"lo enggak bawa minum?" tanya Alvin pada Zandar yang tengah duduk dengan santainya sehabis bermain basket, berbeda dengannya yang ketika berhenti bermain langsung mencari air, Zandar malah duduk ditepi lapangan tanpa mencari air untuk menghilangkan dahaganya.

"mau tau kenapa Zandar gak bawa air?" Elang merangkul Alvin. Pemuda itu mengarahkan wajah Alvin kearah koridor dimana ada tiga orang siswi yang berjalan beriringan , dan sudah pasti Alvin mengenali mereka semua.

Zandar sendiri tersenyum lebar saat melihat Hani membawakannya minuman dengan ekspresi datar, dengan senyuman lebar Zandar menengadahkan tangannya saat Hani sudah mulai mendekat "nanti gue ganti" ucap pemuda itu ceria.

Tapi bukannya mendarat ditangannya, botol air mineral itu malah mendarat diatas kepala Zandar dan dengan kata lain Hani memukul kepala Zandar dengan botol air mineral. "gak perlu! Gue juga mau ngebeliin elo gegara uang yang lo kasih kemarin lebihan" sahut Hani datar.

"aish kepala gue nyut – nyutan nih" Zandar mengusap kepalanya "apa salah gue coba".

"salah lo? Elo selalu nyuruh gue beliin elo air Zandar dan kalo elo ngeganti itu air pake uang gue berasa jadi babu" Hani berkacak pinggang, gadis itu meniup rambut yang menutupi wajahnya "udahlah elo gak bakalan ngerti juga" Hani tersenyum kearah Elang dan Alvin. "gue duluan guys" Hani berjalan pergi dan mulai menyusul Iva dan Eca yang memang tidak berhenti berjalan dan punggung mereka masih kelihatan.

"trus gue gantinya pake apa?" teriak Zandar.

Hani berbalik dan tersenyum lebar "novel bestseller" gadis itu kembali berbalik dan berlari agar lebih cepat menyusul kedua orang temannya.

"mang novel bestseller berapa harganya?" tanya Zandar pada Alvin.

"setau gue harganya sekitar seratus ribu entah lebih ato kurang" Alvin mengangkat bahunya, membuat Zandar menepuk keningnya dan berbaring.

"masa ia ada air mineral harganya seratus ribu?"

.

"hey tungguin gue" Hani mengapit tangan Eca dan Iva.

"Han elo bakalan terus kayak gini?" tanya Iva tiba – tiba, Hani yang mendengarnya hanya bisa mengangkat alisnya karena tidak mengerti.

"maksud lo?" Hani mengerjapkan matanya.

"ya kaya gini, elo tau gak sih kalo elo itu lagi kejebak friendzone" Iva melihat Hani dengan raut prihatin "elo bahkan cuman berinteraksi sama Zandar kalo dia main basket dan itupun karena dia minta beliin air sama elo"

"tapi Va, bisa aja kan mungkin Zandar emang pingin berinteraksi sama Hani makanya dia minta beliin Hani air mineral dan bukannya minta punya Alvin atopun Elang?" Eca mengangkat suara. "emang sih Zandar itu emang keliatan cuek banget sama Hani, tapi kadang gue ngeliat Zandar lagi merhatiin Hani kok"

"udah deh Ca gue jadi pusing!" Iva menutup mulut Eca yang mulai mengeluarkan hipotesanya "yang penting sekarang! Elo gak papa kalo kayak gini terus?" Iva tersenyum kearah Hani.

"kenapa gue harus kenapa – napa kalo kejebak friendzone?" Hani tersenyum lebar kearah Iva " Daripada gue menangisi apa yang gak gue punya, mending gue mensyukuri apa yang gue punya" gadis itu memeluk Iva "yaitu temen yang selalu ada walaupun udah sering banget gue bikin kesel"

Iva tersenyum lebar dan membalas pelukan Hani, Eca ikut memeluk kedua temannya tapi Iva langsung bersuara "ih Eca ngapain ikutan peluk – peluk" Hani tersenyum lebar saat raut Eca berubah masam. "mau juga ya?"

"Eca juga temen terbaik gue kok" Hani menarik Eca dan memeluk gadis itu. Beberapa saat setelahnya Hani melepaskan pelukannya "udah ah kita diliatin orang" gumam Hani pelan lalu langsung ngacir menuju kelas.

"sifat dasarnya masih kesisa" gumam Iva dan Eca sEcara bersamaan. Mereka tertawa lalu berjalan menuju kelas.

Saat sudah memasuki kelas mereka berdua melihat Hani yang tengah bengong sendiri didepan pintu belakang kelasnya. "kenapa lo Han! Kalo ngehalangin jalan nanti elo ditendang mertua" Eca mencorong hani dengan emas.

"ituh si Rakha kayak orang gila, ngebongkar – bongkar isi tasnya" gumam hani sambil menunjuk kearah Rakha yang memang tengah mengobrak abrik isi tasnya.

"lo bener juga" gumam Iva.

Beberapa orang yang tadinya mengabaikan Rakha mulai melihat kearah pemuda itu, mereka juga ikut – ikutan penasaran dengan apa yang sedang dicari oleh pemuda itu.

"temen – temen! Lo pada ngeliat jam tangan gue gak?" tanya Rakha tiba – tiba , membuat seisi kelas langsung riuh, memang hanya sebagian kecil siswa yang ada didalam kelas, tapi tetap saja mereka akan berteriak riuh, pasalnya sudah beberapa kali barang dikelas mereka hilang dan kali ini adalah jam tangan milik Rakha.

"kelas kita kemalingan, kok kelas lain enggak ya?" gumam Eca pelan.

"hus jangan gitu ah" Hani menyenggol tangan Eca.

"tapi bener deh Han! Gue tanya ke guru, kasus barang hilang cuman ada dikelas kita" Rakha menyahut, pemuda itu berkacak pinggang "kesannya kok kayak semacam mau bikin kita saling nuduh temen sendiri"

"wah setres itu orang kalo bener kayak gitu" Eca menggelengkan kepalanya.

"dan gue setres temenan sama elo" sahut Iva tajam "positif thinking aja lah! siapa tau elo pada kelupaan dimana ngeletakin"

"menurut gue emang ada orang yang mau ngehancurin solidaritas kelas kita" sahut Rakha penuh semangat.

"tapi kok barang gue gak hilang? Padahal gue juga gak ngeletakin itu diloker" gumam Hani pelan sambil mengetuk dagunya dengan ekspresi heran.

"udahlah Han! Lo mau barang elo hilang juga" Iva melotot kearah Hani.

"enggak" jawab Hani cepat ikut kembali duduk.

..

..

"gila! Novel sebiji aja harganya kayak gini" gumam Zandar sambil membolak – balik buku novel yang ia beli kemarin, pemuda itu bahkan tidak berminat membuka pelastik pembungkus novel itu karena memang tidak berminat membaca isinya.

"gue lopa kalo kelas Hani lagi olah raga" gumam Zandar saat melihat seisi kelas Hani kosong.

Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena melihat ada tiga tas dengan warna sama persis dan dua diantaranya ada yang berdekatan "yang mana tas Hani?" tanya Zandar kepada dirinya sendiri.

Zandar tersenyum lebar saat melihat satu buah novel yang ada didekat salah satu tas, "diantara mereka cuman Hani ka yang gila novel" pemuda itu langsung melemparkan novel ditangannya pada meja dimana terdapat satu novel lainnya.

Pemuda itu berjalan keluar kelas melalu pintu yang ada didepan.

Saat Zandar keluar dari kelas, disaat bersamaan ada seorang gadis yang berjalan memasuki kelas lewat pintu belakang, Zandar yang kebetulan tengah melihat kearah pintu belakang kelas langsung mengerinyitkan dahinya dengan ekspresi bingung.

"ngapain itu cewek?"

..

w

INTROVERTWhere stories live. Discover now