20

18 2 0
                                    


VIOLET'S POV

"Vi, hari ini ada kolega yang baru sampe kesini. Kita jemput apa enggak?", tanya Cintya setelah mendapat sebuah pesan. "kolega? Iklan yang waktu itu bukan? Yang dari Inggris?", tanyaku memastikan. "iya. Kan ceritanya kita mau bahas kontrak", jawab Cintya sambil mengangguk pelan.

"di jemput dong. Sama sekalian booking in hotel. VIP. Minta tolong sama pak John aja. Gue nggak bisa ikut jemput soalnya kerjaan gue masih numpuk", kataku sambil melirik tumpukan laporan diatas meja kerjaku. "siap bu bos", katanya sambil hormat kemudian keluar dari ruangan.

Aku kembali mengecek lembar demi lembar laporan yang mereka bawa. Setelah beberapa jam, akhirnya pekerjaanku pun selesai. "Siska, laporan sudah saya tanda tangani. Tapi ada beberapa yang masih belum sesuai. Tolong kamu perbaiki. Kamu bisa ambil di ruangan saya karena mungkin nanti saya sudah tidak ada di ruangan", kataku lewat telepon. 'baik, bu', katanya lalu kuputus sambungan teleponnya.

Aku berjalan menuju basement dan hendak pulang. Ketika aku ingin memakai sabuk pengamanku, aku mendengar dering telepon. Ah, ternyata Rion. Aku mengangkatnya.

'bunda!', sapanya terdengar sangat senang.

"halo sayang. Ini bunda lagi perjalanan pulang. Kenapa sayang?", tanyaku.

'nggak papa. Uncle nyuruh Rion buat telpon bunda', jawabnya polos. Dasar Tim.

'kenapa Rion jujur banget ya?', terdengar suara Tim mengambil alih.

"why?", tanyaku.

'i just, miss you', katanya. Selama ini memang sering ia mengatakannya. Entah yang aku lakukan benar atau tidak, tapi aku merasa memberikan harapan palsu padanya.

"ah, come on! Aku tutup telponnya. Bye!", kataku lalu menutup sambugan teleponnya. Tak lama, aku pun sampai di rumah. Ternyata disana ada kak Putri, Tina, Tim dan juga Rion tentunya. Mereka sedang berkumpul untuk menikmati makan malam.

"tau aja kalo aku laper", kataku hendak menyomot ayam goreng yang terpampang nyata diatas meja makan. 'plak'. "aww, sakit kaaakk", teriakku spontan karena pukulan di tanganku. "mandi dulu. Atau paling enggak cuci tangan dulu. Malu kali, tuh diliatin Tina sama Rion", kata kak Putri sambil memajukan dagunya. Aku melihat kearah yang ia maksud. Ternyata Tina dan Rion sedang memandangku datar. Atau mereka berpikir aku aneh? Entahlah.

"iya iya", kataku lalu berjalan menuju kamar. "are you tired?", tanya Tim sambil mengusap kepalaku lembut. "hmm", kataku smabil tersenyum kecil dan menarik pelan tangannya yang ada di kepalaku. Aku melanjutkan jalanku dan kemudian bergegas mandi.

Setelah mandi, kau menggunakan pakaian yang nyaman dan berjalan menuju ruang makan. "Rion, do you miss me?", tanyaku sambil mencium pipi Rion. "no", jawabnya cepat tanpa menoleh sedikit pun. Dia masih sibuk dengan makanan yang ada di depannya. "really?", tanyaku tak percaya dan dia hanya mengangguk. "ugh, rasanya aku ingin marah", kataku sambil mengambil nasi dan meletakkannnya di piringku. Aku melihat kak Putri dan Tim hanya tertawa.

"pasti kalian berdua yang ngajarin kan?", tanyaku sambil memicingkan mata pada mereka berdua. "let's eat", kata Tim tak menggubrisku. Dasar. "gimana kerjaanmu? Lancar?", tanya kak Putri di tengah-tengah makan malam kami. Sesekali memang kami makan malam bersama. Rumah sebesar ini terasa sangat kosong ketika hanya ada aku dan Rion didalam nya.

"waahh, i can't explain it. Capek gila", jawabku sambil menggelengkan kepala. "nikmatin ajalah. Bukannya kamu mau punya perusahaan sendiri? Kan sekarang uda terwujud", kata kak Putri. "of course, iam. Kapan lagi bisa nyuruh-nyuruh Cintya kan. Hahaha", kataku diakhiri tawa. Aku merasa hari-hari terasa sangat panjang.

CINTYA'S POV

"di jemput dong. Sama sekalian booking in hotel. VIP. Minta tolong sama pak John aja. Gue nggak bisa ikut jemput soalnya kerjaan gue masih numpuk", kata Vio. "siap bu bos", jawabku cepat lalu keluar ruangan.

Aku berjalan menuju ruangan pak John. Mengantar dan menjemput memang tugas utamanya sebagai sopir perusahaan. "pak John. Saya minta tolong untuk menjemput seorang kolega di bandara hari ini. Saya sudah pihak sana jika perusahaan kita akan menjemputnya. Untuk waktu tepat dan siapa kolega yang harus bapak jemput akan saya informasikan nanti", jelasku pada pak John. "baik, bu", jawabnya ramah.

Aku mengendarai mobilku menuju hotel bintang lima yang cukup terkenal di mata para CEO. Aku menyerahkan mobilku pada vallet dan berjalan menuju resepsionis. "saya Cintya dari Zell's Group. Saya ingin memesan sebuah kamar untuk kolega kami. Bisakah saya melihat kamar VIP yang ada di hotel ini?", tanyaku sopan sambil menyerahkan kartu namaku.

Aku memang harus memeriksa sendiri kamarnya. Entah sejak kapan Vio menjadi seseorang yang sangat perfeksionis. Ia tak terima satu kesalahan kecil pun. Aku pernah hampir kena marah karena laporan yang kubuat ada beberapa kekurangan. Dan kali ini aku tidak mau hal itu terjadi lagi.

"baik, bu. Saya akan hubungkan dengan manajer hotel ini", katanya kemudian menghubungi manajernya. Tak lama seseorang pun datang dan mengajakku berkeliling melihat kamar VIP yang mereka punya. Setelah melihat beberap kamar dan kuanggap cukup nyaman dan aman, akhirnya aku memilih satu kamar nomor 1109. Aku sudah mendapat pesan jika tuan Deino, ya keloga kami, sudah sampai. Aku segera menghubungi pak John dan tak lama mereka akan sampai di hotel ini.

'bu, saya sudah menjemput tuan Deino. 30 menit lagi kami akan sampai dan jangan terlalu terkejut', isi pesan dari pak John. "jangan terlalu terkejut?", tanyaku pada diriku sendiri. Apa maksudnya?

Akhirnya mereka sudah sampai. Aku menunggunya di depan lobby. Dan betapa terkejutnya aku. Pria semampai dengan koper hitam yang ia bawa, pria yang berjalan menuju tempat dimana aku berdiri. Dia Vin? Aku memfokuskan mataku. Semakin kulihat, dia memang Vin!

"apakah anda nona Cintya?", tanyanya. Sejak kapan dia di hadapanku. Aku mengernyitkan dahiku. Apa ini? Dia Vin kan? Kenapa namanya Deino? Dan dia tidak mengenaliku?. "kenapa kalian semua memandangi saya seperti itu? apakah ada yang aneh dari saya?", tanyanya menyadarkanku.

"tuan Deino?", tanyaku memastikan. "ya", jawabnya cepat. "apakah kita pernah bertemu sebelumnya?", tanyaku. "kupikir kita baru bertemu hari ini", jawabnya bingung. Oke, sepertinya aku butuh penjelasan tapi sekarang bukan waktu yang tepat. "baiklah. Mari saya antar ke kamar anda", kataku lalu berjalan mendahuluinya dan sepertinya ia mengikutiku. Aku mengirim pesan pada Vio. 'don't be shock', send.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

haaaaaaiiiiiii! Finally i'm come back! maafkeun Allo ya update nya lama. soalnya Allo kemaren baru UAS dan Allo mau lomba nih minggu depan. doakaann Allooo yaaa {} enjoy it! -Salam Allo- 

Am I Right?Where stories live. Discover now