Part 20

5.3K 564 45
                                    

Naruto duduk dipinggir ranjang, mata birunya setia menatap Utakata yang sedang mengupas apel untuknya. "Bagaimana dengan Namikaze Corp.? apa mereka sudah jatuh seperti yang kita rencanakan?"

"Berhenti membicarakan pekerjaan, Naru! kau masih sakit," ujar Utakata sambil menyodorkan potongan kecil apel kemulut Naruto.

Gadis pirang itu memutar bola matanya bosan, "kalian saja yang memperlakukanku seperti orang pesakitan," ujarnya kesal. "jadi kapan aku boleh pulang?"

"Satu minggu lagi," jawab Utakata santai.

Mata biru Naruto membola besar, terkejut iya. Dirinya bahkan sudah merasa sangat sehat saat ini setelah menjalani perawatan selama seminggu dan masa rawatnya akan ditambah satu minggu lagi. Tidak, Naruto tidak akan mau, cukup satu minggu tidak lebih. "Tidak! hari ini aku akan pulang!" tegasnya.

"Tidak bisa, ini keputusan langsung dari tuan Namikaze dan didukung oleh tuan Nagato!" bantah Utakata cepat.

Naruto menggeram marah, kenapa kedua orang tua itu selalu ikut campur masalahnya, terlebih lagi ayahnya? seharusnya ayahnya kembali saja bersikap seperti dulu. Bukannya Naruto tidak senang melihat perubahan itu, hanya saja dirinya belum terbiasa.

Masih segar diingatnya dengan jelas tangisan Minato dimalam itu. Naruto sangat terharu dan merasa senang, katakan saja ia lemah, tapi mendengar nada penyesalan dari sang ayah membuat hatinya luluh.

Walau bagaimana pun Naruto tidak bisa membenci Minato terlalu lama. Pria itu adalah ayah kandungnya. Karena Minato, ia bisa ada didunia ini, karena Minato ia bisa menghirup udara, karena Minato ia bisa melihat indahnya segala ciptaan tuhan dan karena Minato ia bisa bertemu dengan orang yang dicintainya.

Darah yang mengalir ditubuhnya adalah darah Minato. Naruto mengakui semua itu.

Sebesar apa pun kesakitan yang Naruto rasakan dulu dan seberapa kuat rasa ingin balas dendam yang ia rencana akan tetapi pengakuan Minato malam itu membuat Naruto trenyuh.

"Naru... Naru.. Hei,"

Naruto tersentak saat Utakata memanggilnya seraya menguncang bahunya.

"Ada apa?" tanya Naruto.

"Seharusnya aku yang bertanya ada apa? aku memanggilmu dari tadi, tapi kau malah asik melamun," ucap Utakata.

Naruto malah terkekeh kecil, "aku senang karena kau menghilangkan sikap kelewat formalmu itu." Senyum tulus terukir dibibirnya.

Utakata mengusap kepala Naruto lembut, "dan aku senang kau bisa kembali tersenyum tulus seperti ini. Selama di Konoha kau selalu menampilkan seringaian jelekmu dan kau terlihat seperti mahkluk jadi-jadian."

Naruto mendengus kesal, "apa matamu tertutup sesuatu? aku yang cantik ini dibilang mahkluk jadi-jadian!"

"Ya, kau terlihat seperti itu," Utakata tersenyum.

Sementara Naruto langsung menghadiahkan satu cubitan diperut liat Utakata membuat pria itu meringis pelan.

"Rasakan itu," ucap Naruto kecil. "Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan kak Hotaru?" tanyanya antusias.

"Berjalan dengan baik," jawab Utakata, ia kembali menyodorkan satu potong kecil apel pada Naruto.

Naruto menerima potongan apel dan memasukannya sekaligus kedalam mulutnya dan menguyah perlahan.

"Apa kau sudah menyatakan perasaanmu pada kak Hotaru?" tanya Naruto.

Utakata menggelang, "hah, kenapa?" protes Naruto. "seharusnya kau segera menyatakan perasaanmu, kalau tidak kak Hotaru akan diambil pria lain." Lanjutnya.

The Fight  ( FF ) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang