Bab 11 Keputusan Hati

9K 774 15
                                    

Pagi-pagi sekali Joanna, Jeffrey dan Jonathan bertolak ke Bandara Internasional Hang Nadim Batam, mereka mengambil jam penerbangan pagi pukul 06.30. Tidak banyak yang mereka bicarakan sepanjang perjalanan pagi itu, terutama Jeffrey dan Joanna, suasana terasa canggung bagi mereka. Bagi Joanna pelukan semalam itu sangat berarti, ia merasakan hal yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dulu saat ia sedih, lelah dan terluka akan suatu hal, semuanya ia pendam sendiri. Tidak ada teman bersandar dan tempat ia mencurahkan keluh kesah hati nya, ia terbiasa tegar dan menjalaninya sendirian. Dan saat semalam ia resah gelisah, ada seseorang yang tulus memeluk dan menenangkan nya, membuatnya seolah ada beban yang terangkat dari pundaknya, rasa hangat di hatinya, menjernihkan pikiran nya. Perasaan baru yang tak pernah muncul seumur hidupnya, baru ia rasakan tadi malam.

Mobil Range Rover Jeffery yang di kendarai supirnya telah menunggu di Bandara Soekarno Hatta, Joanna dan Jonathan diantar Jeffrey sampai rumah. Tak lupa mereka mengajak Jeffrey untuk singgah di rumah mereka untuk minum kopi. Mereka bertiga duduk di taman belakang rumah ditemani secangkir kopi dan kue yang disediakan oleh Mba Asih. Saat mereka tiba di rumah, Bunda Mona  sudah berangkat ke kantor karena masih ada yang belum di selesaikan dan titip pesan kepada Mba Asih supaya Joanna dan Jonathan tidak pergi kemana-mana lagi hari ini.

"Jeff, terimakasih banyak untuk semuanya ya. Kita berhutang banyak sama kamu" kata Joanna.

Jeffrey mencicipi kopi hitam di hadapan nya, ia tersenyum sambil meletakkan kembali cangkirnya.

"its Ok dear, gak usah di ungkit lagilah. Memang saya yang pengen ikut kok, udah lama gak pernah ngerasain hangout rame-rame, cuci mata liat yang seger-seger dan cantik. Iya gak Jhon" kata Jeffrey sambil mengedipkan matanya kepada Jonathan.

"Yoi Mas Bro, ceweknya bening-bening. Mau yang sipit atau belo, kulit putih, bule atw yang manis eksotis lengkap semuanya di sana. Apalagi kalo malem, mau cari cewek, atau setengah cewek juga ada" ucap Jonathan sambil pura-pura melambaikan tangan nya.

Jeffrey dan Jonathan tertawa terbahak-bahak.

"Iiuhhh.... Emang kemaren sempet nemu yang setengah cewek ya?" Tanya Joanna sambil mengunyah kue.

Jeffrey dan Jonathan saling bertatapan lalu tertawa lagi, membuat Joanna penasaran sama tingkah kedua laki-laki di depan nya itu.

"Dasar laki-laki !" gerutunya

"Tapi semalem aku kaget banget loh di peluk sama kak Melanie, mimpi apa di peluk sama cewek cantik yang punya bibir seksi kayak Angelina Jolie" ucap Jonathan

"Bener Jhon, kalau aja melanie pinter dandan, pake make up dijamin banyak yang bakal ngelirik dua kali sama dia" Dukung Jeffrey

"Aku ngebayangin dia pake lipstick matte merah di bibirnya yang penuh itu, pasti sexi banget !!" seru Jonathan dengan kedua tangan menangkup pipinya lalu mendongakkan wajahnya ke atas seraya mengkhayalkan apa yang di katakan nya barusan.

Pletak.. jitakan manis mampir di ubun-ubun Jonathan, Jeffrey tertawa melihat ringisan Jonathan.

"JJJOOONIIII MESSUMM. Dia tuh kakak mu tau gak ... ehh... dia tuh nganggep kamu adeknya aja. Gak lebih. Jangan macem-macem" teriak Joanna sambil berkacak pinggang.

"Hampir aja kelepasan ngomong" bisik Joanna dalam hati, tapi Joanna lalu tersenyum karena kedua pria itu mengakui dirinya, maksudnya tubuhnya yang dulu itusebagai  wanita yang cantik.

"Kayaknya yang mesum bukan aku deh, semalem entah mimpi atau bukan, kayaknya aku liat ada orang yang lagi pelukan" Jonathan meletakan jari telunjuk di pelipisnya pura-pura berpikir.

Uhukk..uhuk.. Jeffrey tersedak saat minum kopinya karena mendengar ucapan Jonathan, ia tidak menyangka ternyata ada yang memergoki mereka. Sementara Joanna tak kalah kaget, tapi ia hanya terdiam menunduk, wajahnya merona merah karena malu lalu ia pura-pura minum tehnya.

"Siapa peluk siapa ?" Tanya Evan

Jeffrey, Joanna dan Jonathan langsung menoleh ke asal suara, Evan sedang berdiri di sana.

"Bukan siapa-siapa, cuma mimpi aku aja kok" kata Jonathan cepat-cepat.

"Ohh.." balas Evan sambil melirik ke arah Jeffrey yang tidak di kenalinya. Seketika Jeffrey langsung berdiri dan mengulurkan tangan nya kepada Evan.

"Saya Jeffrey, teman Jonathan dan Joanna"

"Saya Evan, tunangan nya Joanna" balas Evan sambil menerima uluran tangan Jeffrey. Dua pria itu saling bertatapan intens sesaat sampai akhirnya Jonathan menyela perkataan Evan

"Calon kali, belum sah jadi tunangan" gumam Jonathan, walauun pelan tapi cukup terdengar oleh siapapun yang ada di situ.

"Ehem... sepertinya saya harus pergi sekarang, sore ini saya harus terbang ke luar kota" kata Jeffrey

Joanna beranjak dari bangkunya lalu berkata, " Saya antar kamu ke depan, tunggu sebentar ya Evan"

Evan tidak berkata apa-apa, sedangkan Jeffrey tersenyum dan berjalan ke arah luar, Joanna mengikuti langkahnya di belakang.

Saat tiba di dekat mobilnya tiba-tiba Jeffrey berkata "Soal semalam..."

"Tidak apa-apa kok, saya yang minta maaf ganggu istirahat kamu" potong Joanna

"Saya gak menyesal melakukan itu semalam" jelas Jeffrey sambil tersenyum. Seketika pipi Joanna merona kemerahan mendengar pernyataan itu, ada perasaan senang membuncah di hatinya tapi ia berusaha mengendalikan dirinya sebaik mungkin.

"Ap-apa maksudnya ?"

"Sebelum saya jawab itu, saya mau tanya satu hal. Apa yang akan kamu lakukan mengenai Evan, apa kamu sudah menemukan jawaban nya?" Tanya Jeffrey

Joanna mengangguk mantap, "Iya, aku sudah buat keputusan. Terimakasih juga buat kamu yang udah nemenin aku semalam, sehingga aku bisa berpikir lebih jernih. Hidupku dimulai lagi saat aku terbangun dari koma, daripada aku hidup dalam serba ketidaktahuan karena ingatan ku yang terbatas lebih baik aku mempelajari semuanya kembali dari nol. Sama halnya saat aku mencoba mengenali keluargaku, aku juga akan belajar mengenal Evan dari awal lagi, benar-benar memastikan diriku mengenai dirinya. menumbuhkan perasaan ku dari awal lagi"

"Kalau begitu, apakah aku juga punya kesempatan yang sama seperti Evan?"

Pertanyaan itu menyentak kesadaran Joanna, bahwa mungkin akan ada pria lain yang bisa saja menjadi pengisi hatinya.

"Bukankah Melanie bilang semua terserah padaku, tergantung pada hatiku. Karena selanjutnya aku yang akan menjalani kehidupan ini"

Joanna mengangguk pelan menanggapi pertanyaan itu sambil menunduk malu, sementara Jeffrey tersenyum lebar mengetahui jawaban Joanna. "Berarti pelukan semalam membuatku selangkah lebih awal dari lelaki itu. Dan sudah ku bilang, aku tidak menyesal"

Jeffrey berlalu dari hadapan Joanna memasuki mobilnya, dengan senyum yang tidak lepas dari bibir tipisnya. Joanna masih berdiri di situ, menatap kepergian mobil Jeffrey yang telah membuat hatinya dipenuhi perasaan-perasan tak menentu.

Bikin part ini sambil dengerin Surat Cinta untuk Starla dan Balasan Surat Cinta untuk Starla. Jadi senyam senyum ngetiknya 😁😁😜

I am Not Me (End)Where stories live. Discover now