Chapter 10 - Rain

Start bij het begin
                                    

***

Yoonji terkejut dengan gemerincing lonceng yang berbunyi ketika pintu itu berderit dibukanya.

"Ke mana kita?"

Yoongi tak mengindahkan pertanyaan itu. Pria itu justru menuntun lebih dalam langkah sang adik hingga suara lembut pegawai menyapanya.

Ia tidak banyak bicara, Yoonji mendengar kakaknya meminta sesuatu dan dirinya ikut sumringah saat itu juga.

Toko keramik.

"Oppa..."

Gadis itu mendengar kekehan tipis dari kakaknya.

"Bagaimana? Kau suka?"

Anggukan itu membawa rambut panjangnya ikut bergoyang.

Dengan perlahan Yoongi membawa Yoonji mendekat pada sebuah mesin yang berputar. Bunyinya nyaring, hal itu bisa memekakan telinganya kapan saja. Akan tetapi bibirnya masih saja bergerak naik.

Entah mimpi sejak kapan ia ingin mengunjungi dan membuat keramiknya sendiri.

Yoonji adalah gadis yang mencintai seni. Sekalipun tak pandai, ia cukup ingin melakukan banyak hal yang berhubungan dengan keindahan.

"Coba duduk."

Yoonji mendengar kursi yang digeser. Dengan rabaan tangan, ia bisa menempatkan posisi duduknya dengan nyaman.

"Kau bisa sendiri?" tanya Yoongi

Yoonji sempat menurunkan kurva bibirnya, namun dengan nada tak kalah tinggi, ia menjawab itu dengan sebuah anggukan.

"Akan ku buatkan kau keramik spesial. Kau mau buatkan untukku juga, oppa?"

Yoongi tersenyum, "Baiklah. Mari bertukar saat sudah selesai."

Gadis itu telah memulai. Membentuk gumpalan tanah liat dengan gerakan tangan sederhana. Memipihkan lalu mendorong bagian tengahnya hingga condong ke dalam.

Jarinya ia gunakan betul untuk mengontrol bentuk keramik itu.

"Woah, kau mendahuluiku."

Yoonji tertawa mendengar celoteh ringan Yoongi. "Berhenti melihat milikku dan kerjakan milikmu, oppa."

Begitu tak ada suara, Yoonji melanjutkan pekerjaannya.

Tadinya ia pikir ia akan baik-baik saja, nyatanya ini lebih sulit dari perkiraannya.

Keramiknya telah berdiri kokoh tinggi. Hingga Yoonji yang tak dapat merasakannya lagi membuat separuh dari badan keramik itu hampir terjatuh.

Mata gelapnya tak memudahkannya tahu apa yang telah ia perbuat. Yoonji sempat cemberut dan menghela napas berat.

Yoongi menyadari hal itu, hingga dengan sisi perlindungannya, Yoongi merengkuh tubuh adiknya dalam satu lingkar tangan.

"Biar kubantu."

Yoongi sempat merasakan lengan Yoonji yang berusaha memberontak, "Ini untukmu, mengapa kau malah membantu?" sergah gadis itu.

"Sst..." Yoongi mengambil kedua telapak tangan milik adiknya untuk kembali menyentuh tanah liat yang sempat ia bentuk sedikit tadi.

Yoonji terdiam, mulai menurut.

Yoongi membentuk sederhana tanah liat itu menjadi seperti gelas belum jadi.

Tangan Yoongi mulai menuntun tangan Yoonji menyentuh tanah liat itu dengan pelan.

"Oppa..."

Erstwhile - HujanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu