Elang barusaja ingin melangkah pergi saat sebuah suara lembut yang sengaja dibuat imut memasuki indera pendengarannya menghentikan pergerakannya. Pemuda itu berbalik menghadap kearah dimana suara itu berasal.
"maksud lo apa? " tanya Elang dengan ekspresi yang sedemikian tidak sukanya, meskipun gadis itu tidak pernah membuat masalah padanya, Elang akan tetap tidak menyukai pribadi seorang Lyora.
"masa ia sih kak Elang yang terkenal cerdas tiba - tiba gak ngerti kosakata dasar? " gumam Lyora dengan suaranya yang masih saja dibuat - buat semanis mungkin.
"tadi lo nanya apa gue gila? " Elang menunjuk kearah wajahnya sendiri sambil berjalan kedepan Lyora "gue nanya balik, kenapa elo bisa nanya kayak gitu? " pemuda itu mendekatkan tubuhnya kedepan Lyora.
"ya emang gak gila ya kalo bicara sendiri? " Lyora mengangkat sebelah alisnya, gadis itu tersenyum lebar.
"lo tau enggak Lyora? " tanya Elang dengan senyuman tipis, tapi belum sempat Lyora menjawab Elang sudah memotongnya "ya gak tau lah, otak lo itu isinya cuman buat cari keuntungan dari orang lain" senyum elang melebar separuh.
Lyora yang mendengar perkataan Elang yang memang terdengar mempermainkannya langsung mengepalkan tangannya, gadis itu menatap Elang dengan tatapan penuh kebencian, dengan kepala yang dipenuhi oleh perasaan kesal Lyora mencoba mengambil langkah untuk bejalan menjauh.
Tapi sebelum gadis itu dapat pergi, Elang sudah menahan tangannya "asal lo tau ya Lyora! Orang yang bicara sendiri itu cenderung jenius, kenapa? Karena itu artinya otak mereka berjalan dua kali lebih cepat dari orang pada umumnya" Elang melepaskan cengkramannya dan mengangkat kedua tanggannya saat Lyora melotot dengan penuh amarah kearah tangannya yang tadinya mencengkram tangan gadis itu.
"tapi gue yakin, orang kayak lo gak perduli sama Ilmu pengetahuan kayak gitu " Elang berjalan meninggalkan Lyora yang begitu kesal akan perkataannya.
Gadis itu kalah telak jika harus beradu opini dengan seorang Elang.
...
"kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu? " sebelah alis Iva terangkat, menatap Hani tak suka sekaligus bingung.
"gak papa kok" jawab Hani pelan, gadis itu memalingkan wajahnya dan menatap seonggok makanan yang ia beli bersama Iva dan juga Eca, mereka memilih memakannya didalam kelas karena permintaan Hani meskipun Eca sudah kabur ketoilet sekolah karena perutnya yang tiba - tiba sakit.
"Hani! " teriak Elang dari pintu kelas, pemuda itu berjalan dengan cepat kearah Hani.
"kenapa lang? " tanya Hani pelan.
"gue ada perlu sama elo" Elang menarik pergelangan tangan Hani dan mencoba menyeret gadis itu keluar.
"ada perlu apa? " Hani bergumam pelan sambil melepaskan tangannya secara halus "bisa gak bicara disini aja? " tanya gadis itu dengan senyuman tipis.
"ya gak bisa lah" sahut Elang sambil berkacak pinggang. "elo sehat han? " tanya pemuda itu tiba - tiba, membuat Iva yang tadinya hanya menjadi pendengar pasif langsung meletakkan telapak tangannya didahi Hani.
"apaan sih Va" Hani menjauhkan tangan Iva dari dahinya dengan gerakan lembut, gadis itu menyempatkan diri untuk memutar bola matanya didepan Iva sebelum ia menatap Elang. "lang! Gue gak sakit, gue sehat - sehat aja kok"
"tapi lo seriusan Hani? " Elang mencoba mendorong kepala Hani, meskipun gadis itu langsung menghindar.
"ia gue seriusan Hani " Hani memukul tangan Elang yang masih saja sibuk mencoba mendorong kepalanya.
"ah udahlah! Pokoknya elo ikutan sama gue" Elang menarik paksa tangan Hani, dan kali ini pemuda itu benar - benar menyeret Hani keluar kelas dan pergi ketempat yang ia inginkan.
"apaan sih lang? Mangnya gak bisa ya bicara didepan Iva? " Hani bersedekap didepan Elang, membuat pemuda itu memutar bola matanya malas.
"gak bisa" sahut Elang datar "gue maunya face to face" Elang melebarkan senyuman terkonyolnya.
"jadi kita mau bicara apa? " Hani menyandarkan tubuhnya pada pohon yang memang berada disekitarnya.
"elo sadar gak sih kalo elo itu udah mulai berubah banyak? " tanya Elang dengan senyuman yang terkembang dengan tulus.
"sadar " gumam Hani, sedetik setelahnya gadis itu melengkungkan bibirnya dengan sendirinya. "gak langsung sadar juga sih, tapi sedikit - sedikit ada yang kerasa beda aja, gue kalo kesel gak cuman mendem tapi gue ungkapin" gigi Hani terlihat ketika senyuman gadis itu semakin lebar "sedikit banyak gue udah bisa ngungkapin emosi gue sendiri"
"itu artinya elo bisa maafin Zandar? " tanya Elang tiba - tiba, dan saat itu pula raut muka Hani berubah datar.
"maksud lo apaan? " Hani menatap Elang "maksud elo karena gue bisa kayak gini karena Zandar dan gue harus lupa sama cara Zandar ngerubah gue? Gitu! " Hani berjalan maju tepat didepan Elang
"Han! Maksud gue gak kayak gitu" Elang berjalan mundur, pemuda itu mulai panik karena emosi Hani yang tiba - tiba menjadi tidak stabil "maksud gue-"
"gue gak perduli maksud elo itu apaan"
Hani memotong perkataan Elang "gue akuin sekarang gue udah lebih baik itu karena Zandar dan gue berterimakasih banget sama dia, tapi bukan berarti gue lupa cara dia yang kelewatan sok tau buat ngerubah perangai gue"
Hani berjalan pergi meninggalkan Elang, langkah gadis itupun juga kelewat cepat.
"Han!"
"Han! "
"Hani! "
"elo ngapain sih ngelakuin hal gak guna kayak gitu? " suara seorang gadis yang sudah sangat Elang kenali menghentikan langkah pemuda itu ketika ia akan mengejar Hani.
"elo juga ngapain ngelakuin hal gak guna kayak ngadu domba orang lain" sahut Elang pedas.
"ya serah gue dong" sahut Lyora dengan senyuman lebar.
"kayaknya tadi itu elo belom kapok kalah telak bicara sama gue kali ya?" Elang tersenyum sinis.
"oh gue udah kapok kok" Lyora memperlihatkan ekspresi ketakutan yang dibuat - buat . " makanga gue kesini buat balas perkataan lo tadi" senyuman gadis itu melebar.
Wajah Elang berubah datar tapi sedetik setelahnya pemuda itu kembali tersenyum sinis "sekarang gue tau kanapa elo bisa dengan mudah ngelakuin hal gak guna kayak gini" Elang melangkah mendekat kearah Lyora .
"m maksud lo? " Lyora tiba - tiba tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.
"lo" Elang memberi jeda pada perkataannya membuat Lyora nyaris saja berteriak "lo gak bisa ngebiarin diri lo dikalahin dan lo bakalan selalu pengen balas apa yang orang lain lakukan ke elo bahkan dengan cara yang jauh lebih buruk"
"intinya sih! Elo itu seorang pendendam " Elang berjalan pergi meninggalkan Lyora yang sudah tidak bisa berkutik lagi.
...
halooooooo.... maaf lambat update
YOU ARE READING
INTROVERT
Teen Fiction#16 in introvert #19/01/2019 #18 in Introvert #06/06/2019 Credits Beautiful pic from Anna Abola Art -when a introvert girl fall in love- -a same love that's will changing her self and it started when she's get a papercranes - by '22yuniyu' ...
Chapter 35
Start from the beginning
