CHAPTER 29 - [Ready For War]

5.9K 781 106
                                    


Sejak lima menit lalu Hee-ra, tak pernah melepaskan pandangan dari Se-hun yang sibuk mempersiapkan diri. Berkali-kali Hee-ra berusaha meyakinkan diri jika Se-hun pasti berhasil melalui semua ini, tapi berkali-kali pula logikanya menolak.

Hee-ra takut Se-hun gagal.

"Kau harus berjanji untuk pulang sebelum jam dua belas," ucapnya getir.

Se-hun berbalik dan menatap Hee-ra lembut, ia mendekati gadis itu sambil menaikan resleting jaket kulit hitam anti peluru yang diberikan Elliot beberapa waktu lalu. "Aku akan pulang kalau sudah mendapatkan berkas serta lokasi markas besar organisasi."

"Apakah itu artinya malam ini kau tak akan pulang?"

Se-hun tidak menjawab, ia menarik lengan kanan Hee-ra agar berdiri tepat di hadapannya. "Mau berdansa denganku?"

"Berdansa?" Hee-ra kesal, ia memukul dada Se-hun dengan kedua tangannya. "Kau gila? Berdansa di saat seperti ini? Aku benar-benar tidak paham dengan jalan pikiranmu."

Bukan hanya Hee-ra, Se-hun juga tak mengerti pada dirinya sendiri. Menyusup ke ruang rahasia organisasi bukanlah hal yang mudah, apalagi Se-hun tidak tahu siapa yang menjaga.

Saat-saat paling berharga yang seharusnya mereka lalui dengan penuh cinta malah terbuang sia-sia. Hee-ra merasa bodoh karena menjauhi Se-hun selama empat tahun. Kalau saja pria itu mengatakan segalanya jauh lebih cepat, mereka pasti tidak akan berakhir seperti ini.

"Kembalilah dengan selamat dan aku akan berdansa denganmu," gumam Hee-ra sambil menghempaskan diri ke sofa. Sikap Se-hun membuatnya frustasi sekaligus tak bisa berbuat lebih. Menghentikan Se-hun sama saja berusaha menghancurkan tembok besi dengan kedua tangannya sendiri, mustahil.

"Elliot dan ay—maksudku Royce sudah menunggu di bawah." Hee-ra memalingkan wajahnya dari Se-hun.

Se-hun menyukainya. Raut cemas Hee-ra yang membuat keningnya mengerut ketakutan, deru napas Hee-ra yang tak beraturan, dan kelopak mata yang berkali-kali menutup itu.

"Aku pasti kembali." Se-hun menangkup kedua pipi gadis itu dan menatapnya dalam-dalam. "Aku akan kembali untuk menagih janji dansamu."

Idiot.

Di saat seperti inipun Se-hun masih bisa berkata manis dan membuat hati Hee-ra berbunga-bunga. Tapi baiklah, setidaknya Hee-ra bisa lebih tenang sekarang.

"Aku akan memilih lagu yang bagus untuk kita," jawab Hee-ra yang sedetik kemudian mendekap Se-hun erat-erat, seolah tak ingin melepaskan pria itu. "Aku mencintaimu, Oh Se-hun," ucapnya parau.

Kedua matanya berusaha keras untuk menahan air mata yang sudah siap mengalir dari kedua pelupuknya. Hee-ra tidak ingin menangis, Se-hun akan sedih melihatnya nanti.

Berat rasanya, tapi Se-hun tak bisa berhenti. Ia melepaskan pelukan Hee-ra dan mengecup kening gadisnya selama beberapa saat sebelum akhirnya melangkah keluar.

Dilihatnya sosok Royce dan Elliot tengah berbincang, di depan mereka—tepatnya di meja—terdapat beberapa alat yang mungkin akan dikenakan Se-hun untuk menerobos markasnya.

Se-hun menghampiri mereka. "Well, kuharap semua benda ini untukku."

Elliot tersenyum miring dan menepuk pelan pundak Se-hun. "Take whatever you want, kid."

Salah satu hal yang paling disukai Se-hun dari apa yang akan ia lakukan hari ini adalah Elliot memperbolehkan priia itu menggunakan alat milik agen rahasia yang tidak diragukan kecanggihannya lagi. Tentu saja Se-hun tak perlu waktu lama untuk berpikir, ia mengambil hampir semua barang yang ada dan menyimpannya di ransel anti peluru

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Where stories live. Discover now