What's the plan?

269K 10.5K 42
                                    

Pria paru baya itu mencoba memberikan intruksi pada pria-pria suruhannya.

"Kau cari tau semua tentang Nichole kekasih Daniel! Jangan sampai ada yang kelewatan info tentang Nichole, lalu laporkan padaku segera" perintah Robert pada pria berbadan kekar yang memiliki tatto di seluruh tubuhnya.

"Lalu kau, dan kau ikuti Daniel dan Nichole kemanapun dia berada. Setiap harinya kau harus mengirim informasi padaku" perintahnya lagi sambil menunjuk pria yang juga sama berbadan tegap.

"Jika sudah cukup puas untukku memantau mereka, tunggu aku berkata ya! Lalu kau kerjakan rencana yang sudah ku buat! Apa kalian mengerti?" Jelas Robet pada orang-orang suruhannya.

Semua mengerti dan mengangguk seraya menjawab "siap" dengan lantang pada Bosnya itu.

"Bagus! Kalian lakukan mulai hari ini!" Perintah Robert.

Semua orang suruhan Robert pada membubarkan diri untuk melakukan tugasnya masing-masing.

Setelah semuanya bubar Robert mengambil foto Nichole dan Daniel lalu ia membakarnya.

"Haha kau harus rasakan akibatnya! Karna telah bermain api denganku!" Seru Robert lalu kembali tertawa.

Tiba-tiba saja Jessieca masuk kedalam ruang kerja papinya.

"Pi, bagaimana? Mengapa papi tak bergerak cepat? Sampai kapan aku harus menunggu? Aku lelah. Aku lelah menunggu Daniel. Aku sudah membunuh Sofia tapi mengapa ada benalu-benalu lainnya yang terus-terusan muncul!" Jelas Jessieca yang merajuk pada Robert.

"Sabarlah sayang, semua butuh proses. Kau harus menunggu" jawab Robert lembut pada anak kesayangannya.

"Jangan terlalu lama pi aku sudah lelah. Sampai kapan aku menunggunya? Padahal aku sudah menantikan saat-saat pertunangan itu" rengek Jessieca.

"Kita tunggu saja setelah ini!" Seru Robert disertai senyum liciknya.

Jessieca tau papinya sadis dan sama seperti dirinya, memang Jessieca menuruni sifat papinya yang kejam.

Ia kan menghalalkan segala cara untuk memiliki sesuatu yang di inginkannya.

---------------------------------------------
Briant sekarang sudah berada di mansion miliknya. Ia kembali bersama Deylora.

"Masuk!" Seru Briant.

Deylora bingung sekarang ia sedang berada di mansion milik siapa.

Pertanyaan-pertanyaan yang tadi lenyap dalam kepalanya semakin bermunculan tidak karuan. Ia semakin panik.

'Tamat hidupku' batin Deylora

"Tidak. Mansion milik siapa ini? Kau takkan menjualku pada rekan bisnismu kan? Setelah kau menyenangkan hatiku dengan cara kau mengajakku bertemu dengan keluargamu, mengakuiku sebagai kekasihmu. Ternyata semuanya hanya ingin membuatku terhibur sebelum kau harus menjualku?" Tanya Deylora.

"Tersarah! Jika kau tak ingin turun silahkan kau menjadi mayat disini karna kau akan kehabisan oksigen didalam mobilku!" Seru Briant meninggalkan Deylora.

Benar apa yang dikatakan Briant. Ia tak punya pilihan lain. Ia harus mengikuti apa kata Briant.

'Sial! Aku sangat bergantung padamu. Kau menang Briant!' Batin Deylora lalu buru-buru mengikuti Briant yang sudah berada di ambang pintu mansion.

Tak lama setelah Briant ingin menuju ruang tamu tiba-tiba handphonenya berbunyi.

Leon Calling....

"Tunggu aku di ruang tamu!" Perintah Briant pada Deylora yang sudah berada dibelakangnya.

Deylora pergi ke ruang tamu yang di tunjukkan oleh Briant.

"Hallo tuan"
"Ada apa Leon?" Tanya Briant penasaran.
"Tuan. Sepertinya keluarga Wolton merencanakan sesuatu" ucap Leon di sebrang tlp.
"Apa kau bilang? Lalu apa yang akan ia rencanakan?" Tanya Briant kaget.
"Aku tak tau menau soal rencananya yang pasti Robert merencanakan dua rencana. Yang ku tahu hanyalah mereka sedang mencari tau seluk beluk nona Nichole" jelas Leon.
"Bagaimana bisa kau hanya mengetahui satu rencana Robert?" Tanya Briant.
"Karna yang satu lagi Robert tak memberitahu pada mereka semua. Mereka hanya membisikkan kepada kepala suruhan Robert yang dia percayai untuk melakukan rencananya" jelas Leon.
"Terus awasi mereka" perintah Briant langsung menutup panggilan tlp tersebut.

Briant pergi menemui Deylora di ruang tamu.

Deylora sedang berfikir tentang nasib hidupnya yang di permainkan oleh Briant.

Briant seenaknya mengakuinya sebagai kekasihnya dan sekarang ia bingung untuk apa ia dibawa ke mansion miliknya.

Sekarang Deylora tau jika ini adalah mansion milik Briant. Karna ia melihat banyak sekali foto Briant dan keluarganya.

"Kau tidur di kamar tamu di lantai 2" ucap Briant tiba-tiba mengagetkan Deylora.

"Kau bisa memilih baju yang ada di kamar tamu itu" tambah Briant.

Deylora bingung mengapa Briant tiba-tiba baik pada dirinya.

"Mengapa kau membawaku kesini? Seharusnya aku berada di club mu seperti yang lain. Bekerja untukmu. Kau akan rugi karna kau sudah membeliku dengan harga mahal" ucap Deylora.

"Apa kau mau bekerja di club ku? Baik kalau kau mau aku bisa mengantarmu kembali ke club" jawab Briant acuh.

"Tidak, aku tak ingin bekerja disana. Aku mau bekerja apa saja asal tidak di club mu" mohon Deylora.

Briant mengerutkan kedua alisnya sehingga membuatnya terlihat menyambung sempurna.

"Apa maksudmu? Kau baru saja menawarkan dirimu untuk bekerja di club ku! Sekarang kau memohon pada ku untuk tak memperkerjakanmu di club ku. Ada apa denganmu?" Tanya Briant bingung.

"Aa aku hanya bingung denganmu. Kenapa kau mau berbaik hati menolongku?" Tanya Deylora gugup.

Ia merasa bersalah ternyata ucapannya melukai hati Briant.

Briant mendekatkan wajahnya pada wajah Deylora. Kini hembusan nafas Briant menabrak wajah Deylora. Daylora mulai resah dengan kelakuan Briant.

"Semua ini tak gratis Ms. Lunix!" Seru Briant di depan wajah Deylora.

a Cold CEOUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum