Part 12

6.8K 720 75
                                    

Sasuke menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Sekali lagi ia harus menelan kekecewaan. Beberapa saat yang lalu ada kabar dari bawahannya, bahwa ada seseorang yang melihat Naruto di sekitar Konoha. Akan tetapi setelah Sasuke melihat foto yang di berikan oleh orang tersebut, ternyata itu bukan Naruto.

Ciri-ciri fisik perempuan di foto tadi memang mirip dengan Naruto, akan tetapi itu bukanlah Naruto.

Sasuke menutupi mata dengan lengannya. Ia berpikir, entah sampai kapan ini akan berakhir? Entah kapan ia bisa bertemu dengan Naruto?

Sasuke tersentak kala ponselnya berdering. Ia melihat siapakah sang penelpon. Rupanya Fugakulah yang menelponnya.

"Ya ayah, ada apa?" Tanya Sasuke.

'Sasuke, nanti gantikan ayah di acara tahunan. Ayah tidak bisa hadir, karena ayah akan menemani ibumu untuk chek up di Suna.'

"Baik, aku akan menghadirinya," Ujar Sasuke. "Bagaimana keadaan ibu sekarang?"

'Sudah membaik, dia hanya rindu pada keponakannya disini. Makanya ibumu mengajak ayah ke rumah paman Obito. Setelah dari sini kami akan langsung berangkat ke Suna. Mungkin kami akan lama di sana, sekitar satu bulan. Di sana ada dokter Chiyo sendiri yang akan menangani pengobatan ibumu.'

"Hn, aku mengerti. Sampaikan salamku pada ibu dan jaga kesehatan ayah juga." Pesan Sasuke.

Setelah mendengar jawaban dari Fugaku, sambungan telepon pun terputus.

Sasuke menyingkirkan lenganya yang menutupi matanya. Ia hanya menatap langit-langit di atasnya. Lalu ia berguman, "Naruto."

...
...

Seorang pria menekan rasa geramnya sebisa mungkin, akan tetapi tetap saja hal yang dilihatnya membuat dadanya naik turun dan napasnya memburu dengan sangat cepat. Melihat ruangan kerjanya berantakan. Map serta buku-buku yang semulanya tersusun rapi, kini sudah berceceran dilantai. Alat tulis serta kertas-kertas pun bertebaran ke sana dan kemari.

Ini bukan pertama kalinya ia mendapati ruangannya dengan keadaan seperti kapal pecah seperti ini.

Hanya ada satu biang kerok dari semua ini, yaitu keponakan pirangnya. Anak itu pasti akan mengacau seluruh isi ruangannya jika ia selesai mempertemukan dirinya dengan anak salah satu rekan bisnisnya.

"Tahan emosimu sayang," tegur seorang wanita sambil mengusap bahu si prianya pelan.

"Bagaimana aku tidak emosi, lihat saja kelakuanya?! Semakin hari semakin membuatku pusing." Ujar si pria.

"Oh ayolah, Nagato. Ini semua 'kan salahmu juga. Jelas-jelas Naruto tidak ingin di jodohkan dengan anak rekan kerjamu, tapi kau memaksanya!" Ujar si wanita yang bernama Sara itu pada sang kekasih.

"Kau membelanya?!" Tanya Nagato tidak terima.

"Dasar kekanakan," guman Sara. Ia kemudian duduk di kursi dekat meja kerja Nagato. "Itu salah satu bentuk penolakannya. Yang berarti Naruto tidak ingin kau menjodohkannya lagi." Sara bersidekap dada.

"Dan membiarkannya kembali pada si Uchiha brengsek itu! Kau terlalu memanjakannya." Geram Nagato.

"Setidaknya Naruto dulu pernah mencintai pria Uchiha itu." Bela Sara. "Seperti kau tidak manja saja." Gumannya lantang.

Bibir Nagato mengkerut kesal. Ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. "BAWA DIA PADAKU SEKARANG JUGA!!" Tanpa menunggu jawaban dari seberang, Nagato langsung memutuskan sambungan.

"Mulai lagi." Sara memutar bola matanya bosan.

...
...

Naruto tengah asyik menikmati teh dan cemilan di sebuah kafe bersama Deidara. Saat Utakata datang menghampirinya.

The Fight  ( FF ) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang