1

70 3 0
                                    


Disinilah aku sekarang. Di rumah mewah nan luas dan hanya memiliki 2 penghuni, aku dan suamiku. Ewh, sedikit aneh mengatakan bahwa dia suamiku. Aku menikah satu minggu yang lalu. Alasannya klise, sering kalian dengar pastinya, karena kami saling membutuhkan. Membutuhkan dalam arti sebenarnya, ia butuh teman sekaligus pembantu di apartemennya dan aku pastinya butuh ATM berjalan untuk kebutuhan pendidikan dan ekonomiku. Singkat cerita, that's it. He's my husband now.

"gue entar pulang telat yak. Mau ngerjain tugas kelompok dulu", kataku saat sarapan pagi ini. "ya. Yang penting sebelum makan malam uda sampe rumah", jawabnya singkat. 'emang ngeselin ya nih orang. Bukan kayak suami gue malah kayak bokap gue', gerutuku dalam hati sambil menyantap sarapanku.

Setelah sarapan, pak Anton, sopir pribadiku, mengantarku ke sekolah. Ah, aku lupa memberitahu bahwa aku adalah murid SMA yang duduk dikelas 3. Beberapa bulan lagi aku akan mengikuti Ujian Nasional. Aku berharap semua berjalan lancar tanpa ada kendala sedikitpun. Amin.

"Nying, lo uda garap tugas matematikanya pak Pet?", terdengar suara yang ku kenal dari arah pintu. "uda lah. Kenapa? Lo mau nyontek? Dasar bedebah busuk!", jawabku kesal. "uluuhh, perhatian banget temen gueeeee", teriaknya dengan suara yang dibuat-buat sambil memelukku. "najis lo! Jangan peluk-peluk!", teriakku sambil mendorong tubuhnya jauh-jauh.

Cintya, dia adalah sahabatku dari SMP. Dia tahu semua tentangku, begitu pula aku, tahu semua tentang dia. Aku sudah dekat dengan keluarganya. Dulu setelah kedua orang tua ku meninggal, aku tinggal bersama keluarga Cintya. Dan perlu di ingat, dia satu-satunya orang yang tahu bahwa aku sudah menikah.

"kumpulkan tugas kalian!", perintah pak Petrus, guru matematikaku. Kami meng-ekstafet-kan buku kami dari belakang ke depan. Setelah mengumpulkan tugas, pak Petrus kembali memberikan materi yang sudah ia siapkan.

"Violet, tolong bantu saya bawa buku ini. Letakkan di atas meja saya", kata pak Petrus kemudian pergi meninggalkan kelas. "baik, pak", jawabku kemudian membawa tumpukan buku yang tertata rapi di meja guru. "gue mau ke kantin. Lo mau pesen apaan?", tanya Cintya di ambang pintu. "hhmmm", aku terdiam memikirkan apa yang ingin aku makan. "kelamaan ah lo", katanya lalu pergi. "ssiiiinnnn!", teriakku sambil mengejarnya. "siiinnntttiiiinnggg!", teriakku lagi yang membuatnya menoleh dengan tatapan kesal. "gue mau mie ayam sama es teh ya. Tengkyuh", kataku kemudian berjalan berlawanan arah.

"makanannya belom nyampe?", tanyaku setelah melihat meja yang masih kosong. "tau tu ibu nya. Lama banget", balas Cintya. "yauda, gue tanya lagi deh ke ibu nya", kataku kemudian menghampiri ibu kantin. "bu, pesenan Cintya kok belum jadi?", tanyaku sopan. "loh mbak. Kata mbak yang disana, mbak Cintya nggak jadi pesen", jawab ibu kantin sambil menunjuk salah satu meja. Aiihh, cabe-cabean lagi.

"jadi bu. Pesen mie ayam 2 sama es teh nya 2 ya. Makasih bu", kataku sambil tersenyum tipis. Aku berjalan menghampiri si cabe busuk. "eh, ini masih siang kali buk. Nggak usah cari masalah", kataku pelan yang membuatnya mendongak ke atas, melihatku. Ugh, tatapannya subhanallah, culek-able. "ops, berapa hari nggak makan? Kelaperan banget ya?", katanya sok sedih. Najis.

"40 hari gue nggak makan. Puasa sama sekalian berdoa. Mau tau isi doanya? Gue berdoa semoga cabe-cabean busuk bernama Jessy Alama mati di telen sama cacing besar Alaska", jawabku kemudian pergi. Ku lirik sekilas wajah kesalnya. Mampus lo!.

"ngapain lo kesana?", tanya Cintya setelah melihatku berjalan dari meja Jessy. "ngasih tausiyah buat cabe-cabean busuk", jawabku sekenanya. "dasar gila!", umpatnya sambil tertawa.

Sepulang sekolah. "pak, aku mau kerja kelompok sama Cintya. Ntar anterin ke cafe biasa ya", kataku pada pak Anton. "tuan Vin...". "aku uda izin kok", kataku memotong ucapan pak Anton. "baik nona", jawabnya kemudian masuk ke dalam mobil. "idup lo enak ya sekarang", kata Cintya. "enak palelu!", sahutku cepat. "uda suami lo ganteng, kaya, tinggi dan gue yakin dia sixpack", kata Cintya sambil mendongak, berimajinasi. "dasar mesum!", teriakku sambil menoyor kepalanya.

