Bab 22 Renata Anastasia

7K 540 29
                                    

Siang itu di Kota Jakarta, matahari bersinar lebih terik dari biasanya, ditambah ketiadaan angin sepoi-sepoi yang bisa mengurangi peluh yang mengucur di dahi. Joanna melangkahkan kaki nya keluar dari lobby hotel, biasanya ia makan siang bersama Jeffrey di restoran hotel. Tapi saat ini ia melangkahkan kakinya ke café yang terletak sekitar 200 meter dari Alexandria Hotel, rencana makan siang Joanna berdua dengan Jeffrey terganggu gara-gara Jonathan. Entah masalah apa yang sedang dihadapinya, adik nya itu memintanya untuk bertemu empat mata saja. Harusnya mereka bertemu di restoran hotel tapi saat ini restoran sedang ramai dengan berbagai awak media yang berburu berita berkaitan dengan salah seorang tamu yang menginap di hotel nya.

Kilatan cahaya matahari mengenai benda berkilau di jemari Joanna, ia mengangkat tangan nya dan menatap cincin berlian sederhana yang berada di jari manis sebelah kanan nya, senyum bahagia terlihat jelas di wajahnya melihat cincin itu. Tak lama setelah malam pengakuan Jeffrey mengenai masa lalunya, pria itu mendatangi keluarga Joanna dan menyampaikan rencananya untuk berhubungan serius dengan Joanna, Jeffrey juga telah menceritakan masa lalu pernikahan nya kepada Bunda Mona. Cincin itu diberikan Jeffrey untuk Joanna sesaat setelah Bunda Mona merestui hubungan mereka, benar kata Joanna, apapun yang membuat putrinya bahagia, Bunda Mona dengan senang hati mengabulkan nya. Sementara Jeffrey berjanji akan membawa orang tuanya secepatnya ke Indonesia untuk melamar kekasih hatinya tersebut.

Suasana café saat itu ramai pengunjung yang hendak makan siang, beberapa meja makan kosong sudah terpasang tulisan "RESERVED" di atas mejanya. Joanna mengedarkan pandangan nya mencari sosok adiknya tapi nihil. Matanya menangkap sosok selain adiknya yang ia kenal, seorang wanita, walaupun warna rambutnya sudah berganti jadi brunette, Joanna bisa mengenali wajah cantiknya. Wanita itu tampak sedang mencoret-coret sesuatu, Joanna berjalan menghampiri wanita itu, dan ternyata sebuah coretan sketsa baju yang menyita perhatian nya.

"Ngapain kamu berdiri di situ?" tanya Renata tanpa mengalihkan pandangan nya dari sketsa di hadapan nya

"Aku terkesan dengan desain milik mu, unik" jawaban jujur Joanna membuat mata Renata beralih ke wanita yang masih berdiri di pinggir meja nya

"Kamu suka? Padahal beberapa saat lalu desain ku di tolak oleh calon klienku"

"Mungkin selera nya memang beda dengan selera kita"

"Kita? Sejak kapan saya dan kamu jadi kita?"

"Woww.. aku baru tau wanita secantik kamu bermulut pedas"

"Memang banyak yang bilang mulutku ini jahat. Aku bukan tipe orang suka basa basi, apa aku suka dan tidak suka akan ku utarakan dengan senang hati"

"Lebih baik seperti itu daripada palsu" jawaban tulus Joanna ternyata berhasil menarik perhatian Renata.

"Mau sampai kapan kamu berdiri di situ?" tanya Renata

Joanna tersenyum mendengar perkataan Renata, setidaknya dia bukan wanita jahat pikir Joanna. Ia menarik bangku di hadapan Renata dan duduk di bangku itu.

"Apa yang kamu lakukan disini? Bukankah tuan putri Alexandria biasanya makan siang di istana nya"

"Adikku meminta bertemu dengan ku disini"

"Ohh"

Kata-kata itu mengakhiri pembicaraan mereka, Renata kembali sibuk dengan sketsa baju nya. sedangkan Joanna masih gelisah menunggu Jonathan yang belum kunjung datang. Tiba-tiba Renata menatap ke arah cincin yang ada di jari manis Joanna, pensil yang dipegangnya menunjuk ke arah cincin itu.

"Cincin tunangan? Evan atau Jeffrey?"

"Kamu pasti tau jawaban nya"

"Sayang sekali Evan kehilangan kamu, dia pasti menyesal sekarang"

I am Not Me (End)Where stories live. Discover now