18

16 3 0
                                    


AUTHOR'S POV

Setelah menceritakan segala sesuatu tentang Vin, Vio menyiapkan makan malam untuknya dan Rion. Diana sedang ke Amerika menemani suaminya, Andrew. Mereka bilang akan ke Indonesia minggu depan. Setelah makan, Vio dan Rion bermain di dalam kamar. Terdengar bunyi dering dari laptop Vio. Vio mengambil laptop dari meja kerjanya dan membawanya ke atas tempat tidur.

"halloooowww, nyiiiiiiing", sapa Cintya senang. Mereka melakukan video call.

"gimana wisuda lo?", tanya Vio. Rion yang penasaran berjalan dan duduk di sebelah Vio.

"hai, sayaaangggg. Uugghh, kamu gemesin banget sih", sahut Cintya setelah melihat Rion di depan layar.

"halo, auntie", sapa Rion sambil melambaikan tangannya, lucu.

"nying. Gue balik ke Indonesia besok. Lo harus jemput gue", katanya.

"idih, apaan lo nyuruh-nyuruh gue", balas Vio malas.

"jahat banget sih lo. Lo nggak kangen sama temen lo yang cantik jelita ini", katanya sambil mengedip-edipkan matanya.

"ewh", kata Vio sambil membuang wajahnya. Rion melihat Vio dan Cintya bergantian. Bingung kenapa mereka selalu bertengkar setiap ngobrol.

"buru deh, lo mau jemput gue nggak?", tanyanya.

"iya iya. Kalo lo uda nyampe langsung kabarin gue aja. Ntar gue jemput. Btw lo nggak dapet pacar baru?", ledek Vio. Memang Cintya sudah putus dengan pacarnya sejak lama.

"anjir lo!", mendengar perkataan Cintya, Vio langsung menutup kedua telinga Rion.

"ting, awas ya kalo Rion ikut-ikutan lo! Gue steples mulut lo", kata Vio sambil mendelik kesal.

"sorry sorry. Kelepasan. Hehe", kata Cintya sambil membuat tanda peace dengan tangannya.

"oh iya. Sama gue mau ngomong penting sama lo", kata Vio serius setelah melepaskan kedua tangannya dari telinga Rion.

"ngomong penting apaan?", tanya Cintya penasaran.

"besok aja. Bhay!", kata Vio lalu menutup sambungannya. "rasain lo! Nggak bisa tidur kan lo semaleman", kata Vio cekikikan sendiri. Rion menatapnya bingung. "nonton film yuk", ajak Vio setelah mengecup singkat pipi gembul Rion dan mengajaknya ke ruang TV.

VIOLET'S POV

Setelah aku menjemput Rion dari sekolah, aku bergegas ke bandara untuk menjemput Cintya. Aku menginjak pedal gas ku agar melaju sedikit lebih cepat. Dia sudah menghubungiku sejak 1 jam yang lalu. Mungkin dia sudah di tumbuhi lumut sekarang.

"sinting!", panggilku setelah melihatnya duduk sambil membaca majalah. Ia menoleh dan ekspresi seriusnya berubah menjadi senyuman lebar. Ia sedikit berlari menghampiriku dan memelukku. Aku membalas pelukannya hanya dengan satu tanganku karena tanganku lainnya harus menggenggam Rion.

"gimana kabar lo?", tanya Cintya setelah melepaskan pelukannya. "baik kok", jawabku. "hai, Riooonnn. Sini peluk Auntie", katanya sambil berjongkok dan merengtangkan kedua tangannya. Rion melepaskan tanganku dan memeluk Cintya. Aku bingung kenapa mereka bisa akrab, bahkan hari ini mereka bertemu untuk yang pertama kalinya.

"lo laper nggak? Makan yuk", ajakku. "gilak, laper banget lah gue. Bayangin, perjalanan dari sana kesini 11 jam. Ditambah gue harus nunggu sekitar sejam lebih. Lo nggak liat badan gue uda penuh lumut gini", sindirnya sambil menyedekapkan tangannya. Tuh kan bener, apa yang aku bilang. "ya sorry. Tadi gue masih meeting. Sama gue harus jemput Rion juga", jelasku sambil nyengir kuda. "ngerti gue, yang uda jadi CEO. Udah yuk Rion, kita berangkat untuk makaann!", teriaknya senang sambil menggandeng Rion.

Lah, maksudnya apa ini. Kopernya mau di tinggal?. "Ting, koper lo gimana?", tanyaku sedikit berteriak. "bawain. Sebagai permintaan maaf lo karena uda buat gue nunggu hampir sejam lebih", jawabnya sambil senyum evil. "Kampret emang tuh anak! Uda minta di jemput, gue juga yang bawain kopernya. Awas aja lo kalo gue disuruh nraktir", gerutuku sambil menyeret kopernya dan mengekor mereka.

Kami berhenti di cafe favorit kami sejak SMP dulu. Karena kelaparan, kami cukup banyak memesan makanan. "lo mau ngomong penting apaan?", tanyanya. "gue mau lo jadi sekretaris pribadi gue", jawabku to the point sambil menyesap vanilla latte ku. Matanya melotot seketika. "gue? Jadi sekretaris pribadi lo? Ogah", jawabnya cepat. "serius gue ngomong", kataku sambil memutar bola mataku malas. "menurut gue, gue butuh sekretaris yang bisa di percaya dan bisa di ajak curhat. Dan semua persyaratan itu mengarah ke lo", sambungku.

"ada duit lebih buat penampung curhatan lo kan", katanya sambil menaik turunkan salah satu alisnya. Aku langsung menjitak kepalanya. "mau nggak lo?", tanyaku. "iye iye. Tapi btw, selama ini lo nggak ada sekretaris dong?", tanya Cintya. "semacam sekretaris sih ada. Dia orang kepercayaannya Vin. Lagian dia juga nggak masalah kok, aku uda bilang tentang ini", jelasku. Kemudian ada seorang pelayan yang mengantarkan pesanan kami.

"gue harus apply surat lamaran juga nggak?", tanya Cintya sambil mengunyah makanannya. "iyalah. Gue juga harus memperhatikan kualitas lo. Kalo setelah gue lihat lo jauuuuuhhh banget dari kriteria perusahaan ya lo gue depak", jawabku diakhiri tawa yang membuatnya kesal. "dasar kampret!", umpatnya sambil menoyor kepalaku. "gue uda bilang kalo jangan ngomong kasar kalo ada Rion. Hish ngeselin deh lo", sahutku cepat.

"Rion nggak denger Auntie bilang apa kan?", tanya Cintya yang dibalas anggukan pelan oleh Rion. "anak lo nggak denger noh", katanya puas. "serah lo ah", kataku lalu kembali fokus dengan makananku. Setelah makan, aku mengantar Cintya ke rumahnya. Ia sedang mencari apartemen dan ia meminta bantuanku untuk mencarikannya juga. Cintya bilang kalo emang dia harus tinggal sendiri karena emang seharusnya begitu kan.

AUTHOR'S POV

Satu minggu setelahnya, Cintya sudah bekerja di perusahaan milik Vin. Vio juga sudah menyiapkan ruangan sendiri untuk Cintya. Setelah kehilangan Vin, Vio selalu berusaha untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Mungkin dengan mempertimbangkan pendapat dan saran dari orang-orang tercintanya.

Diana dan Andrew akan datang besok. Mereka bilang jika Vio tak perlu menjemputnya di bandara. Satu tahun belakangan ini, Diana dan Andrew memang tidak pernah membahas Vin sama sekali. Mereka sudah ikhlas dan bertekad untuk menjaga Vio dan Rion. Dibalik ketabahannya, Vio benar-benar belum bisa kehilangan Vin sepenuhnya.

Sudah 4 tahun berlalu tapi Vio tetap merindukannya. Setiap malam ia memeluk kemeja milik Vin. Setidaknya itu sedikit mengurangi rasa rindunya. Tak jarang juga ia mengenakannya. Melihat album foto ataupun videonya bersama Vin. Setelah melihatnya pasti ia menangis dan tidur karena kelelahan. 'aku disini dan tak akan pergi kemanapun. Jika kamu memang masih ada di dunia ini, kamu tahu harus mencariku dimana', batin Vio penuh harap.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ini deh bentukannya Orion Zellez. ganteng kan? ugh, Allo aja uda jatuh cinta aja sama Rion. 

yuk yuk like and comment! {} -salam Allo-

Am I Right?حيث تعيش القصص. اكتشف الآن