CHAPTER 20 - [First Kiss]

6.2K 795 105
                                    


Don't forget to leave comment:)

.

.

.



Perjalanan mereka menghabiskan waktu selama sebelas jam. Lagi-lagi, Se-hun dan Hee-ra duduk bersebelahan. Namun, kali ini berbeda, tidak ada lagi rasa tegang dan canggung seperti dulu, mereka sesekali berbincang kecil, mencoba melepaskan diri dari rasa sedih karena kehilangan Shin Jae-woo.

Kembali ke Korea berarti kembali pada masa lalu, meskipun hanya beberapa hari, tapi Se-hun berniat mengunjungi beberapa tempat yang cukup bersejarah baginya. Yah, semoga saja dia tidak bertemu dengan pria itu—Lee Jae-bum—kalau bisa, Se-hun berharap orang yang menjualnya itu telah tiada.

Selama tiga hari ke depan, mereka akan menetap di rumah yang dulu ditempati sebelum pindah ke London. Sebuah rumah dua lantai bergaya Eropa klasik, bercat putih-krem dengan halaman yang cukup luas di depan juga belakang. Orang tua Hee-ra sengaja tak menjual rumah itu setelah pindah ke London. Mereka berpikir bahwa suatu hari nanti akan kembali ke kampung halamannya.

Rasanya aneh kembali ke sini dengan anggota yang berbeda. Kenangan serta kebahagiaan yang sempat terukir seolah merasuki jiwa Hee-ra, membawa gadis itu dalam ilusi yang terasa nyata. Waktu kecil, setiap hari Sabtu sore, ia sekeluarga akan minum teh di tengah halaman sambil menikmati kicauan burung peliharaan ayahnya.

Tak ingin berlarut dalam kesedihan, Hee-ra segera menaruh koper di kamar dan beranjak menemui sang ibu yang telah siap untuk pergi ke tempat penyimpanan abu jenazah. Untuk terakhir kali, Hee-ra memberikan penghormatan dan mengucapkan betapa besar rasa cintanya untuk Shin Jae-woo. Kang So-hee yang terlihat tegar bahkan tak sanggup menghentikan air matanya dalam perjalanan. Hatinya hancur, benar-benar hancur sampai tak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi

Namun, hidup harus terus berjalan. Kehilangan bukan berarti menjadi batu hantam untuk tidak bergerak. Hee-ra paham, sangat paham, tapi untuk sebentar saja, biarkan dia mencurahkan rasa sedih dan kehilangannya.

Hampir dua jam mereka di sana, menatap kosong namun menyakitkan dalam hati. Kang So-hee menatap anaknya bergantian, lalu bergumam, "Pulanglah, kalian pasti lelah."

Hee-ra buru-buru menggeleng. "Tidak, aku akan di sini bersama mama," elaknya.

Kang So-hee mengusap lembut rambut Hee-ra. Ia bisa melihat raut lelah di wajah anak perempuannya itu. "Kau tidak tidur selama dua hari, mama akan baik-baik saja di sini. Pulanglah bersama kakakmu..."

"Tapi ma..."

Belum sempat Hee-ra mengeluarkan pendapat, So-hee sudah lebih dulu menghalangi bibir Hee-ra menggunakan telunjuknya. "Mama berjanji tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya. Kehilangan papa bukan berarti harus kehilangan diri sendiri, Moon-bear," ujarnya meyakinkan.

Kalau sudah seperti ini, yang bisa dilakukan Hee-ra hanya menuruti kemauan sang ibu. Ia menatap Se-hun sebentar, meminta persetujuan agar bersedia pergi dengannya.

Sejenak, Se-hun merogoh saku dan memberikan kunci mobil pada Kang So-hee. "Kami akan pulang naik taksi. Aku akan mencari sopir untuk mengantar mama menggunakan mobil kita," gumamnya lalu mengucap pamit sebelum akhirnya membawa Hee-ra berjalan bersamanya.

Ia tak menggubris penolakan halus dari Hee-ra saat tanpa izin menggenggam tangan gadis itu dan menariknya keluar. Se-hun ingin menghibur gadis yang masih bersedih ini. Namun, sebelumnya, Se-hun segera mencari perusahaan penyedia jasa sopir dan memintanya ke tempat ini. Setelah itu, barulah Se-hun melanjutkan aksinya.

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang