Chapter 23

1.3K 105 7
                                    

Zandar baru selesai mandi ketika ponselnya berbunyi dan membuatnya langsung mengalihkan atensi kepada benda persegi panjang tersebut. "Alvin?" Gumam Zandar pelan sambil membuka aplikasi pesan.

Alvino (+628******12**)

jangan sia - siain kepercayaan yang gue kasih!

Kening Zandar otomatis mengerinyit keheranan saat membaca pesan singkat tersebut, dengan cepat ia mengirimi balasan pesan.

To ; Alvino (+628******12**)

apaan lo dah! Aneh bener!.


Zandar mengangkat bahu dan dengan cepat melempar ponselnya keatas tempat tidur karena bunyi bel rumahnya yang dipencet oleh seseorang yang mungkin sedang bertamu atau ada keperluan, ibu dan ayahnya sedang tidak ada, dan tidak ada lagi orang yang bisa membukakan pintu untuk tamu tersebut selain Zandar.  Dan ketika pintu terbuka pemuda itu langsung merasakan syok karena melihat seorang gadis dengan rambut dikepang satu sedang berdiri didepannya.

Tapi saat ini bukanlah saat yang tepat bagi Zandar untuk terkejut, pemuda itu dengan sigap lansung memegangi tangan Hani yang berusaha untuk kabur.

"Han" panggil Zandar pelan, dan saat itu pula Hani langsung menundukkan wajahnya. "Gimana kalo elo masuk dulu? Jujur menurut gue elo rada enggak sopan kalo datang cuman mencet bel dan enggak bertamu"

Hani mengangkat wajahnya dan menatap Zandar, mengangguk perlahan dengan ekspresi tertekan yang sedikit banyaknya membuat Zandar risih.

Zandar menghela nafasnya saat mereka berjalan tanpa suara. Ia yang berjalan didepan dan Hani yang mengikuti.

Dan entah untuk keberapa kalinya Zandar menghela nafasnya pelan lalu menggeser pintu kaca dimana terdapat sebuah balkon luas yang dihadapkan dengan taman kecil dipekarangan rumahnya.

Zandar tersenyum tipis saat melihat Hani mengerjapkan matanya saat melihat pemandangan yang tersuguhkan didepannya. Pemuda itu menepuk bahu Hani pelan.

"Duduk aja, gue ngambil minuman dulu" Zandar menunjuk bangku rotan disamping dinding dengan dagunya.

Sebelum Hani bisa mengatakan tidak, Zandar sudah berjalan menjauh. Menjadikan Hani seperti patung hiasan taman yang hanya mampu berdiri tanpa bisa bergerak.

Hani menghela nafasnya lalu berjalan menuju ayunan yang justru berada dipojok taman. Gadis itu berjalan diatas pijakan berbentuk persegi dengan ukuran sekitar tiga puluh kali tiga puluh sentimeter.

.....

Zandar duduk dengan lemas didapur rumahnya, pemuda itu melihat kearah langit - langit dapur dan menghela nafasnya pelan. Pemuda itu mengenggam erat ponsel yang barusaja ia ambil dari kamarnya. Setelah menghela nafas untuk kesekian kalinya Zandar membuka aplikasi pesan dan mengirimi Alvin pesan.

Alvino (+628******12**)

Gue bingung sama sikap lo, but thanks sob!


Zandar berdiri dari duduknya, pemuda itu membuka kulkas dan mengeluarkan dua kotak jus buah dalam kemasan dan satu bungkusan biskuit dari lemari. Ponselnya bergetar saat ia meletakkan benda - benda yang ia ambil tersebut diatas nampan.

Alvino (+628******12**)
Jangan bikin masalah! Nanti gue ikutan diamuk Elang!

Zandar tersenyum tipis, pemuda itu membawa nampannya dengan langkah tegap dan penuh dengan keyakinan. Mungkin benar kata Elang ataupun Alvin, jika ia terlalu berlebihan tentang bagaimana caranya merubah seorang Hani, bagaimana caranya mengubah pola pikir gadis itu.

INTROVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang