"yakin kakak bakal ngebenyek – benyek si maling kalo maling itu temen sekelas kakak" seseorang menyahut dari arah belakang mereka.

"maksud lo?" tanya Heera dengan alis tertaut, nyaris saja Alvin ingin memukul gadis itu jikalau tidak ada orang - orang yang berkeliaran disekitar mereka.

"coba kakak tebak sendiri siapa yang ngelakuin itu? Siapa yang enggak pernah ngebuka lokernya sendiri didalam kelas? Siapa yang lebih sering sendirian dikelas?" Heera terdiam saat mendengar perkataan Lyora.

"lo mau gue nuduh temen sekelas gue gitu?" tanya Heera tak terima.

"ya kalo itu emang bener ya mau gimana lagi?" Lyora mengangkat bahunya "aku tanya deh sama kakak, emang kakak pernah ngeliat dai ngebuka lokernya dialam kelas?".

"heh Lyora! Elo emang gak nyebut nama Hani, tapi udah jelas banget elo nuduh Hani!" Eca mendekat kearah Lyora dengan penuh amarah "dan bukanya Hani gak pernah ngebuka loker gegara elo gak pernah mau ngasih dia kuncinya ya?"

"ih siapa bilang?" Lyora menatap Eca dengan alis tertaut, gadis itu bahkan mengerjapkan matanya seakan – akan ia tidak mengerti maksud Eca "udah dari awal kok aku kasih,dan tadi aku ngeliat kak Hani ngeletakkin barang – barang yang tadinya ia letakin di lokernya kedalam tasnya" senyum gadis itu terkembang.

"heh elo ya! Kalo Hani emang maling, ngapain dia nyuri novel- hhmmmpttt" sebelum Eca menyelesaikan kalimatnya Alvin suda menutup mulut gadis itu dan memelototinya agar berhenti ceplas – ceplos. Jika kedok Lyora terbongkar sekarang gadis itu tidak akan jera, setidaknya ia harus dipermalukan didepan umum atau setidaknya didepan seluruh penghuni kelas mereka.

"soalnya kak Hani punya banyak novel ? bisa aja kan novelnya hasil nyuri?" Lyora mengangkat bahunya.

"gue gak mau ngedenger elo ngejelek – jelekin Hani" guman Alvin datar, pemuda itu menunjuk kearah teras dimana ada dua guru yang berjalan bersama Rakha "meding elo sama Heera" Alvin menatap Heera dengan ekspresi datar karena gadis itu nampaknya sudah termakan kata – kata Lyora "bilang sama mereka tentang hipotesa elo itu"

"oke" jawab Lyora dengan penuh keberanian, gadis itu berlari mengejar guru yang berjalan cepat disusul oleh Heera dibelakangnya.

"vin" Eca memegang tangan Alvin saat pemuda itu juga akan berjalan menuju kelas "Hani bukan maling kan?" tanya gadis itu pelan sambil menggeleng.

Alvin tersenyum tipis "menurut lo Hani seberkekurangan itu disaat itu anak bisa beli novel tiap dua hari sekali pake sisa uang saku?" Alvin tertawa kecil "Hani emang orangnya enggak boros, tapi keluarganya itu berkecukupan banget"

Alvin berjalan kebelakang Eca dan mendorong bahu gadis itu "dan kalo elo gak ngedengar pengumuman, kita diminta ngumpul dikelas"

Alvin membiarkan Eca masuk kedalam kelas lebih dulu karena ia berminat mengajak dua temannya untuk melihat pertunjukan Lyora.

"nih pegang!" Alvin menyerahkan ponsel Zandar pada Elang "elo lebih pandai presentasi daripada gue"

"lo urus sendiri napa susahnya" Zandar yang duduk diatas meja berdekap.

"susah lah! Gak seru kalo gue ngalahin Lyora sendirian" Alvin tersenyum sinis.

Mereka bertiga yang tadinya santai langsung berjengi kaget saat mendengar teriakan pak Dirga yang memanggil nama Hani. Mereka bertiga langsung keluar dari kelas dan berlari masuk kedalam kelas Alvin.

Disana Hani tengah berdiri dengan kaku didepan pak Dirga yang terlihat tengah marah besar.

...

"novel elo baru kan han?" Iva menyenggol bahu Hani.

INTROVERTWhere stories live. Discover now