CHAPTER 14 - [Jealousy]

6.3K 922 70
                                    

Keadaan sang ayah rupanya benar-benar membaik setelah cukup beristirahat. Se-hun dan keluarganya kembali melanjutkan liburan mereka. Rencananya, mereka akan membeli beberapa buah tangan untuk teman dan kerabat di London.

Topeng tradisional, replika menara, dan aksesoris handmade berhasil menarik perhatian Hee-ra. Ah, Jong-in pasti senang bila Hee-ra memberinya replika Piazza san Marco.

Sementara itu, Se-hun sibuk melihat-lihat aksesoris. Ia tertarik pada sebuah topi borsalino dan cincin emas bertabur permata. Ia meminta sang penjual mengambil kedua barang tersebut, namun, setelah ditimbang-timbang, sepertinya cincin jauh lebih bermakna.

Matanya mencari keberadaan Hee-ra. Ia tersenyum begitu mendapati sosok yang dicarinya berada di dekat rak barang replika. Lantas, tanpa membuang waktu lebih lama, Se-hun menghampiri gadis itu dan memasang cincinnya sebentar untuk memastikan apakah ia memilih ukuran yang tepat.

"Apa yang kau—"

"Aku cuma memasang cincin," jawab Se-hun sebelum Hee-ra menyelesaikan kalimatnya. "Kau suka?"

Hee-ra melepaskan cincin tersebut dari jari manisnya, kemudian mengembalikannya pada Se-hun. "Aku tidak menginginkannya."

Jujur, Se-hun agak kecewa mendengar jawaban Hee-ra. Tapi ia paham kenapa gadis itu melakukannya. Namun, bukan Se-hun namanya jika menyerah hanya karena Hee-ra menolaknya. Pria itu kembali menghampiri penjual dan memutuskan untuk tetap membelinya. Detik berikutnya, ponsel Se-hun berbunyi, panggilan masuk dari Park Young-lee.

"Kau sudah mengirimnya?" Se-hun langsung bertanya begitu mengangkat panggilan.

"Saya sudah mengirimnya sejak kemarin, Tuan," jawab pria bersuara serak dari ujung sana.

"Apa menurutmu dia akan terkejut?" Se-hun tertawa pelan. "Dia pasti akan terkejut sekali menerima fotoku dengan Hee-ra."

Pria yang tengah berbincang dengannya tak membalas perkataan Se-hun, melainkan mengalihkan pembicaraan. "Apa ada lagi yang harus saya lakukan, Tuan?" tanyanya.

Se-hun berpikir sejenak sebelum mengeluarkan suara, "Tidak ada. Aku akan pulang besok."

"Baiklah Tuan."

Hampir dua hari lamanya Hee-ra tidak bisa menghubungi Jong-in. Awalnya, panggilannya memang tersambung, tapi tidak dijawab sama sekali. Bahkan, sekarang ponselnya mati. Apa yang sebenarnya Jong-in lakukan di sana?

"Ke mana kau sebenarnya?" desah Hee-ra. Ia menyimpan kembali ponselnya dalam tas lengan, menengok sebentar ke kanan dan mendapati kedua orang tuanya berbincang bersama Se-hun.

Pesawatnya akan tiba beberapa menit lagi, namun Hee-ra belum berhasil menghubungi Jong-in. Apa dia marah? Tidak, seingatnya dua hari lalu mereka tidak bertengkar. Yasudah lah, lagipula Hee-ra bisa langsung pergi ke rumah Jong-in setelah mereka sampai di London.

Panggilan bagi penumpang pesawat tujuan London terdengar. Dengan malas, Hee-ra bangkit dan menarik koper. Ia tidak banyak bicara dalam perjalanan, pikirannya terlalu kalut hingga gadis itu memilih untuk memasang earphone dan mendengarkan lagu sampai tidur.

Entah berapa kali Hee-ra menghela napas gundah. Ia ambruk di atas ranjang begitu sampai rumah. Kopernya dibiarkan begitu saja, ia terlalu lelah untuk melakukan apapun.

Lagi-lagi, ia tidak bisa mengalihkan pikiran dari Jong-in. Akhirnya, tanpa menunggu lebih lama, Hee-ra bangkit dan melesat memesan taksi. Terdengar panggilan sang ibu saat Hee-ra keluar tanpa pamit, otomatis, Hee-ra berhenti sejenak dan menilik ke belakang sambil berteriak, "Aku akan kembali sebelum makan malam. Mama tidak perlu khawatir!"

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang