Sinta sibuk mengetik pesan untuk Fiona di smartphone-nya sampai tak mendengar suara Mamanya. "Hah, apa Ma?"

"Kamu itu ya kalo udah sibuk sama hape, tadi Mama tanya mau kemana pagi-pagi gini? Bukannya ada less hari ini sama Bintang?"

"Bintang ada urusan jadi gak bisa hari ini", jawab Sinta seraya mengetikkan nomor kontak Fiona. "Sinta pergi dulu ya, Ma!"

"Tapi kan kamu belum sarapan, sayang!"

Sinta pergi setelah memeluk Mamanya. Sampai di pagar rumah, ia melirik ke balkon rumah di seberang, Bintang terlihat sedang berdiri memunggunginya. Sinta sebisa mungkin tak menimbulkan suara, dan melesat cepat agar tek ketahuan.

Akhirnya, ia bernapas lega karena berhasil menyelamatkan jantungnya.

***

Sinta mengulurkan jari-jarinya menyentuh satu persatu buku yang berada dalam jangkauan matanya. Rak-rak setinggi dua meter berdiri bersaf-saf menyediakan ribuan buku bacaaan yang tiada habis.

Akhir pekan ini, toko buku langganannya nampak sepi pengunjung. Namun, Sinta lebih suka keadaan lengang seperti ini, seolah toko buku ini miliknya.

Sepertinya beberapa pengunjung datang, langkah sepatunya terdengar ringan di telinga, lalu ikut memilah beberapa buku didekatnya.

Sinta melirik pengunjung lain yang sudah berada disebelahnya. Jari telunjuk itu.. Plester yang sama..

Ini berdarah! Lain kali hati-hati kalau turun dari tempat tidur. Jangan melukai dirimu sendiri.

Mau tidak mau Sinta menoleh, dan menegang gugup pada sosok tinggi yang sibuk mencari buku. Kenapa Bintang bisa sampai sini?

Sinta spontan mengambil buku apa saja yang ada di depannya, menutupi wajah dengan buku tersebut kemudian menghindar dengan wajah tertunduk. Pergi ke sisi lain rak, dan menghadap dinding.
Bintang nampaknya tak menyadari hadirnya.

Sinta memegang dadanya sembari menempelkan keningnya pada tembok, "Ish, kenapa pula jantung ini. Berhentilah berdetak! Jangan, berarti aku mati.. Dilarang berdetak cepat!"

Sinta menarik napas, lalu menghembuskannya pelan. Ia menoleh ke kiri,pada saf rak buku yang lain, Bintang tidak ada. Syukurlah.

Sinta berbalik, Duk!

Sinta mengelus kepalanya yang kesakitan setelah menabrak sesuatu. Ia mendongak, dan terperanjat kaget dengan bola mata membulat sempurna.
"Ssaem.."

Pria itu tersenyum, mendekat. Sinta hendak mundur, tapi punggungnya telah menyentuh dinding.

Bintang semakin memangkas jarak, dengan pandangan yang tidak lepas menatap wajah Sinta yang gugup.

"Apa kau berusaha menghindariku?"

Sinta menggeleng, "Ti-tidak A-aku-Bagaimana kau ada disini?"

Bintang lagi-lagi tersenyum, "Kau sendiri yang memintaku datang, kan?"

Sinta berkerut heran, Bintang mengeluarkan ponsel dan memperlihatkannya ke Sinta.

Aku gak mau ada dirumah hari ini, ayo datang ke opening kafe yang kamu bilang. Tapi, aku mampir beli novel dulu, ketemu di toko buku ya? Fiona, jangan kelamaan dandannya!

Sinta menggerutu pelan, Apa yang ia pikirkan saat mengirim pesan itu?kenapa juga ia harus salah kirim? Pantas saja Fiona gak datang-datang.

"Kau sarapan apa? Wajahmu terlihat pucat. Kau tidak makan mie instan kan sebelum kesini kan?"

"Apa pedulimu aku makan apa-"

Bintang tiba-tiba memiringkan wajah dan mendekatkannya ke Sinta, sangat dekat sampai Sinta menahan napas di beberapa detik pertama.

"Em.. kau makan mie instan.. aromanya seperti mie instan."

"ssaem.."

"Apa hm??"

Sinta menimang-nimang untuk melanjutkan. Sedangkan pria didepannya masih menguasai wajahnya dengan mata tajamnya itu.
Jauhkan wajahmu atau aku mati ditempat!

"em..bukannya aku tidak menyukaimu, tapi saat seseorang membantu dan menghiburmu dimasa sulit, mereka akan percaya kalau orang itu berada dipihaknya, orang itu yang disebut teman. Persahabatan atau cinta adalah sama-sama bentuk kasih sayang, tapi keduanya berbeda. Aku khawatir kau tidak mengerti dua perbedaan itu."

Mata Bintang bergerak-gerak memperhatikan tiap lekuk wajah Sinta dari jarak dekat. "Aku yang khawatir padamu. Aku bukan orang yang sering menerima kasih sayang seperti itu. Entah cinta atau persahabatan, bagiku sama saja. Sepertinya kau berusaha membuatku menjauhimu, tapi itu takkan mempan buatku. Aku sudah mengatakannya kan? Sejak hari itu, kau ini milikku. Jadi persiapkan dirimu."

Bintang menjauhkan wajahnya,akhirnya.

"Bukankah kau ingin ke kafe? Nah, ayo kita berangkat sekarang."

***

----------------------------------------------------------------
Haiii long time no see!! Kritik dan sarannya ya thank u!!

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang