Duaenam ( FLAHBACK ON )

393 70 26
                                    

Ada beberapa typo di cerita ini



"Jieun!" Ujar Sehun mengetuk pintu kamar Jieun dengan pelan " ini aku Sehun bisakah kau keluar".

Tidak ada respon

"Jieun, keluarlah aku tahu kau belum makan dari kemarin, kau akan sakit, aku tidak suka kau sakit, jadi keluar lah"

Tidak ada respon, seperti beberapa menit yang lalu.

"Jieun!, aku akan hitung sampai tiga, jika kau tidak keluar aku akan menelpon Taeyong atau kedua orang tua mu" ancam Sehun menatap kesal pintu di depannya.

"Satu"

"Dua" masih sama seperti awal, pintu itu tetap tertutup, Sehun terus menatap pintu dengan tatapan kesal dan sedih.

"Aku banar - benar serius Jieun, jika kau tidak membukanya aku akan menelpon ke dua orang tua mu" ancam Sehun.

"Tiga" tetap sama pintu itu tetap tertutup, di hitungan ketiga pada ancamannya.

"Baik lah jika ini mau mu, aku akan menelpon kedua orang tua mu, dan mengatakan bahwa anak gadisnya mengurungkan dirinya di kamarnya, tanpa alasan yang jelas.

Dengan cepat Sehun mengambil smartphone nya dan mengdel, nomer telepon yang sudah ia anggap ke dua orang tua sendiri.

"Hello"

"Aku baik - baik saja ayah" ujar Sehun menjawab pertanyaan ayah Jieun dengan diakhiri penekanan kata ayah, bermaksud, membuat Jieun keluar dari kamarnya.  

"Aku menelpon mu, karena aku ingin mengatakan bahwa Jieun Noona dia.."

"Aku bilang jangan"ujar Jieun keluar dari kamar dan merebut smartphone Sehun untuk mematikan sambungan telepon itu, tapi apa yang ia lihat layar smartphone itu gelap tidak ada panggil keluar sama sekali.

"Akhirnya, kau keluar juga " ujar Sehun senang menarik Jieun kedalam pelukannya.

"Yah, kau membohongi ku"ujar Jieun menarik tubuhnya dari pelukan Sehun.

Sekarang Sehun dapat melihat keadaan Jieun, yang berbeda tidak seperti biasanya, kini wajahnya terlihat kusam dengan mata bengkak seperti habis menangis.

" Ada apa dengannya? Siapa yang membuatnya seperti ini? Ini bukan Jieun yang selalu terlihat cantik, kenapa dia menjadi seperti ini"

"Menyebalkan, kau sudah membohongi ku" ujar Jieun menatap kesal Sehun yang sendiri tadi menatapnya.

Sehun yang tersadar dari lamunan nya, menarik tangan Jieun agar tidak kembali masuk ke kamarnya, dan menarik Jieun ke ruang makan, mendudukan Jieun diatas kursi mengambil sekotak bubur yang baru saja ia beli, dan meletakan bubur itu dihadapan Jieun.

"Makanlah dan jangan membantah" ujar Sehun tenang tapi nada suara itu tersirat kekhawatiran didalamnya.

Jieun yang mendengarkannya, akhirnya mengangkat wajahnya sedari tadi ia tundukan, dan langsung menatap Sehun yang duduk terdiam di hadapannya.

"Makanlah aku akan menunggu mu" ujar Sehun lembut menatap Jieun hangat.

10 Menit.

Setelah Jieun menghabiskan satu kotak makanan, Sehun membuka pembicara yang beberapa menit lalu hening.

"Sudah selesai makanannya? Bisa kah kau ceritakan apa yang terjadi dengan mu?" Tanya Sehun menatap Jieun yang sudah selesai makan meskipun, tadi mereka memulai dengan argumen dulu.

Jieun hanya menatap Sehun kosong tanpa berniat menjawab pertanyaan Sehun.

Sehun yang mengatahui bahwa Jieun tidak ingin mejawabnya, hanya bisa menghela nafas dan menarik tangan Jieun untuk menyadari lamunan nya.

"Berhenti mengunyah bibir mu, kau membuat ku ingin memakan bibir merah muda mu" ujar Sehun membuyarkan lamunan Jieun, tersenyum memandang Jieun yang terlihat bodoh dimatanya.

"Berhenti melamun, sekarang kau pergi mandilah, aku tau kau belum mandi, dari tadi aku harus menahan nafas gara - gara bau yang ada ditubuh mu itu" Ujar Sehun bercanda, mencairkan suasana.

"Benarkah?"Tanya Jieun mencium aroma bajunya yang ia pake, ketika itu juga Jieun ingin sekali muntah, mencium aroma tubuhnya yang sangat bau .

"Cepatlah, aku ga tahan bau pada tubuh mu, sudah beberapa hari kau tidak mandi sih? Rasanya pengen pergi dari sini" Tanya Sehun mendorong tubuh Jieun ke kamar mandi.

"Tidak kau tidak boleh pergi" ujar Jieun, ketika itu juga membalikkan badannya menghentikan dorongan Sehun.

"Kenapa aku ga boleh pergi?" Tanya Sehun
      
" pokoknya Kau tidak boleh pergi! Kau akan tetap disini sampai aku selesai mandi!" Ujar Jieun berlari ke kamar mandinya, tanpa menjawab dan mendengar reaksi Sehun.






****


















Sekitar 15 menit sudah Jieun habiskan waktu untuk mandi, tanpa sadar melupakan seseorang yang telah menunggunya di ruang tamu dengan kebosanan amat jadi pada orang itu.

Dengan cepat Jieun, memakai pakainya rumahnya, ia bercermin melihat pantulan pada tubuhnya, ia memandang tubuhnya dengan pandangan menjijikan, tanpa sengaja Jieun mengingat wajah pria yang sudah membuatnya seperti ini, mengurungkan diri di kamar untuk menangisi kejadian menjijikan itu.

Semestinya ini tidak akan terjadi, jika kalo Jieun menjauhi pria itu.

Semestinya Jieun sadar bahwa pria itu sudah mau berbuat jahat kepadanya dari awal.

Semestinya Jieun tidak menolongnya, ketika pria itu dipukuli.

Mestinya dan mestinya itu yang ada di pikiran Jieun, Jieun sadar bahwa ini sudah terjadi.

Sekarang yang ia rasakan hanya ketakutan, ketakutan bahwa ke dua orang tuanya, adiknya Taeyong, Sehun mengetahui ini, apa mereka akan menerima kejadian ini? Atau mereka akan meninggalkannya sendirian?.

Bulir air mata yang sendiri tadi Jieun tahan menetes, ia amat sangat takut, takut bahwa mereka tidak akan menerima ini apa lagi Sehun.

ia takut melukai perasaan lembut Sehun, ia takut di bencinya, ia amat sangat takut membayangkan apa yang ia takutkan akan terjadi.

Untuk beberapa menit Jieun habiskan untuk menangisi ketakutan itu, ia tahu ketakutan ini akan terjadi, sebelum ketakutan ini yang akan terus menggerogoti pikirannya dan hatinya, ia harus menghalau ketakutan ini dengan berbicara dengan Sehun.

   























   Vote dan komentarnya ku tunggu ...

Just Love Me RightWhere stories live. Discover now