4

17 2 0
                                    


VIOLET'S POV

Jantungku berdegup kencang. Sudah beberapa menit kita dalam posisi yang sama. Aku bahkan bernapas sangat hati-hati! Kupikir Vin butuh waktu sebentar untuk istirahat. "Vin, sepertinya ini sudah lebih dari 5 menit", kataku pelan sambil menepuk tangannya yang melingkar di bahuku. Dia hanya bergerak sedikit. Kapan aku menyelesaikan tugasku kalau seperti ini?

"Vin! Gue mau lanjutin garap tugas nih", kataku masih menepuk-nepuk tangannya. "oh, sorry", katanya dengan suara serak kemudian melepaskan pelukannya. Ia melirik jam tangannya sekilas. "saya ada janji makan malam. Apa tidak masalah kamu saya tinggal sendirian?", tanyanya. Aku berpikir sejenak. Yah, perlu kalian tahu, aku bukan gadis yang berani tinggal sendirian di rumah. Ish, memalukan.

"gue ikut deh. Lo berangkat jam berapa? Biar gue ngebut garap tugasnya", kataku akhirnya. "jam 8 malam", jawabnya. "oke", balasku kemudian kembali serius dengan tugas dari pak James. Aku mendengar suara langkah kaki Vin menjauh. Kupikir dia akan mandi.

"finallyyyyyyyy!!!!!", teriakku setelah semua tugas pak James sudah ku kerjakan. Aku merapikan semua buku dan bergegas mandi. Aku hanya memakai celana jins dan kaos oblong putih yang kututupi dengan kemeja berwarna biru denim. Tak lupa sepatu kets putih serta tas ransel kecil yang berwarna senada dengan celana jinsku.

Aku menunggu Vin di depan TV seraya berkirim pesan dengan Cintya. Tak lama Vin keluar dengan tuxedo berwarna biru yang kupikir warnanya senada dengan kemejaku. Apa dia sengaja menyamaiku? Dasar pede. "apa kamu akan gunakan itu? saya akan makan malam di restoran terkenal dimana orang-orang menggunakan gaun dan jas. Bukankah pakaianmu itu hanya untuk nongkrong di cafe?", komentarnya setelah mengamatiku sebentar.

"kebanyakan ngomong deh lo. Yang punya urusan disana kan lo. Gue mah cuman mau makan aja. Ngapain juga pake gaun-gaun segala. Ribet", sahutku cepat. "terserah", balasnya kemudian berjalan mendahuluiku. "pengen gue jambak rambutnya sekali-kali", gerutuku sambil berjalan mengikutinya.

Sekitar 45 menit, sampailah kami di restoran mewah. Restoran ini sangat ramai. Bahkan sampai tak ada tempat yang kosong kecuali satu. "saya sudah reservasi meja yang disana", katanya setelah masuk ke dalam sambil menunjuk meja dekat jendela. "pertemuan saya ada di private room. Tunggu saya dan pesanlah sesuai keinginanmu. Bilang saja atas nama Vin Zellez", sambungnya. Aku hanya mengangguk kecil. Aku melihat Vin berjalan menuju ruangan yang tak jauh dari meja yang dia pesan untukku.

"selamat malam, nona. Bisa saya catat pesanan nona?", tanya seorang pelayan pria dengan ramah padaku sambil menyodorkan menu. What?! Makanan apa ini? Aku sama sekali tak pernah tau semua makanan yang tercantum disini. "eehhmm, saya pesan makanan yang recommended dari restoran ini dan pastikan makanan yang tidak ada campuran kerang sedikitpun. Saya alergi kerang", kataku. "baiklah. Bagaimana dengan minumannya, nona?", tanyanya lagi. Wah, ada Tropical Breeze. Aku penasaran seperti apa rasanya. "Tropical Breeze", kataku kemudian sambil tersenyum. "baik nona. Saya permisi", kata pelayan itu kemudian pergi. 'dddrrrttttt', ponselku bergetar. Ternyata Cintya.

"halo. Ngapain lo telpon gue?", tanyaku.

'elah. Lo sombong banget ya. Kezel gue sama lo', sahutnya cepat.

"dasar lebay! Buruan, lo mau ngapain telpon gue?", tanyaku lagi.

'gue Cuma mau tanya, tugasnya pak james uda lo kerjain belom? Hahahahaha', jawabnya kemudian tertawa lepas. Dasar kambing!

"gara-gara lo sih! Kenapa lo nggak bangunin gue hmm?! Tangan gue jadi bengkak gegara ngerangkum mapel nya pak James!", kataku kesal.

'ya sorry, nying. Abis kalo gue belain lo, gue juga ikutan dikasih tugas. Hahahaha', katanya lagi.

Am I Right?Where stories live. Discover now