"gue biasanya cuman nonton di drama-drama korea aja cowok macam suami lo. Sedangkan lo, bisa liat tiap hari", katanya. "kalo mau, mending lo tukeran sama gue. Lo jadi istri nya Vin dan gue jadi anak nyokap bokap lo. Gimana? Win win solution", kataku ngaco. "ogah. Berarti nanti Alex lo embat juga doongg. Nehi yaaa", katanya cepat sambil menggerakkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri. FYI, Alex itu pacarnya Cintya.

"nying, gue mau jus mangga dong", kata Cintya setelah terduduk di cafe. "bisa nggak sih lo berhenti manggil gue nying", kataku sambil memutar bola mata, kesal. "kan elo emang ANYING", katanya menekankan kata terakhir. "lo juga biasanya manggil SINTING! Hish", sambungnya. "bodo ah", kataku kemudian berjalan menuju tempat pemesanan.

Cintya membuka laptopnya dan mulai mengerjakan tugas proposal kewirausahaan nya. "gimana? Masih harus di revisi atau enggak?", tanyaku setelah memesan. "kayaknya nggak ada deh. Guru bahasa indonesia kita emang kurang kerjaan, ngapain kasih tugas suruh bikin beginian. Bikin pusing aja", keluh Cintya. "dasar bego! Kodratnya guru itu kasih tugas. Kodratnya murid garap tugas", kataku sambil mengarahkan laptopnya menghadapku.

"makasih mbak", kata Cintya pada pelayan yang mengantarkan minuman kami. "gila kali ya tu mbak mbak. Ketawa-ketawa sendiri", kata Cintya sambil menyeruput minumannya. "uhuk", Cintya terbatuk karena terkejut dengan apa yang dia lihat. "pelan-pelan kali, ting. Gue nggak bakal embat minuman lo", kataku masih terpaku pada laptop. "mending lo liat kesini", kata Cintya pelan. "suara lo kenapa...", perkataanku terhenti setelah melihat siapa yang duduk diantara aku dan Cintya.

"ngapain lo disini?", tanyaku spontan. "do you ask me that? Seriously?", tanggapnya dengan wajah datar. "anjir ni orang minta di gampar", gerutuku tanpa membuka mulut. "nying, tugasnya uda selesai kan ya? Gue balik ya", kata Cintya mendadak kalem. "geblek, ini tugas masih banyak banget. Lusa uda di kumpulin", kataku cepat. "Vin, kalo lo ada urusan sama gue, nanti aja. Gue garap tugas dulu. Inget perjanjian kita, jangan saling merugikan dalam hal apapun", kataku sambil memelototinya. "okay, saya pergi. Saya tunggu di mobil", katanya singkat kemudian pergi meninggalkanku dan Cintya.

"OMEGAAAATTTT!! Gue butuh oksigen! Ganteng banget gilaaakkk!!", kata Cintya heboh setelah melihat Vin menjauh. "tadi aja lo sok-sok kalem", kataku malas sambil kembali serius ke layar laptopku. "gue mau deh jadi istri keduanya. Nggak papa kan nying, kita berbagi suamiiiiii", katanya sambil memeluk bahuku. "imajinasi lo ketinggian! Buruan garap!", kataku yang membuatnya langsung merebut laptop yang ada di hadapanku.

"Pak, anter Cintya sampe rumah ya. Bila perlu sampe depan pintu. Bila perlu lagi sampe depan kamarnya", kataku pada pak Anton. "ngaco lo! Nggak sekalian aja pak Anton tidur di kamar gue!", sahut Cintya sambil menoyor kepalaku. "baik nona. Mari nona Cintya", kata Pak Anton sambil membukakan pintu untuk Cintya. "tiati lo diterkam sama suami lo", bisik Cintya. "emang suami gue macan, nerkam-nerkam. Dasar sinting!", balasku. Cintya tertawa. "daaahhh! Ati-ati aayyy!!", teriakku sambil melambaikan tangan.

"mau ngapain sih lo? Pak Anton pasti yang kasih tau gue ada dimana", kataku setelah masuk ke mobil Vin. "nanti malam ada pesta merayakan keberhasilan proyek terbaruku", jawabnya. "terus?", tanyaku sambil menaikkan satu alisku. "kamu juga ikut ke pesta", lanjutnya. "what? Aku? Ikut ke pesta? Halu lo!", kataku sambil menggelengkan kepala tak percaya. "saya ingin mengenalkan istri dari seorang CEO Zell's Group pada semua karyawan dan para kolega", jelasnya.

"bilang aja lo belom nikah. Gampang kan? Lagian walaupun pernikahan kita sah, tapi nggak ada pers manapun yang ngeliput kan. Jadi nggak masalah", kataku menolak. "saya mau kamu ikut. T I T I K", katanya sambil menginjak pedal gasnya dan melaju kencang. "terserah lo deh! Cepet mati kalo gini caranya gue", kataku kesal sambil memandang ke luar jendela.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

hope you like it, guys. jangan lupa like and comment ;) 

-salam Allo-

Am I Right?Where stories live. Discover now