Part 13

6.5K 701 93
                                    

Naruto terus mengerutu kesal dihadapan Deidara dan Sasori, sementara sepasang kekasih itu hanya menatap Naruto yang sedang melepaskan kekesalan dihatinya.

Saat ini ketiganya tengah menyantap makan siang di salah satu kafe terdekat dari Kitsune Corp.

"Coba kalian bayangkan," Naruto mulai bercerita. "Setelah lelah menjodohkanku dengan pria pilihannya, paman juga menyuruhku untuk mengantinya menghadiri acara tahunan yang diadakan di Konoha. Lalu tadi pagi paman menyuruhku untuk melanjutkan jabatannya. Oh, tentu saja langsung kutolak. Aku tidak mau meneruskan usaha yang di rintis paman dengan susah payah, bahkan dari nol. Aku tidak ada hak sama sekali."

"Jadi apa yang akan kau lakukan?" tanya Sasori. Pria itu duduk di sebelah Deidara dan menyeruput teh dari gelas miliknya.

"Tentu saja aku menolaknya. Aku lebih suka bekerja pada paman," ujar Naruto, sementara pipinya mengembung lucu.

"Keputusanmu pasti menyakiti paman," ucap Deidara.

"Oh ayolah kak, jangan memojokanku seperti itu. Tentu saja aku punya alasan kuat menolaknya," bantah Naruto cepat.

"Apa?" tanya Deidara dan Sasori bersamaan. Ketika mereka menyadari hal itu, keduanya saling melemparkan senyuman.

"Tentu saja semua itu untuk calon bayi mereka," jawab Naruto santai.

Deidara dan Sasori langsung kaget mendengar perkataan si pirang tentang kehamilan Sara.

"Apa kau bilang? Calon bayi mereka, berarti bibi Sara sedang hamil?" tanya Deidara sedikit tidak percaya.

Begitu juga dengan Sasori.

"Sttt," Naruto meletakan telunjuknya dibibir, mengisyaratkan Deidara untuk tidak berisik. "Jangan terlalu keras berbicara. Soalnya paman belum tahu akan hal ini. Semalam bibi bercerita padaku, katanya ia positif hamil dan kandungannya baru menginjak bulan pertama," Naruto bercerita.

"Kenapa bibi tidak memberitahu paman terlebih dahulu, tapi malah menceritakannya padamu?" Deidara protes dengan suara setengah berbisik.

"Kejutan," Ucap Naruto ceria. "Maka dari itu, aku tidak mau menerima permintaan dari paman."

"Kau cukup bijaksana," Sasori mengacak rambut Naruto.

Bibir Naruto langsung mengerucut kesal dan Deidara malah menertawakannya.

"Ah, jam makan siangku sudah berakhir. Aku pergi dulu, pekerjaanku masih banyak yang menanti," ujar Naruto sambil melihat kearah jam tangannya.

"Apa perlu aku antar?" tanya Sasori.

Naruto mengeleng, "apa kakak lupa kalau jarak kantor dari kafe ini tidak terlalu jauh?"

Sasori hanya melemparkan cengirannya.

"Dia sudah tua, Naru. Makanya dia menjadi si pelupa seperti itu," ejek Deidera.

Naruto langsung tertawa keras.

Sementara Sasori langsung melemparkan protesnya kepada sang kekasih.

...
...

Minato duduk di kursi ruangan kerjanya saat ini. Didepannya terdapat sebuah bingkai foto, difoto itu nampak seorang wanita berambut merah yang tersenyum dengan lembut sambil mengelus perutnya yang terlihat membesar.

Dia adala Kushina, mendiang istri Minato.

Tatapan sendu dimata Minato menandakan bahwa ia sangat merindukan sosok Kushina.

Tapi, bukankah ia terlihat sangat egois. Dia sudah mempunyai Kurenai untuk saat ini, tapi ia masih merindukan Kushina.

Walaupun ia bersikap egois, ia merasa senang karena Kurenai dapat mengerti akan hal itu. Wanita bermata merah itu bahkan memajang seluruh foto Kushina disetiap dinding bahkan disudut ruangan sekalipun.

The Fight  ( FF ) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang