CHAPTER 7 - [The Monster Creator]

7.3K 1K 79
                                    

Seoul, South Korean.

14 Years Ago.


Lee Jae-bum membanting tas berisi pakaian Se-hun ke lantai dengan keras. Di depannya, duduk seorang pria berawajah Eropa yang sibuk mengisap sepuntung rokok.

"Apa dia sudah siap?" tanya pria itu santai.

Lee Jae-bum mengangguk mantap. "Ya, aku akan memanggilnya," balasnya dan sedetik kemudian telah berbalik menuju kamar Se-hun.

Ia menatap kesal pintu kamar Se-hun yang masih tertutup. Apa dia belum siap? Padahal Jae-bum sudah menyuruh anak itu bersiap sejak tadi.

"Lee Se-hun, buka pintunya!" teriaknya sambil menggedor-gedor pintu, namun tak mendapatkan jawaban.

"Apa kau tuli? Buka pintunya anak sialan!" Jae-bum naik pitam, ia menggedor pintu semakin keras. Umpatan-umpatan kasar keluar begitu saja dari mulutnya, tak peduli bahwa orang yang tengah dipanggil adalah putranya sendiri—anak kandungnya.

Kali ini terdengar isak tangis dari dalam kamar, Jae-bum mengeram, "Berhenti menangis dan cepat buka pintunya! Kalau tidak, aku akan mendobrak pintu ini!"

Isakannya semakin keras, namun, samar-samar terdengar suara, "Aku tidak mau pergi ayah, aku tidak mau ikut orang itu," gumam Se-hun ketakutan dari dalam sana.

Jawaban Se-hun semakin membuat Jae-bum kesal. Tidak tahukah dia kalau Bruce telah membayar mahal hanya untuk ini? Bagaimanapun caranya, Jae-bum akan mengeluarkan Se-hun dari kamar.

Ya, ia akan mendobrak pintu dan menyeret paksa anak sialan itu. Jae-bum menghitung mundur dari angka tiga, namun Se-hun tetap pada pendiriannya. Akhirnya, dalam sekali hentakan, ia mendorong pintu hingga terbentur ke dinding. Jae-bum mengumpat sekali lagi saat mendapati Se-hun tengah meringkuk di atad lantai, menangis sesenggukkan ketakutan.

"Bajingan kecil, karena melahirkanmu, ibumu harus kehilangan nyawa dan kita kehilangan harta. Sekarang, kau harus menebusnya!" Jae-bum menarik legan Se-hun, menyeretnya dengan kasar di lantai, tak peduli pada racauan penolakan yang terdengar begitu menyakitkan.

"Aku tidak mau, ayah! Aku ingin tinggal bersama ayah, kumohon!" Bibirnya bergetar, berharap pintu hati sang ayah terbuka sedikit untuknya.

Namun nihil, pria itu melemparkan sang anak ke lantai, tepat di mana pria berwajah Eropa itu duduk dengan santai. Se-hun terus menangis, ia tidak ingin dijual, ia takut pria itu akan membunuhnya.

"Kau sudah menjadi miliknya, anak sialan!" Jae-bum menjabat tangan pria berwajah Eropa tersebut, kemudian menerima sebuah tas hitam berisi uang dalam satuan dollar.

"Aku akan membawanya, kau bisa pergi sejauh mungkin dari Korea, Lee Jae-bum," gumam pria itu dan langsung dibalas anggukan oleh Jae-bum.

"Dan kau... aku akan melatihmu menjadi pria yang sebenarnya, Lee Se-hun."

Jong-in menggaruk kepalanya frustasi. Hee-ra tak membalas pesannya sama sekali, ia bahkan telah mencoba menghubungi berkali-kali, tapi gadis itu tak kunjung mengangkatnya. Jong-in kemudian memilih pergi ke studio, masih jam satu siang, pasti tak ada orang di sana. Namun dugaannya salah, telinganya mendengar alunan lagu tengah diputar. Tunggu, bukankah latihan dimulai pukul empat sore? Kenapa sudah ada orang di dalam?

Jong-in melangkah pelan, manik matanya mendapati seorang gadis sedang menari menggunakan kedua lengannya, sementara ia tetap duduk bersila di tengah ruangan.

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang