Deylora Lunix

262K 10.7K 15
                                    

Briant membubarkan semua wanita-wanita itu setelah madam Jeyner pergi membawa sisa wanita yang tak dipilih Briant.

"Tunggu!" Cegah Briant pada wanita berambut pirang bermata abu-abu.

Wanita tersebut hanya berbalik badan dan menatap Briant bingung, lalu wanita itu menundukkan kepalanya.

Briant mendekati wanita itu. Kini jarak mereka semakin dekat.

"Siapa namamu? Aku lupa" tanya Briant.

Wanita itu tak menjawab ucapan Briant dan masih dengan posisi kepala menunduk.

Deylora sebenarnya benci. Deylora benci orang kaya yang tak punya hati. Kalau saja ayahnya tak memberikannya pada madam Jeyner untuk melunasi hutang-hutangnya sudah pasti Deylora tak berada disini, di tempat ini.

Briant memegang dagu Deylora, Deylora mengira Briant akan berbuat macam-macam padanya sehingga ia menepis tangan Briant. 

"Tenang lah, aku hanya bertanya siapa namamu? Kau tak menjawabnya? Apa kah orang tuamu tak mengajarimu tentang sopan santun? Jika ada orang berbicara maka kau harus menatap wajah lawan bicaramu!" Jelas Briant.

'Ternyata wanita ini keras kepala sekali' batin Briant.

Deylora menatap wajah Briant. Ia sangat marah dan muak dengan basa basi Briant. Ia yakin jika Briant mengetahui namanya.

"Apa tuan tuli? Mam Jeyner sudah membacakan semuanya tentangku!" Seru Deylora menantang.

Briant bertepuk tangan seraya menghorekan ucapan Deylora.

"Bagus! Kau berani rupanya" ucap Briant.

"Aku hanya menanyakan namamu kenapa susah sekali untukmu menjawab nona? Apa kau mau ku cium dulu baru kau mau menjawab?" Tambah Briant.

Deylora mulai resah dengan ancaman Briant. Ia tak ingin di lecehkan oleh manusia-manusia kalangan atas. Ia tak mau harga dirinya di injak-injak oleh pria seperti Briant.

"Kau ikut aku sekarang!" Seru Briant menarik tangan Deylora.

Briant memasukkan Deylora kedalam mobil ferrari miliknya.

Briant melajukan ferrari miliknya kedalam jalanan ramai.

Tak butuh waktu lama untuk Briant sampai pada tujuannya.

"Kau turun sekarang!" Perintah Briant pada Deylora.

Dalam pikiran Deylora, Briant akan berbuat macam-macam di mansion yang ia tidak ketahui itu mansion siapa.

Ketika Briant ingin keluar dari mobil miliknya dengan cepat Deylora menarik lengan Briant.

"Tunggu" ucap Deylora pada Briant.

Briant yang berniat ingin keluar kembali masuk kedalam mobil.

"Ada apa?" Tanya Briant bingung sambil mengangkat salah satu alisnya. Tadi wanita itu bersifat angkuh dan keras kepala. Sekarang ia seperti sedang memohon.

"Ku mohon jangan apa-apakan aku. Aku terpaksa melakukan ini, ayahku yang menjualku pada madam Jeyner. Ku mohon aa aku mau bekerja apa saja asal jangan menjual diriku di club milik mu pada pria hidung belang" jelas Deylora sambil segukan.

Entah sudah ke berapakalinya Deylora menangis karena nasib yang tidak sedang berpihak padanya.

Benar dugaan Briant jika wanita itu ingin memohon padanya.

Briant tertawa melihat tingkah laku Deylora. Setelah sepersekian detik ia tertawa akhirnya Briant memutuskan untuk menghapus air mata wanita itu.

'Manis bukan?'

"Akan ku pertimbangkan semuanya. Sekarang cepat kau keluar dari mobilku! Mereka sudah menungguku lama" ucap Briant pada Deylora.

Deylora semakin khawatir dengan pikirannya. Ia berpikir bahwa ia akan di bawa pada kolega-kolega bisnis Briant untuk dilelang dengan harga mahal.

Deylora mengikuti Briant dari belakang. Saat Briant masuk kedalam mansion tersebut. Ternyata mansion nya sudah sangat sepi.

Briant bingung kemana semua orang yang ada di mansion ini. Sampai pada akhirnya ia melihat bibi Nicky.

"Bi! Kemana semuanya?" Tanya Briant pada bibi Nicky.

"Mereka semua ada di ruang tengah tuan. Tuan sudah ditunggu dari tadi" jawab kepala maid disini.

"Oke baik lah makasih bi" ucap Briant meninggalkan bi Nicky.

Deylora hanya menunduk dan memikirkan kenapa Briant membawanya kesini. Pikiran negatif menguasai kepala Deylora. Ia tak bisa berpikir jernih lagi. Ia benci pada ayahnya yang berbuat keji padanya.

"Kenapa kau berjalan di belakangku! Kemarilah!" Perintah Briant. Kali ini Deylora tak menolak perintah Briant.

"Kalau dari tadi kau menurut kan enak! Tak membuatku harus berfikir keras untuk menyeretmu" ucap Briant.

Briant berjalan menuju ruang tengah.

Ia melihat jika keluarganya sedang berkumpul di sana.

"Dad, mom, celli. Maaf aku telat" sapa Briant.

Sekatika Deylora bisa bernafas lega ternyata Briant membawanya ke mansion orang tuanya. Ia kira ia akan ke mansion rekan bisnisnya untuk melelang dirinya.

"Dari mana saja kau! Sayang? Siapa dia? Kekasihmu?" Tanya Deasy.

"Ya dia kekasihku mom. Tadi ada urusan sedikit" ucap Briant santai.

"Wahhh siapa namanya kak?" Kini giliran Nichole yang bertanya.

"Tanya lah padanya sendiri" jawab singkat Briant.

a Cold CEOWhere stories live. Discover now