Berita menikahnya Dokter Eza dengan Dokter Spesialis Anak yang baru bernama Dokter Ginaya.

"Udah-udah. Mending kita buruan kedepan deh. Bentar lagi Dokter pengganti Dokter Eza dateng lho." Suara Fitria memecahkan lamunanku. Aku menghela napas panjang, menghilangkan semua kenangan buruk bersama mantan pacarku yang kembali terngiang.

Aku buru-buru merapikan helaian rambutku yang keluar dari jepitan hairnet yang kupakai, sebelum akhirnya menyusul Fitria dan juga April yang keluar lebih dulu dari ruang ganti khusus Bidan ini.

Hey, Bi! #Wattys2018Where stories live. Discover now