14 - Gejolak Hati

1.6K 60 0
                                    

Bantu koreksi guys, kalau ada typo.
Maklum, saya masih belajar.
Happy reading

"Saat ini, aku mau kamu menatapku.
Mencari kebohongan didalam sana.
Jika sudah kamu temukan,
kamu bisa memakiku, atau meninggalkanku!"

***

"Tentang perasaan kamu," tukas Devan membenarkan, kedua matanya menatap lurus-lurus ke manik mata gadis itu.

"Apa?" gadis itu menjawab, namun dengan nada yang jengah. Membuat Devan tersenyum lembut.

"Apa kamu masih sayang sama aku?" pertanyaan Devan sukses membuat gadis dihadapannya melotot, menyadari kebodohannya yang benar-benar pernah dia lakukan.

"Apa perlu aku kasih tahu kamu?" Gadis itu meninggikan sebelah alisnya, setelah tersadar dari keterkejutannya.

Devan mengangguk mantap, mengiyakan ucapan gadis itu. Terdengar helaan napas dari mulut gadis itu. Lantas ia membenarkan posisi duduknya sebelum mengatakan yang sebenarnya pada Devan.

"Ya." Katanya singkat.
"Tapi dulu," imbuhnya.

Devan memandang tak percaya pada gadis itu. "Bohong," tukasnya kemudian.

"Aku enggak bohong, Van. Aku serius."

"Lena, aku tahu kamu seperti apa? Aku tahu logat kamu ketika bohong itu gimana?"

"Van, ini udah lama. Aku enggak kayak dulu lagi, aku berubah. Dan kamu pasti susah buat kenalin aku kayak dulu."

"Bagiku kamu tetap kamu, seperti apapun kamu, kamu adalah Lena-ku."

"Buat saat ini, enggak, Van."

"Aku masih suka sama kamu, aku masih sayang sama kamu. Bahkan aku masih nungguin kamu."

"Tapi aku enggak, rasa itu udah hilang, Van. Tolong kamu ngertiin aku."

"Kamu masih suka ngelukis, kan?" Satu alis Devan terangkat.

Hening.
Lena hanya diam.
"Iya," jawabnya kemudian.

"Kita mulai lagi, ya, dari awal."

Lena terdiam, ia tidak sanggup mengatakan apapun. Lidahnya kelu, tenggorokannya tercekat. Dan lima menit dalam keheningan, tidak mematahkan semangat Devan untuk bicara lagi.

"Len, mau kan?"

Lena menggeleng.

"Maaf, aku nggak bisa." Ujarnya kemudian.

Devan menghela napasnya dengan jengah. Sangat sulit menghadapi makhluk yang bernama wanita.

"Aku masih sering sakit-sakitan kayak dulu." Devan mengalihkan topik pembicaraan.

Lena menatapnya penuh minat, terlihat jelas jika gadis itu masih peduli pada Devan. Namun egonya yang mampu mengalahkan perasaan itu begitu besar.

"Kamu masih nolak buat minum obat?" tanya Lena.

Devan tersenyum, ia beruntung kali ini karena obrolannya dengan Lena tidak secanggung yang dia pikirkan.

Just A Dream [Completed]Where stories live. Discover now