CHAPTER 11 - [22]

8.3K 1K 76
                                    



"Good morning. Happy Birthday, baby."

Hee-ra menarik kedua ujung bibirnya setelah mendengar suara Jong-in dari telepon. Ia masih mengenakan jubah mandi, rambutnya masih basah dan terbungkus handuk. Hee-ra berdiri di samping jendela, memandang bebas ke luar kaca.

"Cepatlah pulang karena aku punya sesuatu untukmu," lanjut Jong-in yang kembali membuat Hee-ra tersenyum.

"Kuharap kau ada di sini, Kim Jong-in."

Jong-in berdehem beberapa kali. "Bagaimana kalau sekarang aku berlari ke airport dan menyusulmu ke Venice? Astaga, aku membocorkannya. Kau pasti tidak kan terkejut karena sudah tahu, jadi kubatalkan saja."

Hee-ra tertawa, ia menutup gorden jendela. "Aku akan menghubungimu lagi nanti," tukasnya, kemudian menekan tombol akhiri panggilan.

Mengingat hari ini cukup spesial, Hee-ra berpikir apakah kedua orang tuanya merencanakan sesuatu. Ia bergegas membuka lemari, hanya ada beberapa stel pakaian dan dress, lagipula, siapa yang mau membawa banyak baju untuk liburan?

Ia memilih celana jeans biru tua, kaus, dan jaket senada. Rambutnya diikat ke belakang, kasual namun tetap rapi dan enak dipandang.

Baru saja Hee-ra membuka pintu kamar, seorang pria berjas hitam yang sekiranya berusia empat puluh tahunan sudah menunggu di depan.

"Good morning, Miss. Shin. Follow me," ucapnya yang tanpa menunggu balasan dari Hee-ra langsung melenggang begitu saja. Otomatis, Hee-ra segera mengikuti supaya tidak kehilangan jejak, yah, hal ini mengingatkannya dengan kejadian kemarin malam.

Orang itu berhenti di samping sedan hitam, kemudian membuka salah satu pintu sebagai tanda agar Hee-ra masuk ke sana. Ah, ia merasa spesial saat diperlakukan seperti ini. Setelah pria tersebut duduk di kursi pengemudi, mobil mulai melaju melewati beberapa jembatan serta menelusuri pinggiran kanal yang memanjakan kedua mata.

Sekitar dua puluh menit berlalu, mereka berhenti di depan restoran mewah bergaya klasik, Riviera. Nampak kedua orang tuanya dan Se-Hun telah menunggu di sana. Buru-buru Hee-ra turun dan menghampiri mereka, kemudian memeluk sang ayah dan ibu bersamaan.

"Selamat ulang tahun, Moon-bear." Kang So-hee mengusap lembut punggung Hee-ra, sepersekian detik kemudian memberikan kecupan hangat di pipi juga keningnya.

"Happy Birthday, my little princess." Shin Jae-woo membelai rambut belakang Hee-ra, ingatan mengenai perjalanan hidup putri kecil yang kini telah berusia dua puluh dua tahun tersebut seolah kembali terputar. Ya ampun, hatinya terasa hangat setiap kali mengingat tangisan pertama Hee-ra, putrinya yang manja, kini sudah tumbuh dewasa.

Ah, ini dia yang terakhir. Dilihat berkali-kalipun pria itu memang tampan, tak peduli pakaian bergaya apa yang ia gunakan.

"Happy Birthday, sister," gumamnya ringan. Terlalu ringan sampai Hee-ra bahkan ikut terlena. Se-Hun menatapnya hangat, dalam, dan penuh perhatian.

Tidak ada yang mereka lakukan selain berpandangan. Se-Hun juga tidak merentangkan kedua tangan untuk memberi pelukan, begitupula Hee-ra, hanya mematung dan sepersekian detik kemudian mengangguk, mengucapkan terima kasih atas ucapan yang diberikan.

Masih ada rasa canggung di antara mereka, apalagi setelah Se-Hun menciumnya di gondola kemarin malam. Tapi kali ini berbeda, entah karena terbiasa atau apa, namun Hee-ra merasa ciuman Se-Hun bukanlah sesuatu yang aneh lagi dalam hidupnya.

Lantas, mereka memasuki ruangan dan duduk di meja yang telah dipesan. Empat piring panino dan espresso telah menunggu, sarapan yang tak begitu berat, namun cukup membuat perut senang.

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang