CHAPTER 31 - [Three of Swords]

Comincia dall'inizio
                                    

"Dia cinta pertamamu?"

Se-hun terkekeh pelan. Ia tampan, sangat tampan. Tapi ucapan Royce memang seratus persen benar. Hee-ra adalah cinta pertamanya.

"Hatiku keras. Aku sering bergonta-ganti pasangan, tapi tidak pernah memiliki perasaan pada mereka." Se-hun berhenti sebentar, menautkan kedua tangan di depan wajah. "Sampai akhirnya Hee-ra memberiku alasan untuk jatuh cinta. Tidak, ini bisa dibilang lebih dari itu. Aku terobsesi padanya, meski tidak segila Jasmine. Setidaknya aku masih memiliki akal sehat untuk tak membunuh ataupun menyakiti Jong-in yang saat itu masih menjadi kekasihnya."

Royce mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Semula, ia agak ragu untuk menanyakan ini, tapi untunglah Se-hun belum mengalihkan pembicaraan. "Kalau kau memanipulasi keadaan, lalu di mana orang tua kandungmu?"

Kedengarannya memang sedikit kasar, seolah Royce tengah mengatai Se-hun sebagai anak yang tak dianggap. Tapi mau bagaimana lagi? Sekali lagi, Royce hanya ingin mencari tahu.

Ekspresinya berubah, tidak ada lagi kelembutan ataupun kesedihan. Tubuhnya menegang penuh kebencian yang berapi-api. Se-hun tak berusaha menutupi perasaannya. Biarkan saja semua orang tahu bahwa Se-hun memang sakit hati. "Ibuku meninggal setelah melahirkan, sementara lelaki brengsek itu selalu berkata bahwa akulah penyebab kematian ibu." Tawanya muncul, bukan tawa bahagia, melainkan kecewa. "Dia menjualku pada Bruce dan membuatku menjadi seperti ini. Hidupku hancur karenanya. Aku berharap dia sudah mati."

Royce menelan ludah. Se-hun mengatakan segalanya dengan jelas. Se-hun benar-benar membencinya. Royce bahkan tak tahu jika nanti Se-hun mengetahui kenyataannya, apa dia masih memiliki maaf untuk Royce?

Tanpa permisi, Se-hun menengok dan menatap kedua mata Royce dalam-dalam. "Bila aku selamat nanti, aku akan mencari bajingan itu dan membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri. Dia harus menerima balasan dari perbuatannya di masa lalu." Telapak tangannya mengepal. "Dia yang telah membuatku seperti ini, maka dia juga harus merasakan akibatnya."

Jong-in terbangun tanpa sosok Hee-ra di sampingnya. Ia mengeram selama beberapa detik, bayangan kejadian kemarin samar-samar terputar dalam ingatan. Jantungnya berpacu lebih cepat saat gambaran Hee-ra tengah ditawan menggentayangi. Ugh, Jong-in tak bisa berpikir jernih. Ia harus tahu alasan di balik kejadian kemarin.

Jong-in melangkah keluar kamar, melewati ruang tamu dan dapur, namun Hee-ra tak terlihat sama sekali. Sampai akhirnya, Jong-in berhasil menemukan gadis itu. Ia duduk di pinggir kolam bersama Se-hun dan dua pria lain. Wajah mereka nampak tegang, sepertinya ada hal serius yang sedang dibicarakan.

"Kita tidak bisa meninggalkannya di sini. Aku yakin Jasmine memiliki rencana lain bila tertangkap." Hee-ra berkilah.

Elliot tak setuju. "Tapi membawa pria itu dalam rencana kita akan sangat merepotkan, Shin Hee-ra."

"Tidak, Hee-ra benar. Kita tidak boleh meninggalkan Jong-in di London," sergah Royce. "Mungkin anak itu bisa membantu," lanjutnya yang membuat semua mata langsung tertuju padanya.

Kali ini Hee-ra menggeleng, usulan Royce dianggap tidak masuk akal. "Tidak, aku tidak ingin Jong-in terlibat lagi. Nyawanya sudah cukup dipertaruhkan kemarin."

"Terlibat dalam hal apa?"

Mereka menengok bersama. Jong-in berdiri tak jauh dari mereka. Ia melemparkan tatapan penuh tanya pada Hee-ra, lantas berucap, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa kau tidak memperbolehkanku terlibat?"

Semuanya terdiam, bingung harus memulai dari mana, sementara Jong-in terus melemparkan tatapan ingin tahu pada mereka. Serius, apa Jong-in harus menggertak supaya mereka mau berbicara?

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora