"Darimana? " tanya Zandar saat ia melihat Elang yang entah sejak kapan berjalan bersamanya.
"taman, gue bicara sama Alvin " jawaban Elang membuat Zandar refleks mengangkat sebelah alisnya.
"lo yakin? Kita harusnya nemuin dulu orang sebleng yang ngerjain gue, elo malah mikir buat bicara atau lebih tepatnya ngehasut Alvin, lo memboikot gue nih" Zandar menatap Elang dengan tajam dan membuat yang dituduh langsung tertawa lebar.
"elo udah nemuin kan? Tapi kita perlu feeling Alvin bro! Itu anak satu feelingnya tajem" Elang merangkul Zandar dengan ceria.
"tajem sih tajem, tapi gak guna kalo mudah dipengaruhi " sahut Zandar sarkasme.
"jangan gitu lah! Elo mah kejam banget mulutnya " omel Elang sambil cemberut.
.....
"udah balikin bukunya? " tanya Iva saat melihat Hani yang berjalan dengan lesu, tak lupa gadis itu langsung melemparkan gumpalan kertas kearah Eca yang sibuk mendengarkan musik dari earphone.
"belum, bukunya gue tinggal di perpus" jawab Hani datar dan langsung membuat Iva dan Eca saling bertatap muka untuk sesaat lalu kembali menatap Hani.
"elo lagi becanda Han? Kok itu muka datar bener? " Eca melihat Hani seakan - akan apa yang dikatakan gadis itu adalah kata - kata terasing didunia.
"gue emang lagi becanda " Hani menjawab dengan raut bingung "emang muka gue semudah itu ya bikin orang - orang kesel? " gadis itu menatal Iva dan juga Eca secara bergantian dengan raut penasaran.
"iya! "
"enggak! "
Iva dan Eca menjawab secara bersamaan dan kedua gadis itu langsung saling melotot satu sama lain, sama - sama mempertahankan opini mereka.
"ah Eca bener! Gue aja yang mudah banget marah sama orang, muka elo gak mudah bikin orang lain kesel kok" Iva tiba - tiba meralat apa yang ia ucapkan sambil mengibas - ngibaskan tangannya, gadis itu tertawa dengan kerasnya.
"elo meralat secara tiba - tiba, itu artinya gue emang mudah bikin kesel ya? " tanya Hani lagi, kali ini Iva dan Eca hanya terdiam karena merasa tak bjsa memberikan jawaban.
"kenapa sih elo nanya kayak gitu! " tanya Eca dengan suara yang sedikit meninggi "muka elo mudah bikin kesel ato enggak, itu gak penting buat kita , intinya elo temen kita udah selese masalah" ucapan Eca langsung diangguki oleh Iva dengan bersemangat.
"masalahnya tadi gue bikin orang kesel, gak cuman satu pula " Hani menjawab dengan kepala tertunduk.
Iva dan Eca kembali saling pandang seakan - akan mereka sedang berdiskusi menggunakan telepati. Dan kali ini Iva lah yang menang.
"darimana elo tau kalo itu orang kesel sama elo? " tanya Iva dan hanya sekali diangguki oleh Eca.
"mangnya ngehalangin gue sampe buku yang gue bawa itu gak lagi kesel sama gue ya? " tanya Hani, gadis itu tanpa sadar sedikit meninggikan nada suaranya.
"ya bisa aja dia lagi buru - buru" jawab Eca berusaha serasional mungkin, meskipun pada kenyataannya, biasanya Hani lah yang paling rasional diantara mereka.
"trus dia nginjek tangan gue, apa itu masih bisa diberi pembelaan kalau dia gak lagi kesel sama gue? " Hani kembali menaikkan nada suaranya meskipun gadis itu masihs aja tidak menyadarinya.
"lha terus elo ngapain? Diem aja? Lo liat muka dia enggak! Biar gue hajar" Iva langsung mengepalkan tangannya saat mendengar apa yang diucapkan oleh Hani, karena hanya ada kelas sepuluh yang ada disepanjang koridor menuju perpustakaan yang berseberangan dengan kelas sebelas.
YOU ARE READING
INTROVERT
Teen Fiction#16 in introvert #19/01/2019 #18 in Introvert #06/06/2019 Credits Beautiful pic from Anna Abola Art -when a introvert girl fall in love- -a same love that's will changing her self and it started when she's get a papercranes - by '22yuniyu' ...
