3

30 2 0
                                    


VIOLET'S POV

"emang jorok banget tuh orang. Belom mandi uda main makan aja", kataku setelah melihat Vin berjalan cepat menuju kamarnya. Yah, kenapa spongebobnya kudu selesai sih. Kan jadi bingung mau nonton apa. Aku meraih remote TV yang ada di atas meja dan mulai memencet-mencet tombolnya untuk mencari channel yang bagus.'dddrrrrtttttt', ponselku bergetar. Nomor siapa ini? Aku tidak kenal. Karena penasaran aku mengangkatnya.

"halo!", sapaku.

'El!', oh my god! Sepertinya aku kenal. Oh no, that's.....

"Niell?", kataku ragu.

'yes, babe. Hahaha', jawabnya diikuti tawa renyah.

"darimana lo dapet nomer gue?", tanyaku meninggi.

'lo gak bisa kabur dari gue. Gue akan selalu ada di sekitar lo', katanya penuh percaya diri.

"najis lo! Bodo, abis ini gue ganti nomer lagi!", kataku hendak mematikan sambungan teleponnya.

'gue di Indonesia sekarang', kata-katanya bagaikan sambaran petir untukku.

"ha?! Lo di Indonesia?! Anjir, idup gue keganggu lagi.....", aku berhenti bicara setelah melihat Vin yang menatapku dengan tatapan aneh. Aku tersenyum canggung kemudian segera bergegas menuju kamar meninggalkan Vin.

"ngapain lo di Indonesia?!", aku melanjutkan percakapan yang sempat terinterupsi.

'ketemu lo lah. Gimana sih', jawabnya cepat.

"terserah lo mau ngapain ya. Mau mancing sambil nyelem, mau tidur sambil makan, gue gak peduli. Dan jangan ganggu gue lagi. 2 tahun ini idup gue uda tentram tanpa lo yang berkeliaran di sekitar gue. So, GO TO THE HELL!", kataku menekankan kalimat terakhir dan menutup sambungan teleponnya.

Kalian inget Jessy? Iya, cabe-cabean busuk. Nah, Niell, Peniell Alama, dia adalah kakak Jessy. Apa aku sudah bilang jika Jessy juga satu SMP denganku dan Cintya? Belum? Baiklah, sekarang aku memberitahu kalian. Kami bertemu saat aku SMP dulu. Waktu itu dia hampir menabrakku dengan motornya. Sejak saat itu kita sering bertemu. Sempet juga aku baper ke Niell. Hehe. Tapi setelah aku tahu dia kakaknya si cabe-cabean busuk, makasih, buat siapa yang mau, ambil aja.

"ngapain juga tuh orang balik ke Indonesia. Uda bagus dia tinggal di Inggris aja. Aarrrggghhh!", teriakku sambil membungkam wajahku dengan bantal. Karena kesal aku menendang kesana kemari yang membuat tempat tidurku berantakan.

"Vin, jalan-jalan yok!. Gue lagi stress, butuh moodboaster", ajakku. Vin menoleh dan menatapku datar. "tunggu bentar. Aku ambil kunci mobil", katanya lalu berjalan menuju kamarnya. Aku meninggu Vin di depan rumah, dekat mobilnya terparkir. Tak lama Vin pun datang dan kami segera berangkat.

"kemana?", tanyanya tanpa menatapku. "kemana aja deh. Terserah lo aja", jawabku kemudian hening. 'dddrrrrttttt', ponselku bergetar. "mampus! Gue lupa ngabarin si sinting!", kataku sambil menepuk jidatku setelah melihat siapa nama yang muncul di layar ponselku.

"ha...", belum selesai aku bicara.

'NYING KENAPA LO NGGAK MASUK HARI INI! LO KEMANA AJA?! NGGAK NGABARIN GUE! MATI KECEBUR SUMUR LO!', teriaknya yang membuatku harus menjauhkan ponsel dari telingaku.

"nggak usah teriak-teriak kali, ting. Sorry sorry, gue lupa ngabarin lo. Bangun kesiangan gue. Uda telat, jadi ya sekalian aja nggak masuk. Hehe", jelasku.

Am I Right?Where stories live. Discover now