Antasy

2.7K 276 30
                                    

Aku pernah bertanya pada nya, apakah ia pernah bahagia setelah 'orang' itu pergi?. Namun pria pucat itu hanya memberiku senyun getirnya. Senyum yang sialnya terlalu jelas menjawab pertanyaan ku. Senyum yang seakan berkata 'YA' dengan kerasnya. Senyum yang membuatku kembali sadar dengan posisi ku saat ini.

Kau tahu, sangat sakit saat melihatnya menangis sendiri di sudut ruang latihan atau bahkan melihatnya melamun di depan jendela kamarnya. Aku sudah lelah menghiburnya. Aku lelah. Malam itu aku hampir menyerah, jika saja sesosok makhluk tidak menahan goresan pisau di pergelangan kiri ku. Walaupun aku bisa merasakan jika urat nadi ku sudah terputus saat ia datang.

"Siapa kau?" Tanya ku lirih. Namun makhluk itu hanya diam. Aura hitam pekat di sekitarnya sangat mencekam bagi ku. Nafasku sesak ketika ia semakin mendekatiku.

"Aku akan menawarkan dua pilihan untuk mu. Mati atau bertukar Nyawa."

Aku mengerjap. Masih terasa sulit mencerna semua kalimat yang ia lontarkan. Apa bedanya Mati dengan bertukar nyawa. Bukan kah itu sama saja?

"Apa maksudmu?"

"Aku sudah memberimu dua pilihan."

"Jelaskan apadaku!"

Makhluk itu tersenyum. Tudung yang ia kenakan hanya menampakkan hidung dan bibir nya. Kamar ku yang temaram membuat ia terlihat lebih menakutkan saat itu.

"Aku tahu kau merasa bersalah pada seseorang. Dan seseorang itu sudah tidak ada di dunia ini. Aku hanya menawarkan mu...untuk menukarkan nyawamu dengan nya."

Jadi aku tak bermimpi! Sosok ini benar-benar nyata. Apakah ia sosok malaikat atau iblis? Saat mendengar penuturannya, hanya ada satu orang yang ku pikirkan, Sehun.

"Aku- aku sangat ingin. Aku ingin melakukannya. Kumohon!" Ku lepaskan genggaman pisau di tangan kanan ku, dan berlutut di hadapannya.

"Kau bisa melakukannya. Namun ada satu hal yang harus kau tanggung."

"Aku akan melakukannya. Ya! Aku akan melakukan apapun, asal kau bisa mengembalikan Luhan." Aku sungguh tak perduli dengan sebuah bencana besar yang ada di hadapanku. Otakku sudah berhenti berfungsi saat kejadian itu.

"Baiklah. Aku akan memberimu waktu bebas selama satu hari. Dan aku harap kau akan memikirkannya satu kali lagi."

Dan setelah itu ia pergi. Ceceran darah di lenganku dan lantai sudah hilang seketika. Aku juga dapat merasakan bahwa urat nadiku kembali tersambung, dan pergelangan tanganku kembali mulus. Aku sadar, bahwa aku baru saja terhindar dari ajal ku.

.
.
.

Pagi hari aku terbangun dengan posisi meringkuk di kaki ranjang. Awalnya ku pikir kejadian tadi malam hanyalah ilusiku saja, namun aku bisa melihat pisau yang ku gunakan semalam tergeletak di atas lantai dengan bercak darah disana.

Kepalaku kembali mengingat insiden semalam. Aku hanya memiliki satu hari di dunia, sebelum aku bertukar nyawa. Aku segera bergegas ke kamar mandi dan bersiap menuju rumah Sehun.
.

Sesampainya disana, aku segera melenggang masuk ke kamarnya. Dan aku menemukan sosok Sehun yang masih tertidur lelap di kasurnya. Aku menatapnya sebentar.

Tes

Aku menghapus tetesan air mata yang mulai turun dari mataku. Hari ini adalah hari terakhirku untuk menatapnya secara langsung. Hati ku berdenyut nyeri. Aku sadar bahwa keputusanku semalam sangatlah konyol. Bunuh diri, lalu terikat perjanjian dengan seorang iblis, atau malaikat- entah lah.

Aku mulai menyesali semua keputusanku. Harusnya aku tetap sabar. Harusnya aku masih akan terus menemani Sehun, meski pria itu ribuan kali menolakku. Namun aku sadar, Sehun... Sehun tak akan mungkin bahagia meski denganku. Meski aku memberinya semua keindahan yang dimiliki dunia. Hanya satu orang yang membuatnya bahagia. Dan itu, Luhan.

DRABBLES _ KJI PCY OSH WYFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang