Zandar mengayuh sepedanya sedikit cepat karena nampaknya waktu sudah mepet dan ia tak mau terlambat masuk sekolah.
Setelah sampai pemuda itu memarkirkan sepedanya diantara sepeda - sepeda siswa sekolah lainnya yang nampaknya lebih memilih menggunakan sepeda daripada kendaraan bermotor.
Zandar sendiri bukan tipe salah satunya, terkadang Zandar lebih suka berjalan kaki karena jarak rumahnya dengan sekolah yang memang cukup dekat, Zandar hanya menggunakan sepeda ketika ia merasa waktu yang ia gunakan untuk berjalan akan membuatnya terlambat kesekolah seperti hari ini, Zandar bangun kesiangan dan dengan terpaksa menggunakan sepeda.
Bukannya Zandar tidak ingin menggunakan motor, akan tetapi pemuda itu adalah tipe orang pelupa dan lebih suka menyesuaikan sesuatu dengan kebiasaan, tidak jarang Zandar harus kembali kesekolah karena lupa bahwa ia pergi kesekolah menggunakan sepeda dan malah pulang dengan berjalan kaki.
Zandar jongkok dan memasang gembok pada sepedanya agar tidak ada siswa usil yang menggunakan sepedanya untuk bermain - main dengannya.
Atensi pemuda itu teralihkan kearah tali sepatu yang terlepas dari bentuk simpulnya, akan tetapi itu bukan sepatu Zandar melainkan sepatu milik seorang gadis yang memarkirkan sepedanya disamping sepeda Zandar.
Zandar mendongak dan menatap si pemilik sepatu. Senyuman Zandar terkembang saat sadar siapa yang bahkan tidak bisa memasang tali sepatunya dengan benar. "Masang tali sepatu itu yang bener Han!" Zandar mengikat dan membentuk simpul dari tali sepatu Hani yang sempat terlepas.
"Thanks" ucap Hani pelan saat Zandar sudah berdiri. Membuat Zandar mencondongkan tubuhnya dengan alis tertaut .
"Lo bilang apa?" Tanya Zandar dengan wajah songongnya, membuat Hani menatapnya dengan ekspresi kesal.
"Makasih!" Teriak Hani tanpa sadar, membuat beberapa siswa yang berlalu lalang jadi memperhatikan mereka.
Membuat Hani yang sadar akan semua itu langsung menunduk dan terlihat gelisah. Zandar yang melihatnya pun langsung kebingungan untuk melakukan apa.
Tiba - tiba Alvin datang dan merangkul Hani dengan hebohnya karena pemuda itu sedang membawa gitarnya. Membuat Hani yang tadinya tampak ketakutan langsung mengalihkan perhatiannya pada Alvin.
Yang Zandar sadari adalah, mata gadis itu terlihat berbinar saat melihat gitar milik Alvin. "Lo bawa gitar?" Tanya Hani antusias membuat Zandar semakin keheranan.
Alvin sendiri sudah memutar bola matanya malas dan menjitak dahi Hani dengan kesal. "Gak usah lo tanya juga itu udah ada jawabannya" Alvin menjawab dengan jawaban yang membuat Hani menggembungkan pipinya kesal. Pemuda itu melirik kearah sepeda dengan warna biru muda yang merupakan milik Hani.
"Nyokap lo sibuk ya?" Pertanyaan Alvin sontak membuat Zandar menjadi semakin kebingungan. Dan pertanyaan itu hanya disambut anggukan Hani beserta senyuman tipisnya.
"Gak papa! Kita hari ini rame - rame dikelas!" Ucap Alvin ceria saat Zandar akan membuka mulutnya untuk bertanya pada Hani.
Zandar bahkan harus kembali mengatupkan mulutnya saat akan memanggil gadis itu karena Alvin sudah menyeret Hani pergi kekelas mereka, dan Zandar hanya bisa memandangi punggung mereka yang mulai menjauh.
......
"Han" panggil Iva sambil mencolek - colek lengan Hani yang sedang menelungkupkan kepalanya seperti posisi tidur. dan Hani hanya bergumam pelan sebagai jawabannya untuk Iva. "Kemarin lo Hang Out sama Zandar ya?" Tanya Iva hati - hati, membuat Hani bangun dan menatap teman sebangkunya tersebut dengan ekspresi datar.
"Gak usah kepo" jawab Hani tak perduli, gadis itu lebih memilih membuka buku latihannya dan mulai mengerjakan soal - soal yang tertera disana.
"Han!" Panggil Iva sambil menggoyang - goyangkan lengan Hani, Hani yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya menghela nafasnya pelan dan menatap Iva.
"Gue gak suka elo ngurusin hidup gue!" Hani berucap ketus dan pergi meninggalkan Iva yang sudah merengut dengan sangat kesalnya.
....
"Nyanyi yuk!" Teriak Alvin sambil menyeret Hani yang barusaja keluar dari kelas untuk ikut duduk dibangku panjang depan kelas mereka bersamanya, menimbulkan senyuman tipis dibibir gadis itu, Hani duduk disamping Alvin yang sudah siap dengan gitar dipangkuannya.
"Lagu apa ya Han?" Tanya Alvin dengan ceria membuat Hani memasang ekspresi datarnya kembali .
"Ngapain lo nanya gue?" Tanya Hani datar meskipun ada sedikit nada ketus dibalik suara datar tersebut.
"Ya buat nyari referensi lah!" Alvin berkacak pinggang dan berdiri didepan Hani, pemuda itu melupakan gitar yang ada dipangkuannya. Menyebabkan bunyi bedebum keras karena gitar tersebut terjatuh dengan tidak elitnya.
"Lain kali injek aja ini gitar" Hani memungut gitar milik Alvin tersebut, membersihkannya dari debu, dan saat Alvin akan mengambil kembali gitarnya Hani pergi membawa pergi benda yang bukan kepunyaannya tersebut entah kemana. Membuat Alvin hanya bisa menghelas nafasnya pelan "kebiasaan kan!"
....
"Mana gitar lo?" Tanya Elang saat melihat ekspresi lesu Alvin yang duduk diatas bangku pandang didepan kelas pemuda itu.
"Dimaling sama sahabat lo" Alvin menatap Elang dengan tajam lalu tersenyum dengan pandangan menerawang . "Kapan ya Hani berani nyanyi didepan umum" Alvin menengadah dan menatap langit yang terlihat tidak berawan. "Kayaknya gak bakalan pernah deh Lang, orang nyanyi didepan kelas aja dia gak mau"
"Kayaknya pernah deh!" Elang tertawa kecil ketika ia sudah selesai berucap membuat Alvin kebingungan sendiri akan sikap pemuda disampingnya tersebut.
"Kok elo ketawa?" Tanya Alvin bingung, membuat tawa Elang meledak "lo bohong ya?" Alvin berucap datar dan menatap Elang dengan tajam.
"Geu serius, Hani pernah dipaksa nyanyi didepan umum waktu kita SMP" Elang membentuk V sign sambil tersenyum lebar "lucu banget sumpah Vin! Sampe gak keluar suaranya Hani sangking takutnya dia" Elang tertawa ketika pemuda itu kembali mengingat saat dimana Hani dipaksa untuk menyanyi didepan umum. Dengan tanda kutip dipaksa olehnya selaku pembawa acara.
"Dan esoknya Hani sakit selama tiga hari" Elang berdiri dan menepuk - nepuk bahu Alvin. "Gue cabut!"
"Kemana lo?" Teriak Alvin, karena lagi - lagi ia ditinggalkan.
Elang berbalik dan berjalan sambil mundur "Nyari Hani lah" pemuda itu mengakhiri ucapannya dengan cengiran lebar.
"Cuman cewek Introvert kok kayak punya magnet tersendiri sih? Bikin orang kepo trus pingin deket - deket sama dia terus"
Alvin geleng - geleng sambil terkekeh pelan.
Hani memang bukan gadis pemberani yang tak takut apapun dan bisa melawan apapun.
Ia hanya gadis Introvert yang lebih suka berada pada zona amannya.
......
Halo semuanyaaaaaa...
Saya datang lagi dan sesuai perkataan saya . Saya mencoba update setiap lima hari..
P.S "buat yang ngasih request reeding, sorry banget saya gak bisa bales baca, karena bla bla bla.. kalian gak mau kan saya ngasih Vote tapi gak baca cerita kalian, so buat yang Vote dan komen untuk dibales maaf mending gak usah, saya lebih suka Siders yang ada tapi gak ngeVote karen seenggaknya mereka jujur gak mau Vote"
YOU ARE READING
INTROVERT
Teen Fiction#16 in introvert #19/01/2019 #18 in Introvert #06/06/2019 Credits Beautiful pic from Anna Abola Art -when a introvert girl fall in love- -a same love that's will changing her self and it started when she's get a papercranes - by '22yuniyu' ...
