"hmm" gumam Zandar lagi, membuat Hani langsung menurunkan tangannya dan cemberut.

"lo gak mau maafin gue?" tanya Hani sambil menggoyang – goyangkan bahu Zandar, gadis itu terlihat kesal dan tidak terima dengan reaksi Zandar.

"trus lo maunya apa" tanya Zandar datar pada Hani setelah pemuda itu menarik nafas dan Hani tau dengan betul bahwa itu menandakan jikalau Zandar tengah jengah.

"ya, gue seneng sekarang elo tau kalo apa yang gue lakuin ke elo itu bukan keusilan, gue seneng elo mau minta maaf sama gue, tapi buat bisa kayak biasa lagi sama elo, gue kayaknya gak bisa"

"Zandar!" teriak Hani, gadis itu berdiri dengan penuh amarah "gue udah minta maaf kan! Trus apalagi mau lo coba? Maafin aja apa susahnya sih" Hani berbalik dan ingin berjalan menjauh, tapi sebelum ia mElangkah Zandar sudah menarik tubuhnya dan membuatnya duduk kembali dengan paksa.

"auu" teriak Hani karena merasakan sakit pada bokongnya karena terduduk pada bangku yang terbuat dari logam.

"ini nih yang bikin gue kesel sama elo, elo itu gak mikirin orang lain dan cuman perduli sama opini lo sendiri" Zandar berucap dengan nada datar.

"lo sadar gak sih han kalo elo itu egois?" tanya Zandar dengan suara yang sedikit meninggi membuat Hani terkesiap.

"maksud lo apaan sih?" tanya Hani pelan karena gadis itu benar – benar kebingungan dengan apa yang Zandar maksud, ia egois?.

"lo tau gak kenapa gue udah gak mau lagi punya urusan sama lo?" bukannya memberikan Hani jawaban Zandar malah melemparkan kembali pertanyaan yang semakin tidak gadis itu mengerti "soalnya gue udah nyerah sama sifat lo yang egois, lo bahkan gak sadar kalo elo egois kan?" sambung pemuda itu.

"maksud lo apaan sih? Gue egois apaan?" alis Hani tertaut katika gadis itu semakin kebingungan.

Zandar memegang bahu Hani dan menatap gadis itu. "coba deh lo pikir, tiap kali elo berantem ato beda pendapat sama Iva siapa yang ngajak lo bicara duluan? Iva apa elo? Iva kan?" mata Hani mengerjap pelan tapi gadis itu mengangguk mengiakan perkataan Zandar "elo gak bakalan mau bicara sama Iva kalo gak Iva yang ngajak lo bicara duluan kan?" sambung Zandar dan hanya diikuti anggukan kaku dari Hani.

"itu karena Iva biasanya juga bikin gue kesel, makanya gue ngabain dia" cicit Hani pelan.

"lo juga bikin Iva kesel tuh, tapi Iva yang selalu ngamuk gegara lo bakalan selalu balik ke elo dan bicara lagi sama lo" Zandar melepaskan tangannya dan melihat kearah orang – orang yang ada ditaman. "lo beruntung Iva selalu balik dan balik lagi sama lo, makanya elo gak sadar kalo elo itu orang yang egois"

Apa yang Zandar ucapkan membuat Hani teridam ditempatnya, gadis itu mulai menyadari apa yang selama ini tak mau ia percayai sebagai kenyataan bahwa itu juga merupakan bagian dari dirinya, Hani adalah gadis yang hanya memikirkan dirinya sendiri.

"Eca juga kayak gitu, dia selalu nanganin gue pake kepala yang dingin" gumam Hani pelan.

"gue pingin elo sadar sama emosi lo sendiri bukan karena gue pengen elo jadi pribadi yang makin egois kayak gini, gue pengen dengan mau ngungkapin elo seneng atopun kesal, elo juga bakal ngakuin emosi seneng atopun kesalnya orang lain" Zandar mengacak pelan rambut Hani dan memperlihatkan senyuman tipis.

"sekarang lo tau kan harus minta maaf sama siapa?" Zandar menepuk bahu Hani dan berdiri .

"jadi kita masih bisa temenan?" tany Hani saat Zandar sudah mulai mElangkah, pemuda itu berhenti mElangkah dan hanya mengangkat bahunya saja.

Hani diam untuk beberapa saat dan melihat kearah ponselnya, gadis itu mulai melihat beberapa pesan dari Iva yang sudah gadis itu kirimkan sejak lebih dari setengah jam yang lalu, Hani membukanya dan membaca satu persatu pesan dari Iva.

INTROVERTWhere stories live. Discover now