"Katanya tadi mau pulang, kok masih disini?"

"Aku lagi nunggu seseorang." jawab Sinta.

"Siapa?Bintang?"

"Bukan."

"Terus siapa?" kali ini Arga yang tanya.

"Teman kencanku."

"Siapa?Bintang?"

"Aish, kenapa selalu Bintang sih yang disebut terus?"

"Lalu siapa? Kak Yuta?"

"Apa hubungannya dengan dia!?"

"Habis kau selalu dikelilingi pria-pria tampan, aku kan jadi bingung."

"Dia hanya tetangga oke? Juga, memangnya enak di kelilingi pria?"

"Tentu saja! Hei, aku janji akan kupaskan kulit apel untukmu setahun penuh kalau aku bisa bertukar tempat tinggal denganmu. Kalau tidak suka kak Yuta, kenapa tidak kenalin padaku saja?"

"FIONA!" Arga memekik dengan mata melotot nyaris keluar.

"Tuh, lihat kan? Itu alasannya." Jawab Sinta.

Fiona cemberut, membuang muka dari Arga. "Jadi, apa pria yang mana sekarang? Jauh lebih ganteng dari Kak Bintang?"

"Dia jauh lebiiih tampan dari Bintang, kau tahu aktor di telivisi itu? Em, Atalarick Syah! Iya! Dia mirip aktor itu!"

"Atalarick.. bukankah aktor itu sudah om-om?"

"Memang!"

Sinta berdiri tegap begitu sebuah mobil silver mewah masuk ke area parkir. Seorang berjas hitam beraksen biru dongker keluar dan melambai.

"Jadi, itu teman kencanmu?"

"Aku duluan ya? Om Unicorn!"

Dalam sekejap, Sinta sudah menghilang bersama Bayu dan mobilnya, melesat membelah jalan.

Atalarick Syah? Fiona sangat setuju. Om Bayu yang berperawakan tinggi dan sangat maskulin, punya daya tarik yang kuat tapi auranya begitu penyayang, melihatnya sekarang ia yakin sekali dulu Om Bayu pria yang sangat tampan.

"Hey, apa yang kau pikirkan huh?"

"Yang pasti bukan memikirkanmu. Sudahlah, aku mau bertemu dengan guru lesku."

"Hey, bukannya kau janji akan pulang denganku? Pilih aku atau guru lesmu?"

"Tentu saja kau, Arga! Aku pergi dulu!" Fiona melesat cepat meninggalkan Arga sendirian.

Sementara mobil Bayu sudah bergabung dengan transportasi lain di jalanan, Bayu menyalakan musik dengan volume rendah.

"Jadi mama udah sampai duluan, om?"

"Iya, ada yang perlu dibicarakan dengan Dr. Jo. Jadi Om yang jemput kamu."

***

"Ibu, balonku! Balonku!"

Bintang menoleh, seroang anak perempuan menarik lengan baju ibunya sambil menunjuk balon nya yang terbang ke langit, dengan wajah memerah nyaris menangis. Sang ibu berjongkok, membelai rambut anaknya sayang,

"Cup,cup. Nanti ibu belikan lagi ya."

"Beneran?", si ibu mengangguk, lalu menggandeng tangan anaknya dan menyebrangi jalan.

Bintang mendongak ke arah balon yang melambung tinggi, mengecil. Sesuatu menariknya kembali ke masa lalu. Yang tak ingin ia datangi.

"Wah, lihat balonnya!"

Bocah laki-laki bertubuh mungil melompat senang. Ia berlarian di sekeliling rumah dengan pakaian terbaiknya dan sebuah topi pesta. Matanya berbinar-binar, ia berlari kegirangan melihat balon-balon, pita, serta ornamen pesta lain yang menghias dinding rumahnya dengan cantik untuk pesta ulang tahun, ulang tahunnya yang ke delapan.

Ia memasuki dapur, tempat seorang asisten rumah tangganya sedang mempersiapkan hidangan pesta. Tepat diatas meja putih panjang, beragam makanan tersaji, semua makanan lezat, dan jangan lupakan kue ulang tahun tiga tingkat penuh cream dan coklat putih kesukaannya.

"Wah, banyak sekali!"

Bi Inah tersenyum melihat tuan mudanya, "Den Bintang pasti senang, ada pesta ulang tahun, dan akhirnya kamu bertemu dengan daddy dan momy mu yang sibuk."
Ding Dong! Bel rumah berbunyi. "Wah, pasti itu mereka."

Bintang sangat antusias, ia berlari kecil menuju sisi lain meja, "Bi, jangan bilang Bintang disini ya? Bintang mau ngagetin daddy sama mom! Rahasia ya!"

Bi Inah menunjukkan kedua ibu jarinya setuju, lalu berjalan mengendap-endap keluar dari dapur untuk mempersiapkan yang lainnya.

Bintang lekas sembunyi begitu mendengar suara langkah kaki yang memasuki dapur.
Ia menutup mulutnya menahan tawa.

"Kerjaanmu lancar?" itu suara mamanya.

"Seharusnya kau sudah tahu setelah mengirim orang untuk mengikutiku." Balas seorang pria, daddy-nya. Ia mengambil segelas air dan meneguknya. "Kau pikir aku tidak tahu?"

Mommy Bintang mengeluarkan sebuah amplop dan melemparkannya ke atas meja pesta, "Ini surat cerai, berikan padaku kalau kau sudah menandatanganinya."

Daddy Bintang meraih surat itu dan merobeknya jadi beberapa bagian dan melemparnya ke lantai. Mommy Bintang mengeraskan rahang, merebut gelas dari tangan suaminya, dan melemparnya ke dinding. Bintang yang berada di sisi lain meja terhenyak kaget dan membekap mulutnya sendiri.

"Kau ini apa-apan!" seru Daddy Bintang.

"Toh kamu menikahiku bukan karena cinta. Kenyataan kita bertemu, menikah dan Bintang dilahirkan adalah sebuah kesalahan. Gitu kan?"

"Jadi selama ini aku dapat hukuman kan?"

"Apa aku dan Bintang adalah hukuman bagimu!!?", pekiknya.

"Aaaa!" seorang bocah kecil berteriak keras dan keluar dari persembunyiaannya sambil menutup telinga.

"B-bintang!"
"Sayang.. Anakku.."

Bintang mencengkram taplak meja keras-keras, air matanya mengenang dan bahunya naik turun tak karuan. Ia kembali berteriak kencang dan menarik taplak itu sekuat tenaga membuat semua makanan itu jatuh dan berserakan jatuh ke lantai, berantakan, sama seperti hatinya.

Jangan lupakan sorot matanya yang penuh kebencian pada dua orang yang disebut orang tua itu.

"Tidak lama kan? Hey apa yang kau lihat diatas sana?"

Bintang sadar dari lamunan dan menyadari Nico sudah berada di sampingnya.

"Kenapa melihatku begitu? Aku kan cuma ke kamar mandi saja."

"Tidak ada. Ayo pergi." ajak Bintang.

***

---------------------------------------------------------------
Thanks to support my story!! Berikan kritik dan sarannya!!

Fate In You (COMPLETED)Where stories live. Discover now