PROLOG (revisi)

28.5K 1.6K 18
                                    

Sebuah kamar rawat inap di salah satu RS ternama di Jakarta cukup hening selama beberapa minggu ini.

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sehat dan cantik, duduk di tepi ranjang pasien, di mana seorang gadis cantik dengan raut wajah pucat terbaring dengan beberapa alat memonitor kondisi tubuh sang putri.

Sudah hampir dua minggu putrinya terbaring lemas tak berdaya di ranjang rumah sakit tanpa tahu kapan akan membuka mata dan memeluk dirinya. Ia hanya bisa berdoa dan menunggu keajaiban untuk putri kesayangannya.

Suara ketukan di pintu ruang ranap mengalihkan perhatiannya. Tak lama kemudian seorang pria muda masuk ke ruangan tersebut membawa sebuah tas berisi pakaian dan bungkusan makanan.

"Bunda, makan malam dulu, ya, sebelum pulang ke rumah. Biar malam ini Jhon yang jaga Kakak," kata  pria muda itu.

Wanita itu menerima bungkusan makanannya sambil berkata, " Kamu kan besok harus kuliah, Jhon. Bunda nggak mau kamu kurang tidur dan mengantuk di kampus nanti."

"Bunda juga harus kerja, bukan? Sudah lama Bunda absen ngantor."

"Itu tidak masalah, ada pamanmu yang membantu kerjaan Bunda. Lagipula Bunda masih ingin di sini bersama kakakmu, menjadi yang pertama dilihatnya saat dia terbangun. Tak seharusnya Bunda bersamanya hanya saat dia sakit ...."

Ada nada penyesalan dan kesedihan yang tersirat dalam perkataannya tersebut.

"Baiklah, Jhon juga akan menemani Bunda di sini." Jhonatan memilih mengalah daripada mendebat ibunya, lalu duduk di sofa dekat ranjang pasien.

Tiba-tiba, sebuah pergerakan kecil terlihat dari brankar.

" Jhon ...."
Saat melihat pergerakan dari putrinya, wanita itu langsung berdiri di samping ranjang pasien dan buru-buru menekan tombol di sebelah ranjang tersebut

" Kakakmu bangun, Jhon. Cepat panggil dokter!"

Jonathan terlonjak dari sofa dan melirik ke arah pasien yang memang saat itu tengah mengerjap mencoba membuka matanya pelan-pelan, dia kemudian bergegas keluar ruangan.

"Sayang ... akhirnya kamu bangun, Joanna. Apa yang kamu rasakan, di mana yang masih terasa sakit?!" tanya wanita itu.

Sementara sang gadis yang baru sadarkan diri itu masih mengerjapkan mata, lalu pandangannya beralih melihat ke sekeliling ruangan dengan tatapan heran sambil berusaha mengingat apa yang terjadi. Tak lama ia berkata, "Ha-us." Suara pelan merintih.

Segelas air putih dengan sedotan disodorkan wanita itu untuk putrinya, ia membantu mengangkat tengkuk dan bahu putri Joanna yang langsung minum minuman yang disodorkan hingga tandas.

"Bunda, seneng banget kamu sudah sadar, Jo. Kami semua khawatir dan takut kamu akan tidur panjang karena koma," ucap Bunda.

"Nyonya ... siapa?" tanya sang gadis keheranan. Karena ia baru pertama kali melihat wanita itu di hadapannya.

Mona tersentak kaget dengan pertanyaan dari putrinya, hatinya seperti teriris sembilu. Air mata bergulir dari sudut matanya yang telah tua.

"Jo, jangan seperti itu, Bunda tahu Bunda banyak salah sama kamu tapi bagaimana pun kamu tetap anak Bunda, Joanna." Sang Bunda tampak sedih dan terluka akan pertanyaan putrinya.

"Maaf, tapi saya benar-benar tidak mengenal anda Nyonya. Dan, siapa Joanna? Saya bukan Joanna," ucap gadis itu

Wanita paruh baya tersebut tampak shock, menutup mulutnya menahan terkejut. Tak lama dokter, suster dan Jonathan masuk ke ruangan langsung memeriksa pasien.

Bunda lalu menarik tangan Jonathan ke hadapan pasien " Ini Jonathan, adikmu, apakah kamu ingat?"

Si pasien meneliti wajah remaja di hadapannya lalu menggeleng perlahan.

"Maaf Nyonya, saya tidak kenal dia. Saya yatim piatu dan tidak punya saudara"

Wanita itu kemudian menangis, tubuhnya tiba-tiba lemas dan hampir terjatuh karena mendengar pernyataan yang keluar dari putrinya itu, untungnya Jonathan dengan sigap memeluknya.

" Apa yang terjadi dengan putriku, Dokter ?!"
***

I am Not Me (End)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz