BAB 32 - [Far From Home]

4.6K 688 162
                                    


Suara tegas Elliot berhasil membuat mereka terdiam. Kesempatan ini tak disia-siakan oleh Jong-in. Ia memutuskan untuk ikut ke Makau. Selain keamanannya lebih terjamin, Jong-in juga bisa terus bersama Hee-ra.

Mereka pergi menggunakan maskapai milik agen rahasia. Setidaknya, perjalanan menghabiskan waktu lebih dari sebelas jam yang mau tak mau digunakan untuk memikirkan rencana selanjutnya. Sementara Elliot dan Se-hun sibuk menyusun rencana, Hee-ra menemani Jong-in yang masih terguncang untuk menerima semua ini.

Setibanya di Makau, Elliot membawa mereka ke suatu rumah yang cukup besar di tengah kota. Elliot bercerita bahwa ia baru menyewa rumah ini beberapa saat itu, mengingat Makau berada di luar jangkauan regionalnya.

"Josse berhasil menemukan di mana Scott tinggal saat ini." Elliot menatap lima orang di dekatnya bergantian. "Crowne Plaza, dia akan mengadakan pesta besok. Semua orang bisa datang ke sana, asalkan..."

Kelimanya menatap penasaran.

Asalkan apa?

Apakah Scott membuat syarat aneh untuk masuk ke sana?

"Pertama, kau harus datang bersama seorang wanita, atau yang kedua, kau adalah wanita," jelas Elliot kemudian.

"Syarat macam apa itu?" Hee-ra mengeluarkan protes.

"Scott memang suka bermain wanita. Kupikir tidak aneh jika dia membuat syarat seperti itu." Se-hun menambahkan, "Dia lemah pada wanita."

Hee-ra mendesis, "Menjijikkan."

Untuk menghentikan pembicaraan yang mulai tak menjurus, Elliot menepuk kedua tangannya beberapa kali. "Well, jadi rencana pertama kita pergi menyusup ke kamar hotelnya dan memasang beberapa kamera CCTV untuk mengamati bagaimana cara Scott menggunakan alat komunikasinya nanti. Kita memiliki waktu dua jam sampai Scott kembali ke hotel. Dia masih sibuk di kelab malam bersama gadis-gadis seksi." Ia berhenti sebentar dan menyilangkan kedua lengan. "Jadi, siapa yang akan pergi?"

Selama beberapa saat, tak ada jawaban keluar. Jong-in tidak mungkin pergi, ia tidak begitu paham pada rencana mereka. Hee-ra? Terlalu berbahaya bagi gadis itu untuk ke sana, ia tidak pintar mencari tempat yang aman untuk memasang kamera, sehingga yang tersisa tinggal Se-hun dan Royce.

"Aku akan pergi," ucap Se-hun memecah keheningan. "Aku bisa menanganinya."

"Aku akan pergi bersamamu," gumam Royce tiba-tiba. Ia menepuk pundak Se-hun dan menggerakkan dagu. "Dua lebih baik daripada satu," lanjutnya.

Melihat kekompakan mereka, Hee-ra tersenyum tipis. Tanpa Se-hun sadari, ayahnya lah yang memberikan bantuan. Andai saja Hee-ra bisa memberutahu, andai saja Se-hun bisa merasakan jika Royce sedang berusaha melindunginya.

Suatu hari nanti, saat segalanya mulai membaik, Hee-ra yakin Se-hun bisa menerima dan memaafkan Royce. Bagaimanapun, ikatan orang tua dan anak lebih kuat daripada kebencian yang tak berakar. Apalagi Royce memutuskan untuk berubah dan membayar kesalahannya di masa lalu.

"Aku akan menyukai ini." Se-hun berkata pada diri sendiri. Ia memandang Royce di samping. "Alihkan perhatian mereka dan aku akan memasang kamera di kamar Scott," gumamnya lalu berjalan mendahului Royce.

Mereka mulai beraksi, Royce menyamar menjadi tamu dan berniat menginap, sedangkan Se-hun melenggang ke toilet di dekat resepsionis. Aksi mereka tak luput dari bantuan Josse yang telah bersiap dengan peralatan hacking-nya di atap gedung seberang hotel bersama Elliot.

Ia tersenyum menang setelah melihat seorang office boy sedang membersihkan toilet.

"Well, kurasa keberuntungan sedang berpihak padaku," seringainya.

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang