"lo kenapa? " Marco berbicara setelah tangannya dengan lancang mencegat Lyora karena gadis itu nampak tidak menyadari keberadaannya.

"gue lagi kesel!  Mangnya elo gak liat apa? " Lyora menatap tajam kearah Marco, gadis itu memukul tangan Marco yang memang sedang menggenggam pergelangan tangannya.

"ya karena gue liat elo lagi kesel kali gue nanya elo kenapa?  Gak jelas?  Kenapa elo bisa kesel Lyora " Marco bersedekap dan menatap Lyora dengan tatapan datar membuat gadis itu semakin terlihat kesal.

"cuman karena kita pernah bekerja sama untuk mengerjai seseorang, bukan berarti kita bersekongkol apalagi berteman!  Jadi elo gak usah sok akrab sama gue" Zandar tersenyum kecil saat melihat ternyata dua orang yang sedang ia kuping tidaklah akrab.

"kok elo kayak lagi kesel banget!  Ya gue juga gak mau temenan sama elo kali,  tapi cewek itu kalo lagi kesel, sering gak inget sama apa yang keluar dari mulut" apa yang diucapkan Marco membuat Lyora membuang mukanya dengan kesal setelah beberapa detik menatap pemuda itu dengan tajam.

"gue bisa jaga mulut gue kok! " Lyora langsung mendorong Marco agar memberinya jalan meskioun koridor terlalu luas untuk Marco bisa menghalangi Lyora hanya dengan tubuhnya.

Zandar tidak beranjak dari tempatnya berdiri, meskipun dua orang yang ia dengarkan pembicaraan mereka sudah berjalan pergi,  Zandar hanya menunggu seseorang yang berkemungkinan membuat Lyora kesal, meskipun pemuda itu sudah memperkirakan satu nama.

Senyuman Zandar terbit separuh saat melihat Hani yang berjalan dengan langkah cepat saat kekuar dari perpustakaan.

Sekarang pertanyaan Zandar.

Kenapa Lyora bisa sangat membenci seorang Hani?

.....

"hoi elo kenapa sih Vin! " Elang berjongkok didepan Alvin, pemuda itu menatap Alvin yang sedang duduk dibangku taman dengan raut penasaran.

"gue gak kenapa - napa kali" Alvin menjawab dengan ekspresi tidak perduli.

"trus kenapa elo gak ngerecokin hidup Zandar lagi? " tanya Elang sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"gue pusing sama Zandar!  Gue gede bareng dia,  tapi kadang gue susah ngerti sama jalan pikirnya, dan kok gue ngerasa akhir - akhir ini bikin masalah mulu" Alvin memijit pangkal hidungnya pelan. "tapi kok elo gak ngejauhin Zandar?  Biasanya kan elo yang lebih cepet keselnya kalo Zandar bikin masalah apalagi kalo itu hubungannya sama Hani?" tanya Alvin langsung pada intinya, membuat elang langsung terdiam.

"lo bener!" elang menjentikkan jarinya didepan wajah Alvin. "tapi feeling gue bilang, Zandar itu gak salah!  Dia cuman dikerjain tapi ujungnya malah Hani yang kena masalah"

"lucu!  Mang elo cewek napa,  jadi pake feeling segala" meskipun Alvin mengatakan apa yang diucapkan Elang adalah hal yang lucu, tapi pemuda itu masih saja berekspresi datar.

"elo yang feelingnya lebih kuat dari gue,  dan elo yang bikin gue sadar percaya feeling itu gak masalah tapi ternyata elo ya yang sekarang gak percaya feeling " ucapan Elang sontak membuat Alvin terdiam,  tapi meskipun suasanya menjadi canggung, elang masih memiliki cukup banyak hal yang ingin ia bicarakan dengan Alvin.

"emangnya elo gak pernah ngerasa dihasut gitu,  supaya mandang Zandar beda, ya supaya elo ngerasa kali ini Zandar kelewatan, padahal biasanya juga sama aja" pertanyaan Elang langsung membuat Alvin yang tadinya sibuk melihat kesana kemari karena merasa tidak nyaman dengan topik pembicaraan mereka menjadi memusatkan atensinya kepada Elang.

"maksud elo?"

"yah bisa aja kan Iva ataupun Eca bilang ini - itu tentang kekesalan mereka sama Zandar, dan bikin elo malah ikutan kesel sama Zandar " Elang mengangkat bahunya dan tersenyum lebar "itu sih cuman opini gue, segalanya itu baliknya di elo,  elo ngerasa Zandar itu keterlaluan juga boleh tapi kenyataannya bukannya kita setuju ya sama Zandar yang bakal ngerubah Hani " Elang bangkit dari posisi berjongkoknya.

"intinya itu,  kita diam ketika temen kita mulai sesuatu berarti kita setuju, kalau kita setuju berarti kita ngedukung dia, dan kalo kita ngedukung dia,  gak sepantasnya kita marah kalo apa yang dia lakuin berubah jadi masalah"

"bye Vin"

elang berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Alvin yang terdiam saat mendengar apa yang diucapkan oleh Elang.

Yang menjadi masalahnya bukanlah tentang apakah ia harus berhenti bersikap keras kepala,  tapi tentang seseorang yanh berusaha mengubah cara pandangnya terhadap Zandar.

Apa benar jika ia sudah memandang Zandar dengan cara yang berbeda .

"gue gak pernah bicara tentang Zandar sama dua orang yang seharusnya paling benci sama Zandar buat sekarang ini" Alvin melihat kearah atas "tapi gue sering bicara sama Lyora masalah Zandar " gumam pemuda itu.

"apa Lyora yang ngebikin gue ngeliat Zandar pake sudut pandangnya dia,  disaat Iva sama Eca keliatan gak perduli sama Zandar dan fokus bikin Hani lebih mudah ketawa lagi? "

"enggak!  Kok gue malah mikirnya jauh banget"

Alvin memegang dadanya pelan saat merasakan sesuatu yang salah akan pemikirannya.





INTROVERTWhere stories live. Discover now